BEGITU gendrang pilkada ditabuhkan, para ninik mamak kepala suku dalam kaum jadi idola dan incaran para politisi dan calon kepala daerah. Kenapa? Karena ninik mamak kepala suku diangap punya banyak anak dan ponaan untuk diajak berkompromi memberikan hak pilihnya kepada sang calon kepala daerah.  

Fakta dan kondisi itu membuat para ninik mamak yang bergelar datuak punya nilai dan makna dalam mengantarkan seseorang calon kepala daerah kesingasana kekuasaan selama lima tahun kedepan. 

Untuk itu jangan kaget dan heran, kalau ada para ninik mamak kepala suku dalam kaum sangat piawai memainkan kartu trufnya dalam "menjerat" dan memperangkap calon kepala daerah masuk dalam lukahnya dengan target uang atau pulus, alias kepeng-kepeng.

Tanpa bermaksud melecehkan dan merendahkan harga diri ninik mamak kepala suku dalam kaum, yang jelas secara fakta banyak para ninik mamak kepala suku dalam kaum tersebut sengaja memainkan peranannya dengan berprilaku pialang politik. 

Secara politis, prilaku ninik mamak kepala suku dalam kaum melakukan manuver-manuver politik dengan tujuan kepeng-kepeng tak ada pula salahnya, Kenapa? Karena keberadaan ninik mamak tersebut, memang menjadi sasaran dan target dari para politisi dan calon kepala daerah, yang sengaja datang dengan menawarkan bantuan, asalkan si ninik mamak mampu menyatukan langkah dan pilihan dam mempergunakan hak suaranya.

Jadi, jika ada suara miring alias minor kepada ninik mamak tersebut dengan sebutan ninik mamak saku-saku, juga merupakan hal yang wajar, karena cara anak bangsa bermain politik praktis selalu diiringi dengan money politik, sehingga para calon kepala daerah mau tak mau harus menyiapkan dana untuk menina bobokan para ninik mamak saku-saku tersebut.

Kemudian, tak semua ninik mamak saku-saku tersebut sukses dan berhasil menerima uang, karena secara politik ada calon kepala daerah yang sangat lihai dan pandai menabur janji dan mimpi, sehingga ninik mamak saku-saku terbuai dengan kepala daerah yang pandai manggadele.

Padahal bila dikaji, dengan adanya permainan money politics,  secara tidak langsung telah melatih para ninik mamak saku-saku berprilaku  curang. Kenapa? Karena suara hati nurani mamak saku-saku, telah dibeli politisi demi kepentingan pribadi sang calon kepala daerah.

Pilkada tidak lagi LUBER (Langsung Umum Bebas dan Rahasia). Maksudnya, di Pilkada  telah terjadi kecurangan dalam pemilihan kepala daerah dengan cara membeli suara. Politik uang atau money politik ini, jika dibiarkan,  akan merusak moral anak bangsa. Kenapa? Karena kesuksesan seseorang calon kepala daerah diukur dengan uang.

Jadi kesuksesan seorang ninik mamak saku-saku, sangat tergantung dengan kepiawaiannya maloge calon kepala daerah yang lihai manggadele. (penulis wartawan tabloid bijak).





google+

linkedin