Secara saitns atau ilmu pengetahuan, gerhana super blue blood moon merupakan gerhana bulan total yang akan berlangsung, 31 Januari 2018 selama kurang lebih 76 menit. Kejadian langka ini juga aman untuk dilihat dengan mata telanjang, layaknya mengamati bulan purnama seperti biasa.
Awal proses gerhana akan dimulai pukul 18:48 WIB saat bagian bawah (sisi timur) purnama mulai tergelapi oleh bayangan bumi, atau disebut juga sebagai umbra. Kejadian itu sendiri disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi.
Kemudian gerhana bulan total ini akan berlangsung hingga pukul 21:08 WIB, yaitu saat purnama menjelang keluar dari umbra. Setelah itu, secara perlahan cahaya purnama mulai tampak dari bagian kanan bawah, atau sebelah timur. Keseluruhan proses gerhana akan berakhir pada pukul 22:11 WIB.
Gerhana kali ini mampu menarik perhatian publik karena sebutannya, super blue blood moon, dikarenakan fenomena ini menggabungkan tiga penampakan sekaligus. Yaitu supermoon, blue moon, dan gerhana bulan total.
Kenapa disebut supermoon karena jarak bulan masih terdekat dengan bumi. Sehingga purnama dan gerhana tampak lebih besar dari biasanya. Disebut blue moon karena ini purnama kedua pada bulan Januari, setelah 1 Januari lalu.
Gerhana bulan total juga sering disebut blood moon karena saat gerhana total, bulan tampak berwarna merah darah. Jadi, gerhana bulan pada 31 Januari 2018 boleh disebut super blue blood moon.
Kemudian, piihak LAPAN sengaja melakukan pengamatan terhadap super blue blood moon, dan sekaligus untuk memberikan edukasi kepada publik. Pengamatan LAPAN berlangsung di LAPAN Bandung dan LAPAN Sumedang pada 31 Januari 2018 ini.
Lalu bagaimana pula penomena gerhana bula ini menurut Islam? Kalau menurut Islam, gerhana matahari dan bulan banyak menyimpan arti, makna dan hikmah bagi kehidupan manusia. Bahkan dalam pandangan Islam, kehadiran gerhana menjadi cara Allah untuk menunjukkan kekuasaan-Nya kepada umat manusia.
Sebagaimana Firma Allah dalam Al Quran;"Gerhana tidak dijelaskan secara eksplisit. Alquran hanya menyebut dalam Surat Yunus Ayat 5 yang menegaskan bahwa Allah yang membuat matahari bersinar dan bulan bercahaya dengan ditetapkan manzilah sebagai tempat peredaran untuk keduanya.
Dengan ketentuan itu, manusia diharapkan tahu bilangan tahun dan perhitungan untuk waktu. Itu menjadi tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mengetahuinya.
Bila Al quran tidak menyinggungnya secara eksplisit, tetapi persoalan gerhana dijelaskan secara jelas dalam hadits.Bahkan, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda yang kemudian dimuat dalam hadis Al Bukhari Nomor 1043 dan Muslim Nomor 915.
"Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua ayat (tanda) dari ayat-ayat Allah (yang tersebar di alam semesta). Tidak akan terjadi fenomena gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoa dan shalat kepada Allah sampai (matahari atau bulan) tersingkap lagi."
Sahabat Rasulullah Abu Musa Al Asya'ari pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bila Allah memberikan rasa takut kepada hambanya dengan tanda-tanda berupa gerhana. Maka, bila kamu melihatnya, segera berdzikir, mengingat kebesaran Tuhan, berdoa dan meminta ampun.
Sabda nabi tersebut mengingatkan kepada kita bahwa fenomena gerhana matahari dan bulan bukanlah peristiwa alam biasa. Kehadiran gerhana mengandung arti, makna dan hikmah serta pesan-pesan tersendiri kepada umat Islam dan manusia di bumi.
Dalam suatu peristiwa yang disampaikan melalui hadis, Rasulullah Muhammad Saw sampai berdiri dan khawatir bila fenomena gerhana menjadi tanda-tanda datangnya hari akhir atau kiamat.
Dalam Kitab Fathul Bari dengan hadits nomor 2519 dijelaskan bahwa fenomena alam gerhana adalah peringatan akan datangnya suatu azab kepada umat tertentu. Maka dari itu, umat Islam diminta untuk melakukan beberapa hal ketika terjadi gerhana.
Melakukan salat gerhana gerhana atau salat kusuf (gerhana matahari) atau solat khusuf (gerhana bulan). Selain itu, umat Muslim diminta untuk istigfar memohon ampun kepada Allah, berdoa supaya diberi keselamatan oleh Allah serta menyerukan takbir sebagai tanda kebesaran Allah, dzikir untuk mengingat Allah, shodaqoh, dan memerdekakan budak.
Kini, mari kita memetik arti, makna dan hikmah gerhana, baik matahari maupun bulan. Dari penelusuran teks-teks Islam terkait dengan gerhana, menyimpulkan ada beberapa hikmah yang bisa dipetik dari fenomena alam gerhana.
Pertama, ingat akan kebesaran Allah. Itu ditunjukkan dengan shalat khusuf, dzikir dan berdoa. Dengan sholat, dzikir dan berdoa selama gerhana berlangsung, umat Islam akan ingat akan tanda-tanda dan kebesaran Tuhan sebagai pencipta jagad semesta.
Kedua, ingat dosa-dosa. Ingat, gerhana juga menjadi pertanda alam bahwa akan terjadi bencana atau marabahaya. Untuk itu, umat Muslim diminta untuk istigfar atau memohon ampunan kepada Allah.
Ketiga, kagum pesona ciptaan Allah. Selain istigfar, umat Islam diminta untuk mengumandangkan takbir yang berbunyi Allahuakbar, artinya: Allah maha besar.
Dulu, orang takut dengan gerhana dengan bersembunyi di bawah kolong tidur dan menutup rumah rapat-rapat. Saat ini, orang-orang berfoto ria dan selfie untuk mengabadikan gambar.
Kegembiraan menyambut gerhana bukan melawan arus pandangan Islam. Justru, kegembiraan itu menjadi tanda-tanda untuk mengingat keagungan Tuhan bahwa bulan dan matahari adalah makhluk ciptaan Allah.
Keempat, manusia bisa saling bersosial dengan sedekah. Menurut Islam, umat Mukmin harus menggiatkan shodaqah saat terjadi gerhana. Dengan begitu, manusia akan mendapatkan pahala dari sedekah karena kemungkinan adanya bencana bakal datang setelah ada tanda-tanda alam berupa gerhana. Bahkan, kita disarankan untuk memerdekakan budak. Jangan dikira manusia modern tidak ada perbudakan. Hanya saja, bentuk dan modelnya berbeda dengan perbudakan pada zaman Rasulullah.
Ketika ada informasi bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam tertentu, maka mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing, mencari tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ”indah” tersebut. Sungguh sangat jauh dari mengingat Allah, apalagi menyadari itu sebagai peringatan dari-Nya. Kesalahan ini akibatmenganggap gerhana sebagai kejadian antariksa biasa, yang bersumber dari sikap mengandalkan sains, tanpa mau mengundahkan berita dari Allah sebagai Pencipta dan Penguasa seluruh alam dengan segenap galaksi dan langit yang ada didalamnya. (Penulis wartawan tabloidbijak dan padangpos.com)