Yang uniknya, kerusakan tersebar pada beberapa titik kawasan perairan Sumbar yang luasnya mencapai 186.500 KM2. Salah satu penyebab kerusakan dipicu coral bleaching atau pemutihan karang yang terjadi akibat naiknya suhu air laut pada tahun 2015-2016 lalu.
Selain pemutihan karang, penangkapan ikan tak ramah lingkungan juga menjadi salah satu penyebab rusaknya habitat terumbu karang. Padahal terumbu karang sangat berperan untuk mereduksi sinar matahari. Sehingga, suhu bawah laut tetap terjaga dan biota laut dapat hidup dan berkembang dengan baik. Kondisi ini harus kembali diperbaiki.
Salah satu cara mengantisipasi kerusakan terumbu karang adalah dengan melakukan penanaman kembali di sejumlah lokasi perairan. Bahkan, Pemprov Sumbar mengaku telah melakukan penanaman kembali 3.900 bibit terumbu karang. Bibit terumbu karang ditanam di kawasan perairan pulau Pigago Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat. Kemudian di perairan Pesisir Selatan. Sedangkan masa perbaikan terumbu karang itu sendiri membutuhkan waktu sekitar 1 tahun.
Kemudian, Pemprov Sumbar juga telah melakukan transpalasi terumbu karang di beberapa pulau. Tapi, memang tidak banyak. Sebab, dana yang dibutuhkan sangat besar dan untung juga PT Pertamina (Persero) melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Minangkabau juga menyumbang Rp 200 juta untuk pemulihan terumbu karang di perairan laut Pariaman.
Kenapa terumbu karang itu rusak? Salah satu pemicunya juga oleh ulah pencari ikan yang mempergunakan pokat harimau dan potas. Untuk menangkap anemone, mereka menyemprotkan potas yang disimpan dalam botol aqua ke anemone yang berada di terumbu karang.
Bagaimanakah pengaruh potas dalam kerusakan terumbu karang? Dalam air laut, potas akan terurai menjadi sodium dan ion potassium. Pada manusia, potas dapat menghentikan transportasi haemoglobin, begitu pula pada ikan. Bila air di sekitar ikan tecemar oleh potas, maka suplai oksigen pada ikan semakin berkurang dan menyebabkan ikan tersebut pingsan. Sehingga tidak berapa lama mereka kembali menyelam, dan tinggal memunguti ikan ikan hias yang pingsan. Penyemprotan potas berulang kali pada terumbu karang juga mengakibatkan terjadinya pemutihan dan kematian terumbu karang. Setiap penyemprotan potas akan menjangkau area terumbu karang seluas 4 x 4 meter. Lama-kelamaan terumbu karang akan mati. Tak ada ikan lagi, karena ikan ikan membutuhkan terumbu karang sebagai rumah dan habitatnya.
Bom ikan biasanya terbuat dari potassium nitrate, batu kerikil, dan minyak tanah yang dimasukkan dalam botol-botol mulai botol minuman suplemen, botol bir, dan botol minuman keras. Berat setiap botol kurang lebih setengah hingga dua kilogram. Setiap botol bom ini memiliki spesifikasi berbeda-beda. Botol bom yang terbuat dari minuman suplemen umumnya digunakan mengebom ikan dalam jumlah yang kecil mulai 1–5 kuintal ikan. Sedangkan botol bom yang terbuat dari botol bir dipakai untuk mengebom ikan dalam jumlah yang besar hingga berton-ton. Satu bom seukuran botol minuman suplemen mampu mematikan ikan hingga radius 15 meter dari titik pengeboman sedangkan yang seukuran botol bir radiusnya 50 meter dari titik pengeboman.
Dengan banyaknya penangkapan ikan dengan cara merusak, terumbu karang yang kondisinya menurun akan kehilangan nilai karena menjadi kurang produktif. Suatu terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan hasil perikanan rata-rata 20 ton per tahun. Hasil suatu terumbu karang yang rusak akibat destructive fishing hanya 5 ton per tahun. Meskipun hanya sebagian yang rusak, terumbu karang tidak dapat pulih ke tingkat produktivitas tinggi. Terumbu karang yang telah dibom hanya memberikan keuntungan kecil sementara bagi pengebom ikan, namun memberikan kerugian besar yang berjangka panjang bagi masyarakat Sumatera Barat.
Perusak terumbu karang yang lainnya, Pukat Harimau. Kenapa Karena jaring yang berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal pukat, bisa melalui samping atau belakang. Sebuah alat yang efektif tapi sayangnya tidak selektif, karena alat ini merusak semua yang dilewatinya.
Sepantasnyanya kita semua sadar bahwa setiap makhluk butuh waktu untuk berkembang biak. Inilah masalah utama dari pukat harimau. Semua ikan (dewasa maupun kecil) terjaring oleh pukat harimau karena ukuran lubang jalanya sangat kecil jika dibandingkan dengan jaring yang dipakai oleh nelayan tradisional.
Pukat Harimau menjadi masalah karena dampaknya pada lingkungan. Karena pukat harimau menggunakan alat tangkap berat yang diletakkan di dasar laut, hal itu menyebabkan kehancuran ekosistem laut yaitu kerusakan terumbu karang yang merupakan habitat ikan dan juga merusak rumput laut .
Sumber Perusak utama dari Pukat Harimau adalah lubang bukaan jaring yang memiliki bobot beberapa ton dan membuat lubang galian yang diseret sepanjang bagian bawah dasar laut hingga menyebabkan batu besar atau batu karang akan terseret secara bersamaan sehingga mengganggu atau bahkan merusak area dasar laut, dan jelas ini berdampak pada penurunan keanekaragaman spesies dan perubahan ekologi organisme lautan.
Untuk melihat kondisi kerusakan terumbu karang, Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit sengaja meninjau potensi laut Tiku-Agam. Ternyata saat peninjauan itu Wagub Sumbar menemui ada bekas ledakan bom ikan yang merusak terumbu karang di laut Tiku.
Kemudian Wagub Nasrul Abit Sumbar menyatakan, masifnya cara tangkal dengan membom atau dengan pukat harimau, saatnya Pemprov dan Pemkab duduk bersama bagaimana upaya mengembalikan potensi laut Sumatera Barat kemabli. Semua pihak harus duduk bersama untuk melakukan pengawasan potensi laut dan melibatkan Pol Airud dan TNI AL.
Selanjutnya, kordinasi harus segera dilakukan, untuk penyelamatan potensi laut demi sejahterakan nelayan. Tujuannya supaya hasil tangkap nelayan lebih banyak dan penghasilan meningkat untuk sejahterakan nelayan Sumbar.
Meski kewenangan potensi laut sudah berpindah ke provinsi, akan tetapi sosialisasi dan menyiapkan masyarakat merupakan kewenangan pemerindah kota dan kabupaten. Tapi, sebaik sebaik apapun program , jika tidak didukung oleh masyarakat nelayan yang ada di kabupaten dan kota tentu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Semoga apa yang menjadi wacana Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit itu terealisasi dengan baik, sehingga habitat laut terjaga dan nelayan sejahetra. (penulis waratwan tabloidbijak dan padangpos.com)