TABLOIDBIJAK.COM (Kota Pariaman)—Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakamenag) Kota Pariaman, H. Muhammad Nur, MA mengatakan, Internet telah digunakan untuk menyebarkan, pesan-pesan kebaikan dan dakwah Islam. Tetapi sebaliknya, internet juga digunakan untuk merusak harga diri dan martabat seseorang fitnah dan berita hoaks.
Hal itu diungkapkan Muhammad Nur, pada peringatan Hari Santri Nasional ketiga tahun 2017 di Kota Pariaman, Minggu (22/10/2017).
Dikatakan, Santri perlu memperalat teknologi informasi sebagai media dakwah dan sarana menyebarkan kebaikan dan kemaslahatan serta meredukasi penggunaannya yang tidak sejalan dengan upaya untuk menjaga agama, jiwa, nalar, harta, keluarga dan martabat seseorang.
Lebih jauh disampaikan, hari ini santri hidup di tengah dunia digital yang tidak bisa dihindari. Internet adalah bingkisan kecil dari kemajuan nalar yang menghubungkan manusia sejagat dalam dunia maya, ia punya aspek manfaat dan mudharat yang sama-sama besar.
“Jadi tergantung bagi kita, mau arah mana yang akan kita pergunakan, disinilah letaknya peran santri untuk mempergunakan teknologi kepada kebaikan dan kebenaran. Kalau santri mempergunakan kepada yang dilarang oleh agama, artinya, tukang panciang yang sudah dilarikan ikan,” ujar Muhammad Nur.
Menurut Muhammad Nur, Santri harus siyap mengemban amanah, yaitu amanah kalimatul haq. Berani mengatakan yang benar itu benar dan berani mengatakan yang salah itu salah, kalau pesan itu benar itu benar harus disampaikan, walau pun banyak orang mengatakan tidak dan harus sanggup mengatakan yang batil itu salah.
“Itulah karakter dasar santri yag bumi, langit dan gunung tidak berani memikulnya, sebagai mana ditegaskan dalam al-Qur’an,” ujaar mantan Kakamenag Kota Bukittinggi ini.
Hari Santri juga harus digunakan sebagai revitalisasi etos moral kesederhanaan, asketisme, dan spiritualisme yang melekat sebagai karakter kaum santri. Etos ini penting di tenagh merebaknya korupsi dan narkoba yang mengancam masa depan bangsa. Koropsi dan narkoba turunan dari materialisme dan henisme, paham kebendaan yang mengagungkan uang dan kenikmatan semu.
Ditambahkan, momentum Hari Santri Nasional ini perlu ditransformasikan menjadi gerakan penguatan paham kebangsaan yang bersintesis dengan keagamaan. Sprit nasionalisme bagian dari ima perlu bterus digelorakan di tengah tengah arus ideologi fundamentalisme.
“Islam dan ajarannya tidak bisa dilaksanakan tanpa tanah air. Mencintai agama mustahil tanpa berpijak di atas tanah air, karena itu Islam harus berbanding dengan paham kebangsaan,” tukuk Muhammad Nur lagi. (amir)