SEUSAI salat subuh, muncul kembali keinginan saya untuk menulis catatan berupa analisa saya terhadap  prilaku para petinggi KONI Sumbar yang saya nilai tak beretika dan bermoral terhadap lifter putri Family Barbell Club, Sandra Diana Sari, yang sengaja bertemu sekembali dari mengikuti Kejuaraan Asia angkat berat, 1-5 Mei 2917, di GOR Jalak Harupat, Soereang Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sandra di kelas 52 kg kelompok yunior, meraih 4 medali emas.

Tulisan ini sengaja saya tujukan kepada Gubernur Sumatera Barat, Prof DR H Irwan Prayitno PSi MSc dan Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, serta masyarakat Ranah Minang di seantero dunia. Kenapa? Agar penguasa dan masyarakat tahu tragedi apa yang dialami Sandra ketika bertemu dengan para petinggi KONI di kantor KONI Sumbar Jalan Rasuna Said, yang dilengkapi dengan CCTV tersebut. Mungkin kantor KONI Sumbar, satu-satunya kantor KONI se-Indonesia yang pakai CCTV.

Sandra datang ke kantor KONI Sumbar, Senin, 8 Mei 2017 bersama pelatihnya Suluhmi Harefa dan Humas PABBSI Sumbar, Delfi Nesti. Begitu sampai dalam ruangan, Sandra langsung dibuat kaget dengan pertanyaan oleh para petinggi KONI Sumbar. 

"Sandra ko, anak Amir Sampuraga dari istri yang keberapa?," Kalau anak dari istri yang pertama ambo tahu sadonyo. Begitulah kira-kira bentuk pertanyaan ketika Sandra duduk di ruang petinggi KONI Sumbar tersebut.

Kemudian si para petinggi KONI Sumbar menceritakan pula hubungan pertemannya  dengan almarhum pemusik Minang KIM, Amir Sampuraga. Bahkan si para petinggi  KONI itu menyebutkan kalau almarhum Amir Sampuraga setiap akan show, dirinya termasuk ikut mengatur letak lospeker, serta memasang kabel-kabel. Kemudian seusai show, si para petinggi KONI menyebutkan ikut pula bersama Amir Sampuraga minum BIR.

Selanjutnya para petinggi KONI Sumbar tamatan fakultas hukum perguruan tinggi swasta ini, memberikan nasehat, agar Sandra rajin-rajin berlatih, serta jangan mau diiming daerah lain untuk pindah. Sebagai atlet, Sandra akan dimasukan daftar atlet yang akan menerima uang pembinaan setiap bulannya bersama pelatihnya Suluhmi Harefa. Tapi mungkin para petinggi KONI Sumbar itu lupa atau pura-pura tidak tahu, kalau rajin latihan angkat berat tanpa diiringi gizi akan membuat Sandra sakit kuning dan selanjutnya game.

Sekembali dari kantor KONI Sumbar, Sandra dan pelatihnya Suluhmi Herafa, bersama Humas PABBSI Sumbar, Delfi Nesti berkumpul di Posko BOM, tempat berkumpulnya Timses Irwan Prayitno-Nasrul Abit, waktu Pilkada lalu.

Kenyataan ini, membuat jiwa jurnalis saya terusik. Kenapa? Sudahlah tak berbasa basi bonus, si Sandra dipermalukan pula. Sebelumnya, saya pun tak tahu, kalau Sandra ini anak almarhum Amir Sampuraga bukan dari istri pertama. Akibat pertanyaan dari para petinggi KONI Sumbar ini, secara otomatis membuat orang tahu dan fakta ini, jelas menggores dalam hati Sandra dan dia pun tak menyangka akan menerima penghinaaan seperti itu.

Padahal sebelumnya, saya memang sengaja minta tolong dengan Humas PABBSI Sumbar, Delfi Nesti untuk membawa Sandra dan pelatihnya Suluhmi Harefa bertemu dengan petinggi KONI Sumbar. Tujuannya, agar melaporkan prestasi dan semoga mendapat bonus. Tapi apa yang terjadi, sudahlah tak mendapatkan bonus, tapi dapat penghinaan. 

Lantas timbul pemikiran bagi saya, apa maksud para petinggi KONI Sumbar tersebut mengungkap persoalan istri almarhum Amir Sampuraga, terhadap anaknya Sandra Diana Sari. Bagaimanapun jua, meskipun Amir Sampuraga banyak istri, rasanya tak etis juga mempertanyakan persoalan tersebut kepada anak kandungnya. Apalagi tak hubungannya dengan dunia olahraga.

Yang hebatnya, foto-foto Sandra ditabur di media sosial facebook. Tujuannya, tentu untuk mempertontonkan kepada para fesbuker kalau Sandra sudah bertemu dengan para petinggi KONI Sumbar, yang diperkirakan Sandra dan Suluhmi dapat bonus. 

Empat hari (Kamis, 11 Mei 2017, red) setelah pertemuan tersebut, barulah muncul aksi penggalangan recehan yang dilakukan di simpang depan kantor Camat Padang Selatan. Penggalangan recehan kedua, di simpang Masjid Raya, yang juga diikuti lifter perkasa Nanda Telambua, yang 12 kali juara dunia dengan angkatan rekor 302,5 kg yang sampai sekarang belum ada yang mampu memecahkan rekor tersebut. Tulisan ini informasi dari, Suluhmi Harefa dan humas PABBSI Sumbar Delfi Nesti yang diiyakan Sandra. (Penulis adalah wartawan tabloidbijak)

google+

linkedin