SEBENARNYA, informasi yang saya baca di website atau portal berita KONI Sumbar ini sudah lama mau saya komentari, tapi terlupakan. Kenapa ingin saya komentari? Karena petinggi KONI Sumbar, ongeh dan sombang, serta  berapaya "mengelabui" insan olahraga, termasuk juga para wartawan yang peduli olahraga. 

"KONISUMBAR-Ketua Umum KONI Sumbar terpilih, Syaiful memastikan pengurus KONI ke depan tidak akan menerima honor bulanan tetap, seperti pengurus-pengurus sebelumnya. Hal itu dilakukan, karena menjadi pengurus di induk organisasi olahraga Sumbar tersebut adalah sebuah pengabdian.

”Ke depan tidak ada istilah honor tetap bagi pengurus KONI, ini adalah pengabdian sosial dalam bidang olahraga. Tapi, apabila mereka melaksanakan kegiatan, di situ memang ada honor. Jadi, semua berbasis kinerja,” sebut Syaiful, kemarin (16/1)."

Dua alenia diatas, memang sengaja saya tampilkan utuh dengan tujuan agar insan olahraga tahu, mengerti dan bisa menganalisa sendiri apa maksudnya kalimat tersebut.

Secara logika, ya tak mungkinlah para pengurus dan petinggi KONI Sumbar tersebut tak dapat apa-apa dari pengabdiannya.  Apalagi publik Sumatera Barat tahu status dan profesi diantara para petinggi KONI Sumbar tersebut. 

Sebagai contoh, para petinggi KONI Sumbar itu ada yang berprofesi sebagai penasehat hukum. Kalau yang bersangkutan penesehat hukum, berapa kasus yang diurusnya perhari dan perminggu beracara di pengadilan. Jika tak ada beracara di pengadilan darimana kepeng masuknya lagi. Sebab, sampai sekarang Mahkamah Agung belum mengeluarkan kebijakan memberikan honor bulanan bagi anak bangsa yang berprofesi pengacara atau penasehat hukum. Begitu juga pak Presiden Jako Widodo. Kalau faktanya tak ada beracara, ya otomatis dari kepeng APBD yang dititipkan di KONI Sumbar. Jadi, kalau mencari hidup di KONI Sumbar, jangan berlagak co urang kayo lo lah.

Kemudian, jika pengurus dan petinggi KONI Sumbar dapat honor dari kegiatan yang di istilahkan berbasis kenirja, apa ya kerja pengurus KONI Sumbar tersebut? Sebab, sekarang belum ada kegiatan PELATDA untuk mempersiapkan kontingen menghadapi PORWIL dan PON. 

Semua kegiatan olahraga atau kegiatan latihan atlet, ditangani langsung oleh masing-masing  cabang olahraga, karena memang cabang olahraga itulah yang punya atlet dan melakukan pembinaan, secara berkelanjutan. Meskipun atlet itu masuk pelatda, yang mengurus dan melatihnya yang juga pelatih dari cabang olahraga.

Begitu juga atket Sumbar yang berada di PELATNAS. Yang melatih ya pengurus besar masing-masing cabang olahraga. Kira-kira apa sih kegiatan para petinggi KONI Sumbar? Kalau berbicara Porwil yang katanya dilaksanakan di Kota Bengkulu, sampai sekarang belum ada kita mendengar KONI Sumbar melakukan pembinaan atlet secara terpusat. Begitu juga dengan persiapan PON Papua, yang baru akan dilaksanakan 2020 mendatang.

Jadi melalui tulisan ini, saya berharap kepada anggota dewan yang terhormat dan LSM, termasuk wartawan olahraga untuk mencikaraui laporn keuangan KONI Sumbar, terutama dari uang keluarnya. Tujuannua, agar diketahui telah berapa ratus juta dana APBD Sumbar yang disalurkan KONI Sumbar tersebut "Dilameh" para petinggi KONI dengan dalih kinerja tersebut. Kemudian, anggota dewan yang terhormat juga harus mempertanyakan telah berapa  jumlah rupiah yang mereka ambil setiap kali rapat. Konon kabarnya, jumlahnya sangat tak realitis.

Jadi harapan petinggi KONI jangan berlagak dan sombonglah. Kalau hanya sekedar paaleh tapak dan sagaleh air minum, saya rasa masyrakat olahraga Sumbar pun tak akan menckaraui lah. Biasalah jariah menantang buliah. Tapi kalau untuk mencari kayo, ya wajarlah masyarakat akan ribut dan bisa-bisa dilaporkan keaparat penegak hukum.  Yok kita buktikan. (penulis wartawan tabloidbijak)

google+

linkedin