BIJAK ONLINE (Kota Pariaman)--Peringatan Hari Lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-58 di Kota Pariaman dimeriahkan dengan penampilan tradisi kesenian salawat dulang. Penampilan salawat dulang langsung dilakukan kader PMII Kota Pariaman, masing-masing Adib Faisal dan Hendri, Jum’at (20/4/2018), malam.

Peringatan Harlah di Sekretariat PCNU Kota Pariaman, dihadiri Mabincab PMII Pariaman Ulil Amri, Sekretaris PKC PMII Sumbar Rodi Indra Saputra, Pendiri PMII Pariaman Armaidi Tanjung, Ketua PC PMII Pariaman Rizka Adilla, mantan Ketua PMII Pariaman antara lain Dr. (C) Satria Effendi Tuanku Kuning, Jupmaidi Ilham, Masrizal, puluhan kader PMII Pariaman, PK STIE Sumbar dan STIT Syekh Burhanuddin Pariaman.

Dalam sambutannya, Mabincab PMII Pariaman Ulil Amri menyebutkan, kader PMII Kota Pariaman sudah banyak. Ini pertanda bumi Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) di Pariaman masih terbukti. Jika dilihat dari sejarah penyebaran agama Islam di tanah Minang, maka Pariaman merupakan pusatnya. Kehadiran ulama Syekh Burhanuddin sebagai penyebar paham Aswaja yang hingga kini masih menjadi anutan masyarakat di Pariaman.

“Untuk itu, kader PMII yang menyebarkan paham Islam Aswaja, harus pula dibangun karakter Aswaja yang bernuansa tanah Minang. Kader PMII harus sejak dini membangun tradisi keulamaan, terutama yang berasal dari pondok pesantren,” kata Ulil Amri yang juga mantan Ketua PC PMII Kota Padang ini.

Dikatakan Ulil, dengan karakter ulama tersebut, kader PMII Pariaman perlu terus dibangun. Dalam perjalanan sejarah bangsa dan agama, di Pariaman tidak pernah lahir gerakan radikal. Tidak pernah lahir bibit pemberontak di Pariaman. Karena pendekatan yang dilakukan adalah karakter Aswaja yang diperankan oleh tuanku sebagai ulama.

Ulil Amri mencontohkan, bagaimana pun terjadinya konflik dan dinamika dalam setiap suksesi kepemimpinan di PMII Kota Pariaman, selalu berakhir dengan damai dan santun. Artinya, PMII Pariaman berhasil meredam konflik. Ini merupakan karakter keulamaan, meski berbeda pendapat dan pandangan, toh mereka tetap bersilaturrahmi. Berbeda dengan PMII cabang lain, yang konfliknya bisa berkepanjangan sehingga dapat mengganggu proses kaderisasi.

Dalam memperingati Harlah, Ulil Amri mengingatkan dua tugas utama kader PMII dimana pun berada. Pertama mengabdi pada Nahdlatul Ulama (NU), dan kedua pada keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apapun yang terjadi, bagi PMII pengabdian kepada keduanya merupakan harga mati.

Sekretaris PKC PMII Sumbar Rodi Indra Saputra menambahkan, pada momen Harlah ke-58 ini, merupakan momen bagi PMII untuk melakukan refleksi diri. Memang sudah ribuan kader PMII yang mengabdikan dirinya pada Nahdlatul Ulama dan NKRI. “Kader dan alumni PMII yang tersebar di berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa, sudah menunjukkan pengabdiannya. Mari kita lanjutkan pengabdian tersebut di masa mendatang,” ajak Rodi Indra.

Ketua PC PMII Pariaman Rizka Adilla melaporkan, peringatan Harlah PMII ke-58 sekaligus memperingati peristiwa Israk Mikraj Nabi Muhammad Saw. Selain mendengarkan pengarahan dari Mabincab, PKC PMII Sumbar dan pendiri, juga menampilkan salawat dulang sebagai bentuk kepedulian PMII Pariaman menjaga dan merawat tradisi yang bernuasa lokal. (amir)

google+

linkedin