BIJAKONLINE (LIMA PULUH KOTA)—Nyaris setiap tahun, tingginya curah hujan tak hanya merendam pemukiman warga dan meluapnya sungai, terbanya jalan, tidak hanya itu, tebing dan perbukitan longsor. Tragisnya, sampai menelan korban jiwa dan gedung sekolah tak luput terendam air.
“Tak ingin menanggung risiko lebih banyak, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Lima Puluh Kota, mulai mempersiapkan anak-anak tanggap bencana sejak dini dan luncurkan Sekolah Tangguh Bencana (STB), “ujar kepala pelaksana (Kalak) BPBD Lima Puluh Kota Nasriyanto kepada sejumlah wartawan di ruang piket BPBD, Sabtu (20/5).
Dijelaskan Nasriyanto, STB yang dirancang BPBD ini sudah dilakukan uji coba beberapa hari lalu, tepatnya di SMPN 4 Ampalu. Berikutnya, beberapa sekolah pun telah dipersiapkan menjadi STB dalam menghadapi risiko perubahan iklim dan bencana alam, termasuk banjir.
STB ini merupakan inovasi baru di jajaran BPBD. Tujuan STB ini untuk memberikan perlindungan kepada siswa, guru dan warga sekolah. Sebagai langkah awal untuk merealisasikan program ini, BPBD menggelar prasimulasi bencana di SMPN 4 dan akan dilanjutkan ke seluruh sekolah-sekolah, mulai dari tingkat SLTP dan SLTA. Kegiatan inipun merupakan kerjasama antara BPBD bersama dinas Pendidikan.
Tergeraknya, untuk mencitpakan inovasi baru beruapa STB ini, karena Lima Puluh Kota memiliki topografi wilayah yang berbukit ditunjang pembangunan pemukiman yang tidak sesuai peruntukan, mengakibatkan wilayah ini rawan bencana.
Bukan itu saja, perambahan kawasan konservasi menjadi pemukiman turut menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan, yang berdampak pada bencana banjir dan tanah longsor. Sebagai upaya mengurangi resiko bencana itulah, maka BPBD Lima Puluh Kota membentuk STB.
”Bencana banjir dan tanah longsor di awal bulan Maret tahun 2017 kemaren, membuat kami berupaya untuk menanggulanggi resiko bencana, salah satunya adalah dengan membentuk STB. Untuk itu, koordinasi intensif terus dibangun pihaknya dengan seluruh sekolah tingkat SLTP dan SLTA, terlebih sekolah yang sering terkena dampak banjir dan tanah longsor.
”Mitigasi bencana harus diberikan kepada para siswa sekolah, apalagi di sekolah yang dijadikan pilot project yang ketika hujan selalu terkena dampak banjir maupun longsor. Dari masing-masing sekolah, akan dipilih 100 siswa untuk dilatih tentang penanggulangan resiko bencana, baik melalui teori maupun praktek hingga simulasi, “tegas Nasriyanto.
Nantinya para siswa akan dilatih tim dari Basarnas, TNI dan Polri, Tagana, BMKG, dan BPBD, terkait bagaimana upaya penanggulangan benacana. Selain menerapkan latihan yang diterimanya di sekolah, para siswa juga diharapkan mampu tampil dalam masyarakat karena memiliki dasar tentang mitigasi bencana.
Mengingat, selama ini mitigasi bencana hanya diberikan kepada orang dewasa atau relawan yang dibentuk pada tiap kecamatan. Untuk materi pelatihan, ketika terjadi bencana para siswa dapat mengetahui bagaimana upaya penanggulangan yang dimulai dari proses evakuasi, menolong sampai dengan mengobati siswa lain.
Langkah ini, tambahnya, sebagai upaya untuk menyiapkan para siswa sejak dini, guna mengatasi bencana. ”Kita targetkan bulan Juni mendatang relawan siaga bencana ini sudah dibentuk dan diberdayakan di beberapa sekolah yang ditunjuk,”terang Nasriyanto.
Terpisah, Kepala dinas Pendidikan kabupaten Lima Puluh Kota, Radimas ketika hal ini dikonfirmasikan, dia menyebutkan, apresiasi untuk BPBD, selama ini sudah terpikir bagi kami, ternyata, niat dan harapan kami terwujud juga. Dengan berdirinya STB tingkat SLTP dan SLTA, tentunya menjadi harapan baru dan inovasi baru bagi kita semua.
Menurutnya, dengan program tersebut diharapkan dapat membangun budaya siaga aman dan pengurangan resiko banjir. “Kita harapkan kedepan ketika terjadi bencana, para siswa dapat mengetahui bagaimana upaya penanggulangan yang dimulai dari proses evakuasi, menolong sampai mengobati siswa lain saat bencana terjadi. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat mampu tampil dimasyarakat karena memiliki skil tambahan tentang penanggulangan bencana,”terangnya.
Mudah-mudahan niat baik BPBD untuk mendirikan STB ini didukung oleh semua pihak. Yang jelas, bagi dinas Pendidikan menyambut degan baik, semoga STB ini berjalan dengan baik dan cepat. Sebaliknya kepada pihak sekolah, mulai dari tingkat SLTP dan SLTA agar kiranya memfasilitasi pihak BPBD sebaik-baiknya.
Sebelum pihak BPBD melaunching STB ini, Radimas meminta seluruh pihak untuk peduli terhadap lingkungan, dan meminta agar anak-anak sejak dini menjaga lingkungan. “Mari kita tanam pohon dan perangi sampah sejak dini. pepohonan yang ditanam memiliki peran penting dalam kehidupan.
