JUJUR, saya juga tak habis pikir dengan sikap dan kebijakan para penguasa di Kota Padang ini. Kenapa? Karena kalau dikatakan mereka anti siar agama Islam, faktanya para penguasa tersebut mengundang para ulama dan dai dalam acara yang dikemas dengan thema "Pertemuan dai dan ulama Internasional se-Asia Tenggara."
Tapi anehnya, kok para penguasa tersebut juga membiarkan para poyok alias lonte berpesta pora bermain sek haram di kawasan pondok. Sikap ini bisa dikatakan sikap yang kurang terpuji dan bahkan bisa juga dikatakan macam-macam. Terserah lah apa sebutannya untuk para pengusa di Kota Padang ini.
Kini, cobalah jalan-jalan kekawasan Pondok di malan hari. So pasti akan muncul analisa atau dugaan, kalau para penguasa ini benar-benar sudah "keok" alias tak bertaji lagi menghadapi para germo yang punya pasukan poyok dan lonte. Fakta ini, bisa jadi karena para penguasa ini, sengaja tutup telinga dan mulut melihat kondisi yang ada. Dugaan ini, bisa jadi kaena penguasa ini sudah dibungkam para germo dengan kepeng-kepeng atau bisa jadi juga diservis dengan tidur dengan para lonte dan poyok.
Kalau tidak percaya, silahkan jalan-jalan di malam hari di Kawasan Pondok tersebut. So pasti disepanjang jalan, akan terlihat atau ditemui tempat kareko yang menyediakan para lonte dan poyok secara terang-terangan. Tandanya, bisa ditebak kalau rumah syetan itu ada poyok alias lonte di dalamnya. Kenapa? Karena di pintu mau masuk, akan terlihat lampu kelap kelip dan papan merek yang ada iklan gambar minuman beralkohol. Kemudian, terlihat beberapa wanita duduk-dukuk ditempat maksiat tersebut.
Sudah tu, terus perjalanan menuju jalan Diponegoro. Dijalan ini, akan terlihat sebuah tempat karoke yang megah dan disebelahnya juga ada hotel yang kesanya sengaja disediakan untuk tempat esek-esek dengan poyok.
Yang hebatnya lagi, di sepanjang jalan Diponegoro itu, akan terlihat atau ditemui pula beberapa mobil pribadi berbagai jenis yang sengaja parkir dengan mesin hidup dan lampu menyala. Jika melihat mobil parkir seperti itu, sudah bisa ditebak, kalau diatas mobil itu ada wanita penjaja sek haram dengan berpenampilan minor dengan asesoris pakaian dan lipstik yang lain dari wanita lain. Kemudian, para poyok alias lonte yang sengaja menunggu ajakan dari pria penikmat sek haram, akan menegur dan menyapa. Kalau tak percaya lihatlah ke Jalan Diponegoro tersebut. Tapi, jangan sampai berubah pula niatnya ya. He he he he.
Dulu, ketika Kota Padang ini dipimpim Fauzi Bahar, khusus masalah poyok yang mngkal di Jalan Diponegoro itu, penguasa ini sengaja menugaskan anggota Pol PP dengan mobil operasinya parkir di kawasan Taman Melati tersebut, Tujuannya, tentu untuk mengantisipasi para poyok, agar tidak lagi berkeliaran dengan mempergunakan mobil. Kebijakan Fauzi Bahar itu, setelah adanya berita di media televisi tentang kehidupan malam di Kota Padang.
Yang ironisnya, para ninik mamak dan ulama, serta para dai. , seakan takut pula dengan germo biadap ini. Begitu juga dengan ormas dan OKP, serta media massa. Bahkan kini, ada upaya para germo ini, untuk meniadakan atau mengaburkan istilah filosofi Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah, di Kota Padang. Caranya, dengan menabur opini agar LKAAM dan MUI Kota Padang ditiadakan saja lagi di Kota Padang.
Khusus untuk LKAAM para germo ini sengaja pula membangun opini, dengan ungkapan tak ada gunaya lagi kebaradaan LKAAM di Kota Padang. Alasannya, di Kota Padang tidak ada nagari, yang ada hanya kelurahan.
Mumpung sekarang lagi banyak kandidat yang telah menebar pesona untuk menghadapi Pilwako Padang, ada baiknya juga difilter calon yang akan memimpin Kota Padang. Bahkan, buat salah satu persyarakatan, bahwa si calon harus berjanji membersihk n Kota Padang dari sampah masyarakat berupa poyok alias lonte tersebut. Sudah tu, jangan sampai dipecundang oleh germo yang secara langsung merusak filosofi Adat Basandi Syarak dan Syarak Bersandi Kitabllah. (penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com)