VP General Secretary AQUA Grup, Leila Djafaar (kanan) dan Director of International Program Water.org, Rich Thorsten, usai menandangani MoU, tentang penyediaan air bersih  di Jakarta, kemaren

BIJAK ONLINE (SOLOK)-AQUA Grup  yang tergabung dalam Danone Aqqua yang berkolaborasi dengan Water.org, mendandatangani  kerjasama perjanjian untuk meningkatkan dan mengembangkan akses air bersih di wilayah pedesaan di Indonesia,  melalui pembiayaan kredit mikro oleh lembaga keuangan.   Penandatanganan kerangka perjanjian kerjasama ini diharapkan dapat berkontribusi pada tercapainya target 100% Universal Access pada 2019 dan Sustainable Development Goals (SDGs) untuk tersedianya akses air bersih bagi seluruh masyarakat Indonesia.  

Corporate Communication Manager Danone Aqua Michael Liemena, melalui siaran Persnya yang diterima Redaksi KORAN PADANG, Jum’at sore (16/12) menyebutkan bahwa  kerjasama enandatanganan ini dilakukan oleh VP General Secretary AQUA Grup, Leila Djafaar dengan Director of International Program Water.org, Rich Thorsten di Jakarta.  Kerja sama antara AQUA Grup dan Water.org ini menargetkan penguatan 150 Badan Pengelola Sarana Pengelola Air Minum (BPSPAM) di wilayah pedesaan untuk dapat mengsakses fasilitas kredit di Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi, serta mendorong pembiayaan bagi 50 BPSPAM. 

 “Melalui kolaborasi ini diharapkan sebanyak 39.000 jiwa di 5 kabupaten di Indonesia mendapatkan peningkatan akses air bersih,” jelas Michael Liemena, yang didampingi Koordinator CSR Tirta Investama pabrik Aqua Solok Jon Betrit dan Abdul Sam.

Sementara VP General Secretary AQUA Grup, Leila Djafaar, menyebutkan bahwa sebagai perusahaan Air Minum Dalam Kemasan di Indonesia, AQUA Grup sejak 2007 telah mengembangkan program Water Access Sanitation and Hygiene (WASH) untuk berkontribusi pada peningkatan akses air di Indonesia.  “Seiring dengan misi kami yaitu menyediakan kesehatan bagi sebanyak mungkin orang melalui berbagai program, maka program WASH ini kami kembangkan baik dilokasi sekitar kami beroperasi maupun di daerah-daerah yang membutuhkan sesuai dengan rekomendasi Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional,“ jelas Leila Djafaar. 

Dijelaskan Leila, kerja sama yang akan dilakukan bersama Water.org mulai dari pemetaan BPSPAM, penguatan kapasitas serta pembiayaan juga akan berkoordinasi aktif dengan pemerintah untuk target dan sasaran wilayah program, terutama di wilayah pedesaan. “Untuk mencapai tujuan peningkatan akses air bersih ini sangat membutuhkan sinergi dan kontribusi dari berbagai pihak. Semoga dengan kolaborasi ini dapat mempercepat tercapainya tujuan baik ini.” Jelas Leila.

Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, pemerintah mengamanatkan tersedianya akses air minum dan sanitasi yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat atau yang disebut dengan Universal Access. Pemerintah mentargetkan bahwa pada 2019, 100% masyarakat Indonesia bisa memperoleh akses pelayanan air minum, 0% kawasan pemukiman kumuh dan 100% masyarakat memperoleh akses sanitasi.  Lebih jauh dijelaskannya, sampai tahun 2015 ini capaiannya sudah sebesar 70,97% melebihi target Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia yaitu sebesar 68,86%. Namun masih harus dikejar capaian untuk wilayah pedesaan.  

Biaya yang dibutuhkan untuk pencapaian Universal Access sendiri adalah sebesar Rp. 274,8 trilliun dimana pemerintah memberikan 30% nya dari dana APBN.  Karenanya, dibutuhkan kontribusi pembiayaan dan program dari berbagai pihak. Rich Thorsten juga menjelaskan bahwa kerjasama ini merupakan sebuah inisiatif yang baik dalam komitmen untuk meningkatan akses air bersih di Indonesia. Semoga komitmen ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi Indonesia. Dengan system pembiayaan kredit mikro yang relative baru kami berharap hal ini dapat menjadi alternative solusi bagi peningkatan akses air bersih di Indonesia”.

Pembiayaan kredit mikro untuk penyediaan akses air minum merupakan konsep yang relatif baru, tetapi memiliki potensi untuk membantu mengatasi keterbatasan dengan memungkinkan masyarakat untuk mendepresiasi biaya investasi awal dalam jangka waktu yang lebih panjang. Data dari World Bank Water - Global Practice’s Water Sanitation Program dan water.org menemukan bahwa pembiayaan mikro dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi, serta mencapai lebih banyak masyarakat di pedesaan. 

Salah satu skema pembiayaan kredit mikro berhasil dilakukan oleh PD BPR BKK Purwodadi Kabupaten Grobogan, dimana mereka menargetkan sebanyak 12.000 masyarakat mendapatkan fasilitas kredit pembuatan jamban sehat, sanitasi sehat dan air minum melalui skema Kredit BKK Air dalam jangka waktu 3 tahun (wandy)


google+

linkedin