TAMPAKNYA, "perang" politik di Pilkada 2015 lalu, masih menyisakan "pertarungan" dua timses, IP-NA dan MK-FZ, diberbagai persoalan termasuk perebutan Ketua Umum KONI Sumbar, yang musyorprovnya dijadwalkan, 7-8 Desember 2016.

Sebagai bagian dari Timses IP-NA, saya ditunduh pengkhianat oleh rekan  yang pernah satu tim ketika bermain politik praktis. Kenapa? Karena saya mendukung Kandris yang saya nilai layak dan pantas untuk menjadi Ketua KONI Sumbar.

Sementara di Timses IP-NA sendiri tak ada sinyal, atau pembicaraan untuk mendukung orang IP-NA, apakah akan mendukung Sengaja Budi Syukur atau Syaiful SH Mhum, yang publik sudah tahu kalau kedua sosok ini Timses IP-NA. Betul-betul tak ada sinyal, termasuk dari dua sosok, baik Sengaja Budi Syukur, maupun Syaiful SH Mhum. 

Yang ironisnya lagi, dari Syaiful SH Mhum, setiap ditanya selalu menjawab;"Indak dipikian bana tu doh, karajo ambo jaleh." Logikanya, Syaiful tak mau masalah pencalonannya dibahas atau dikaji, serta dianalisa. Jawaban ini, saya anggap juga tak ada sinyal.

Kemudian, dari pak gub dan wagub, juga tak ada sinyal untuk dukung mendukung orang-orang timses IP-NA. Bisa jadi pak gub dan wagub tidak mau terlalu jauh ikut campur tangan dalam pemilihan Ketua KONI Sumbar ini, karena di KONI ada AD/ART yang mengatur dengan tegas dan jelas.  

Kalau sesuai AD/ART KONI yang punya hak suara itu, pimpinan cabor yang berjumlah 59 cabang, KONI kota dan kabupaten 19 suara dan KONI Sumbar dan KONI Pusat masing-masing satu suara. Jadi, calon Ketua KONI Sumbar akan memperebut 70 suara dari 59 cabor, 19 KONI kota dan Kabupaten ditambah 2 suara KONI Sumbar dan KNI Pusat.

Disisi lain, bisa jadi pak gub tak ingin pemilihan Ketua KONI Sumbar ini dikotori oleh adanya KKN, sesuai tulisannya;"Sumbar Maju Tanpa Dikotori Pungli dan KKN." 

Anehnya, ketika saya menulis dan mengatakan Kandris layak dan pantas jadi Ketua Umum KONI Sumbar, lantas dituduh berkhianat dan manciriakan pariuk dengan tuduhan yang tak bermoral lagi. 

Padahal, saya mengarahan dukungan ke Kandris, karena sosok ini, setahu saya  tidak terlibat pertarungan pilkada Timses IP-NA, dan MK-FZ. 

Sementara kini, disebut-sebut yang akan maju dipertarungan Ketua Sumbar ini, muncul nama Handrianto dan Syaiful SH Mhum. Khusus Handrianto, disebut-sebut orang Syahrial Bahktiar dan juga pernah menjadi caleg Partai Demokrat dan katanya ikut dalam timses MK-FZ. 

Sedangkan Syaiful SH Mhum, semua publik di Sumatera Barat tahu, kalau pengacara ini Timses IP-NA. Namun, sebagai salah seorang Timses IP-NA, Syaiful tak ada pula memberikan sinyal, serta mengajak berkoordinasi masalah keinginannya untuk maju. Jadi sepengetahuan saya, Timses IP-NA tak ada membentuk timses perebutan Ketua KONI Sumbar.

Dari fakta yang ada sekarang di KONI Sumbar, rekan satu tim Syaiful SH Mhum lebih suka mengajak berkoordinasi dengan orang-orang Tim MK-FZ. Bahkan, orang-orang MK-FZ diberikannya peluang yang sangat besar, seperti menjadi Ketua Pelaksana dan Sekretaris pelaksana. Yang anehnya lagi, Syaiful juga selalu membawa-bawa tukang foto yang semua publik olahraga tahu kalau yang bersangkutan dulunya tukang foto kampanye Timses MK-FZ.

Khusus Ketua Pelaksana dan Sekretaris Pelaksana Musyorprov, semua insan olahraga tahu dan paham kalau keduanya kader Partai Amanat Nasional (PAN) dan pendukung berat MK-FZ. 

Sebagai seorang wartawan, saya mendapat informasi, kalau KONI Sumbar sekarang dikuasai orang-orang MK-FZ dan faktanya memang seperti itu. Sedangkan orang IP-NA hanya dua orang, yakni Sengaja Budi Syukur dan Syaiful SH Mhum. 

Yang ironisnya lagi, ditabur informasi, jika Ketua KONI Sumbar orang IP-NA, maka KONI akan dikuasai orang IP-NA. Sudah keterlaluan banget. Sementara orang-orang IP-NA, seakan tak sadar atau lupa diri, kalau dirinya sudah dilingkari orang-orang MK-FZ.

Keberadaan orang-orang MK-FZ ini, menurut sinyal yang saya peroleh, di kelompok utara, membentuk dua timses. Satu untuk penggalangan dan satu tim lagi untuk "membuat" timses IP-NA eror. (Penulis wartawan tabloidbijak dan padangpos.com).

google+

linkedin