“Selain dapat mengurangi resiko bencana banjir, pohon-pohon ini memiliki peran penting. Pohon dapat mengeluarkan oksigen yang kita hirup setiap saat. Jadi jaga lingkungan dan alam kita, jangan pernah dirusak,”ujarnya. (Nur Akmal)
“Tak ingin menanggung risiko lebih banyak, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Lima Puluh Kota, mulai mempersiapkan anak-anak tanggap bencana sejak dini dan luncurkan Sekolah Tangguh Bencana (STB), “ujar kepala pelaksana (Kalak) BPBD Lima Puluh Kota Nasriyanto kepada sejumlah wartawan di ruang piket BPBD, Sabtu (20/5).
Dijelaskan Nasriyanto, STB yang dirancang BPBD ini sudah dilakukan uji coba beberapa hari lalu, tepatnya di SMPN 4 Ampalu. Berikutnya, beberapa sekolah pun telah dipersiapkan menjadi STB dalam menghadapi risiko perubahan iklim dan bencana alam, termasuk banjir.
STB ini merupakan inovasi baru di jajaran BPBD. Tujuan STB ini untuk memberikan perlindungan kepada siswa, guru dan warga sekolah. Sebagai langkah awal untuk merealisasikan program ini, BPBD menggelar prasimulasi bencana di SMPN 4 dan akan dilanjutkan ke seluruh sekolah-sekolah, mulai dari tingkat SLTP dan SLTA. Kegiatan inipun merupakan kerjasama antara BPBD bersama dinas Pendidikan.
Tergeraknya, untuk mencitpakan inovasi baru beruapa STB ini, karena Lima Puluh Kota memiliki topografi wilayah yang berbukit ditunjang pembangunan pemukiman yang tidak sesuai peruntukan, mengakibatkan wilayah ini rawan bencana.
Bukan itu saja, perambahan kawasan konservasi menjadi pemukiman turut menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan, yang berdampak pada bencana banjir dan tanah longsor. Sebagai upaya mengurangi resiko bencana itulah, maka BPBD Lima Puluh Kota membentuk STB.
”Bencana banjir dan tanah longsor di awal bulan Maret tahun 2017 kemaren, membuat kami berupaya untuk menanggulanggi resiko bencana, salah satunya adalah dengan membentuk STB. Untuk itu, koordinasi intensif terus dibangun pihaknya dengan seluruh sekolah tingkat SLTP dan SLTA, terlebih sekolah yang sering terkena dampak banjir dan tanah longsor.
”Mitigasi bencana harus diberikan kepada para siswa sekolah, apalagi di sekolah yang dijadikan pilot project yang ketika hujan selalu terkena dampak banjir maupun longsor. Dari masing-masing sekolah, akan dipilih 100 siswa untuk dilatih tentang penanggulangan resiko bencana, baik melalui teori maupun praktek hingga simulasi, “tegas Nasriyanto.
Nantinya para siswa akan dilatih tim dari Basarnas, TNI dan Polri, Tagana, BMKG, dan BPBD, terkait bagaimana upaya penanggulangan benacana. Selain menerapkan latihan yang diterimanya di sekolah, para siswa juga diharapkan mampu tampil dalam masyarakat karena memiliki dasar tentang mitigasi bencana.
Mengingat, selama ini mitigasi bencana hanya diberikan kepada orang dewasa atau relawan yang dibentuk pada tiap kecamatan. Untuk materi pelatihan, ketika terjadi bencana para siswa dapat mengetahui bagaimana upaya penanggulangan yang dimulai dari proses evakuasi, menolong sampai dengan mengobati siswa lain.
Langkah ini, tambahnya, sebagai upaya untuk menyiapkan para siswa sejak dini, guna mengatasi bencana. ”Kita targetkan bulan Juni mendatang relawan siaga bencana ini sudah dibentuk dan diberdayakan di beberapa sekolah yang ditunjuk,”terang Nasriyanto.
Terpisah, Kepala dinas Pendidikan kabupaten Lima Puluh Kota, Radimas ketika hal ini dikonfirmasikan, dia menyebutkan, apresiasi untuk BPBD, selama ini sudah terpikir bagi kami, ternyata, niat dan harapan kami terwujud juga. Dengan berdirinya STB tingkat SLTP dan SLTA, tentunya menjadi harapan baru dan inovasi baru bagi kita semua.
Menurutnya, dengan program tersebut diharapkan dapat membangun budaya siaga aman dan pengurangan resiko banjir. “Kita harapkan kedepan ketika terjadi bencana, para siswa dapat mengetahui bagaimana upaya penanggulangan yang dimulai dari proses evakuasi, menolong sampai mengobati siswa lain saat bencana terjadi. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat mampu tampil dimasyarakat karena memiliki skil tambahan tentang penanggulangan bencana,”terangnya.
Mudah-mudahan niat baik BPBD untuk mendirikan STB ini didukung oleh semua pihak. Yang jelas, bagi dinas Pendidikan menyambut degan baik, semoga STB ini berjalan dengan baik dan cepat. Sebaliknya kepada pihak sekolah, mulai dari tingkat SLTP dan SLTA agar kiranya memfasilitasi pihak BPBD sebaik-baiknya.
Sebelum pihak BPBD melaunching STB ini, Radimas meminta seluruh pihak untuk peduli terhadap lingkungan, dan meminta agar anak-anak sejak dini menjaga lingkungan. “Mari kita tanam pohon dan perangi sampah sejak dini. pepohonan yang ditanam memiliki peran penting dalam kehidupan.
“Selain dapat mengurangi resiko bencana banjir, pohon-pohon ini memiliki peran penting. Pohon dapat mengeluarkan oksigen yang kita hirup setiap saat. Jadi jaga lingkungan dan alam kita, jangan pernah dirusak,”ujarnya. (Nur Akmal)