SETELAH pertemuan dengan Plt. Wali Kota Yogyakarta, Senin (28/11/2016),  pertemuan   dilanjutkan dialog yang dipimpin  Kabag Humas Pemko Yogyakarta,  Tri Astono, sebelum dilakukan dialog staf  humasnya memutar video tentang Kota Yogyakarta, sehingga kita dapat melihat arus transportasi di Kota Pendidikan,  Budaya dan Pariwisata tersebut. 

Tri Astono mengatakan wartawan yang meliput di Yogyakarta, jumlahnya cukup banyak, seluruh media cetak elektronik dan online, baik dalam daan luar negeri ada di Yogyakarta. Pemko Yogyakarta, membuat tempat kumpul-kumpul wartawan selain ruangan humas namanya Garda Warta, disitu Pemko melengkapi kebutuhan wartawan, seperti layanan internet, laptop dan computer.

Hubungan Humas Pemko Yogyakarta dengan wartawan, berjalan harmonis dan baik, pihak humas tidak pernah melakukan jarak dengan awak media, baik terhadap wartawan yang suka buat berita kritikan terhadap kinerja Pemko Yogyakarta. 

Kemudian setiap satu kali sebulan selalu dilakukan jumpa pers dengan rekan wartawan.  Pihak humas menggap wartawan sebagai saudara dan  selalu menjaga hubungan baik kedua belah pihak, apabila ada udangan dari rekan wartawan seperti  kenduri, sunatan  dan lebaran, humas berusaha menghadirinya.

“Semua pemberitaan rekan wartawan,  walau pun sifatnya keritikan dianggap sebagai bahan masukan yang perlu untuk ditinda lanjuti dan Pemko tidak alergi dengan berita kritikan, karena tanpa kritikan, susah untuk maju dan kita akan  terlena kalau berita wartawan yang baik-baik saja,” ujar Tri Astono. 
Senada dengan itu Wakil Wali Kota Pariama, Dr. H. Genius Umar, S.Sos, M.Si ketika melakukan pertemuan dengan rekan wartawan di Hotel Malioboro, juga mengaku senang dengan berita kritikan tersebut. Menurut Genius, orang yang tidak suka dikritik sama dengan ana bayi, maunya selalu yang enak-enak saja.

“Saya tidak alergi kok dengan krtikan wartawan  melalui berita, bahkan dengan adanya kritikan kita akan lebih cepat dewasa dan bisa bekerja maksimal,” ujar Genius.

Usai dari Pemko Yogyakarta, rombongan rekan wartawan dibawa ke objek Wisata Candi Brobodur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Baik di Kota Yogyakarta atau pun di Objek wisata Candi Brobodur sebagai pengnjung, mendapat layanan cukup  menyenangkan.  Para pedagang sovener yang terdiri dari ibu-ibu itu dengan tabah dan sungguh-sungguh, tidak bosan-bosan menawarkan dagangannya.

Menurut salah seorang pedagang sovener Inem di objek wisata Candi Brobodur tersebut, mengatakan, mereka berjumlah sampai ribuan orang dibawah komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok, sebelum menjadi pedagang sovener mereka diberikan binaan dan pelatihan, tentang cara menawarkan usaha dagangannya kepada pengunjung. 

Khusus kuliner pedagang makanan, baik di Yogyakarta atau pun di objek wisata Candi Brobudur, harganya transparan dan sebelum makan pengunjung bisa melihat harganya secara jelas, sehingga tidak aka nada istilah di Pariaman “kanai pakuak”. “Setiap pedagang kuliner diwajibkan membuat standar harga,” kata Tri Astono. (bersambung)

google+

linkedin