Pasar Atas yang merupakan pasar legendaris di Kota Bukitting Sumatera Barat, Senin pagi sekitar pukul 05.30 WIB,  30 Oktober, 2017  terbakar. Hiruk pikuk dan teriakan histeris dan isak tangis pilu membahana di pasar ateh yang punya sejarah yang terentang sejak jaman penjajahan kolonial Belanda. 

Berdasarkan catatan sejarah, Pasa Ateh didirikan di atas bukit Kandang Kabau, 1858 dan ditasbihkan menjadi pasar modern 1890, dengan angunan pertama Los Galung dengan kontruksi kerangka besi berbentuk atap melengkung. Kemudian pasa ateh direnovasi saat agresi Belanda II, 22 Desember 1948. Kini, pasar ateh yang punya sejarah itu terbakar dan hanya menjadi kenangan bagi yang pernah berkunjung untuk berbalanja kain sulaman dan songket khas Pandai Siket, serta kerajinan tangan berciri khas Minangkabau.

Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, begitu mendapat informasi tentang kebakaran Pasar Ateh, langusung menuju Kota Bukitting bersama rombongan. Sesampainya di Kota Bukittingi, gubernur yang datang bersama rombongan, termasuk beberapa wartawan  langsung ke lokasi kebakaran.

Menurut gubernur, duka kebakaran ini, tak hanya dirasakan pedagang, masyarakat Kota Bukittinggi, tetapi juga duka masyarakat Sumatera Barat, karena pasa ateh termasuk daerah atau kawasan kunjungan wisata yang ingin berbelanja.

Kemudian, kata gubernur, dengan terbakarnya pasa ateh ini, diharapkan kepada Walikota Bukittinggi dan jajarannya untuk melakukan suatu kajian komprehensif. Kajian ini mengawali dari penyebabnya dulu. Pihak kepolisian sudah bekerja. Bahkan besok akan ditambah tim dari Kota Medan untuk membawa hasil-hasil dari fakta di lapangan,  apa saja yang terjadi dan temuan apa yang bisa ditindak lanjuti. Itu dari kepolisian. 

Kemudian tim kami dari Provinsi  Sumbar bersama tim Kota Bukittingi akan juga melakukan suatu evaluasi kajian yang mendalam tentang pasar yang terbakar  ini. Kenapa? Karena pasar ini  sudah 4 kali terjadi kebakaran dan sebabnya di antaranya nyaris sama dengan tahun 1998 dan 1970, yakni masalah listrik. Kemungkinan ini masih data awal, namun masih ditelusuri pihak kepolisian. Dengan kejadian ini maka perlu kajian dari pihak PU untuk pembangunan kedepannya.  

Hari ini, kata gubernur,  belum bisa memberikan jawaban, sebelum adanya kajian yang komprehensif. Selanjutya, apakah akan dibangun lagi atau direhab, apakah kondisi pasar yang terbakar ini masih layak direhab atau bagaimana,  soalnya  sudah 4 kali kebakaran.

Jika direhap, apakah konstruksi apakah masih tahan dengan getaran gempa. Semua kajian ini akan dijawabnya nanti. "Apakah akan dibangun ulang, sekian lantai atau berapapun nanti lihat kajian yang terbaik untuk para pedagang di sini dan yang terbaik untuk Kota Bukittinggi  dan Sumbar," kata Irwan Prayitno.

Selanjutnya untuk kajian, dana dari mana dan kemungkinan bisa dari pusat, akan diajukan prosposal, dari provinsi juga seperti pembangunan yang lalu ketika terjadi kebakaran tahun 1998 dari provinsi, APBD Bukittinggi, atau BUMN, serta CSR. "Nanti akan kami lihat atau dari pihak-pihak lain dan akan kami kaji lagi secara baik untuk kepentingan pedagang ke depan," kata politisi PKS ini.

Langkah yang harus dilakukan walikota, membuat pasar penampungan dan harus segera direncanakan dan dilaksanakan. "Pengalaman kami di Padang sekian tahun belum tuntas pasarnya dan beberapa tempat lain jadi bagus, Pak wali merancang sementara, tapi yang bagus," katanya. 

Berdasarkan laporan sementara, ada sekitar 354 toko terbakar, dan pedagang ini harus dipindahkan termasuk lantai satu walau tak terbakar, tapi  harus pindah berjualan. (Penulis wartawan tabloidbijak).

google+

linkedin