BIJAK ONLINE (PAYAKUMBUH)---Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bina Karya Kota Payakumbuh, menjadi wadah orang-orang yang ingin beternak itik untuk berkonsultasi dan belajar. 

Demikian disampaikan salah seorang alumni Unand Padang Ayu Maidia Sari (28) kepada wartawan di Payakumbuh, Jum’at (23/2), dia memiliki banyak ilmu, mau berbagi, dan mengetahui cara membagikannya. 

Bagaimanaa tidak, Sarjana Peternakan Unand itu dikatakan beruntung, pasalnya, menurut sunah Rasulullah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Ayu dengan senang hati membantu orang-orang yang ingin memperoleh ilmunya. 

Ayu semenjak lulus kuliah S1, ada banyak orang yang merasa terbantu oleh Ayu Maidia Sari. Terutama dalam hal beternak itik. Wanita kelahiran Payakumbuh itu tak pernah lelah menjelaskan cara sukses dalam memelihara itik atau menetaskan telur itik.

Dikatakan Ayu, semua itu berawal dari latar belakangnya sebagai anak seorang peternak itik yang bernama Usman Billy. Dari niat meneruskan wirausaha sang Ayah, Ayu tertarik melanjutkan studi di fakultas peternakan Unand.

“Bahkan ketika menimba ilmu diperguruan tinggi ternama di kota Padang itu, dia bersama tiga teman telah mulai mempraktekkan beternak itik. Menurut Ayu, memilih usaha penetasan telur itik menggunakan mesin tetas ciptaan ayahnya. 

Mesin tetas itu berupa kotak dari kayu yang disekat-sekat. Satu kotak mesin tetas bisa menampung 390 telur, yang dipanaskan dengan lampu dan menetas dalam jangka waktu 28 hari. 

Usaha yang dibuatnya di rumah kontrakannya di Kubu Durian By Pass Padang itu terbilang berhasil. Bahkan usaha yang digelutinya dua tahun terakhir masa kuliah itu dapat membantunya membayar biaya kuliah.

Usai meraih gelar Sarjana tahun 2008, Ayu pulang ke kampung halamannya di kelurahan Koto Baru Payobasuang kota Payakumbuh. Bersama sang suami yang menikahinya setahun sebelum itu, Ayu mengembangkan usaha ternak itik ayahnya. Ayu mempelopori beternak itik dengan cara dikandangkan dan mempopulerkan mesin tetas ciptaan ayahnya pada banyak orang.

Sebelumnya, penetasan telur itik diwilayahnya masih dengan cara tradisional yaitu telur dierami ayam dan bebek. Ayu datang memasyarakatkan mesin tetas ayahnya. Hanya saja Ayu mengganti mesin tetas dari triplek, bukan dari kayu. 

Asumsinya, harga triplek jauh lebih murah ketimbang kayu. Ayu dan suaminya Gustian Jamal juga terlibat dalam pengembangan usaha kelompok tani dikelurahannya Keltan Saiyo Sakato.

Inilah yang paling menarik dari cerita ternak itik yang dilakoni Ayu. Bukan sekedar beternak itik dan menghasilkan uang, tapi ibu satu anak itu menjadi tempat bertanya, tempat berbagi dan berdiskusi. 

Sedikitnya ada 50 orang yang telah menerima arahan Ayu tentang usaha ternak itik. Orang – orang itu tak hanya datang dari Payakumbuh. Mereka datang dari berbagai daerah di Sumbar, bahkan ada yang dari Pekan Baru Riau.

Tak hanya sebagai penunjuk jalan bagi peternak dan orang yang ingin beternak itik, Ayu juga sering mengajak dan menyokong teman-teman sarjananya untuk membuat usaha, bukan sekedar menunggu panggilan sebagai pekerja kantoran.

Kepeloporan Ayu dalam pendirian P4S inilah yang sangat diapresiasi tim penilai Pemuda Pelopor Indonesia (PPI) Sumbar, dan memilihnya sebagai PPI Sumbar 2012. Tim PPI pusat pun demikian.

“Pada saat itu, saya diberi kesempatan bersaing dengan 4 PPI propinsi lainnya memperebutkan gelar PPI 2012 tingkat nasional. PPI terpilih akan menghadiri peringatan hari Sumpah Pemuda di Palu, Sulawesi Utara pada 28 Oktober mendatang, “ujarnya. (ada)

google+

linkedin