TABLOID BIJAK (Padang)--Kabid Rumah Sakit Umum M Djamil Padang Ratna Welong menyebutkan, berdasarkan data dari Januari-Maret 2017 dilaporkan kasus HIV sebanyak 10.376 orang, sedangkan data dari Kementerian Kesehatan, kasus AIDS sebesar 673 orang, dan rasio HIV antara perempuan dan laki-laki 2 banding 1.
Demikian penjelasan Ratna Welong ketika mengikuti rapat koordinasi membahas masalah penyakit masyarakat tentang lesbian, gay, biseksual, transgender akibat dari prilaku sek bebas, di Sumatera Barat. Rapat juga dihadiri Gubernur SUmatera Barat, Irwan Prayitno.
"Dari kasus di atas, persentasi kasus HIV tertinggi adalah Lelaki Sesama Lelaki (LSL) 28 persen, hetero 24 persen, dan lain-lain 9 persen," ujar Katerina Welong.
Sedangkan penyakit AIDS tertinggi, kata Ratna Welong, dari kelompok umur 20-29 tahun 29,3 persen. "Artinya dari data ini faktor re siko yang berlaku secara ilmiah orang yang terinveksi HIV bisa beperilaku 10 tahun sebelumnya, artinya perilaku risiko pada remaja paling banyak," ujarnya.
Kemudian Katerina Welong menyampaikan, kalau dilihat saat ini, baik di medsos dan berita lainya sudah sangat banyak terjadi, salah satu yang viral di Riau terjadinya pernikahan sejenis antara laki dan laki.
Seorang anak menonton film orang dewasa, kenyataannya ternyata video itu disimpan si ibu dalam HP, si ibu tidak ingin rewel dan si anak malah nonton film dewasa, ini fenomena yang banyak terjadi. LSL memang paling tinggi risikonya untuk HIV/AIDS. "Kalau dilihat situasi Sumatera Barat estimasi provinsi Sumbar 2016, LSL 14.469 orang, diikuti pekerja seks 12.783 orang, dan waria 2.501 orang," tegasnya.
Tapi kalau dilihat dari waria, memang sedikit, namun pelanggannya 9.024 orang. "Jadi, kalau dilihat waria sedikit, namun pelanggannya banyak, 2,5 kali lipat. Siapa pelanggannya? Bapak-bapak," ujar Katerina Welong lagi.
Fakta ini pun bisa dimasukkan dalam kategori LSL, kalau digabungkan semuanya bisa total 20 ribu pelaku LSL di Sumatera Barat, estimasi di Sumatera Barat."Kumulatif kasus HIV Sumbar Kuartal I 1.905 orang, AIDS 1.135 orang. "Yang jadi perhatian kita, kalau bicara fenomena gunung es, 1 penderita HIV ada 100 di belakangnya. Artinya 1.905 orang kalikan 100, ini estimasi kumulatif kasus HIV di Sumatera Barat," ujar Katerina Welong.
Dari data yang ada, peringkat pertama Kota Padang sebanyak 93 orang."Namun karena Kota Padang ini terdiri dari beberapa layanan dan yang datang banyak, ini hanya yang kami temukan di Padang, bisa saja dia pendatang," tambahnya.
Kemudian kasus AIDS berdasarkan pekerjaan, tertinggi wiraswasta, IRT, karyawan swasta (sepanjang yang kami tahu banyak bekerja di BUMN, misalnya di bank), mahasiswa 15 orang, tenaga profesional 11 orang, sopir, tenaga profesional nonmedis, PNS, petani, buruh kasar, tenaga profesional medis, seniman, TNI Polri, pekerja seks. Pekerja Seks justru terlihat lebih safety daripada masyarakat berisiko.
Pengalaman konseling, berdasarkan data ini, mahasiswa lebih banyak melakukan hubungan seksual di tempat kost. Mahasiswa yang kami ambil sampel, kami lakukan konseling dan kami datakan, mereka (LSL) lebih banyak melakukan hubungan di kost.
Kemudian, berdasarkan jenis kelamin memang masih tinggi, laki-laki 243 dan perempuan 48 orang. Kasus AIDS berdasarkan faktor risiko, heteroseksual 117, homoseksual 126, artinya homoseksual atau LSL masih menjadi peringkat yang harus diperhatikan.
Krisis karakter
Di mana krisis karakter ini terjadi di masyarakat, sekolah, dan keluarga. Keluarga misalnya kekerasan di waktu kecil atau kehilangan figur ayah. Di sekolah salah satu SMA di Sumatera Barat, akan berikan nilai apabila anak didik mengirimkan foto bugil (untuk anak laki-laki). Salah satu yang kami deteksi dan ini yang kami sebut krisis karakter di sekolah. Bahkan untuk mahasiswa, pasangannya adalah dosen sendiri, mahasiswa ada yang takut akhirnya melayani dosennya.
Ini menyasar seluruh kalangan sosial. Kejadian 3 bulan lalu di Pariaman, terjadi penangkapan salah satu ASN yang pada saat itu digerebek masyarakat dan pasangannya salah satu mahasiswa terpintar di Unand. Kemudian kami coba lakukan komunikasi dengan pelaku dan ini terjadi, mereka baru ketemu 4 hari.
Katerina Welong menyampaikan penggunaan internet dan medsos berpotensi meningkatkan penularan HIV AIDS. "Tekad dan komitmen kita, bagaimana kita bisa menghentikan bersama LGBT ini agar tidak meluas di Sumatera Barat dan perananannya semua, bukan hanya kesehatan, kesehatan hanya di hilir, namun hulunya semuanya termasuk keluarga dan lingkungan," tambahnya. (fardianto)