BIJAK ONLINE (Kota Pariaman)—Aswir, alias Utiah Kewin, sebelum orang mengenal siapa dia sebenarnya, mungkin banyak orang menilai sepintas, dia hanya laki-laki biasa dan mungkin juga ada yang cuek atau tidak peduli dengan dia, karena Utiah Kewin, termasuk anak kelainan mental.
Laki-laki kelahiran 1968 ini, sudah tidak punya bapak lagi, karena orang tua laki-lakinya telah meninggal dunia, kini Kewin tinggal bersama orang tuanya dan kakak perempuannya yang sudah berkeluarga, menurutnya dia tinggal dalam rumah itu 9 jiwa. Utiah Kewin, walau pun dianggap cacat tapi dia tidak mau menampung tangan kepada orang lain.
Utiah Kewin yang kebetulan bertemu dengan Bijak Online Senin (22/5/2017) di Kantor Desa Balai Kuraitaji, dengan didampingi Kaur Desa Yuliasma dan Nilam Sari serta masyarakat yang sedang berurusan di kantor desa itu, mengatakan Utiah Kewin, sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir kendaraan di Balai Kuraitaji, dia membantu belanja dapur keluarganya Rp. 50.000, setiap hari.
Disamping itu, Utiah Kewin, juga menabung di BPR setiap harinya Rp. 15.000, karena dia punya rencana tahun ini paada hari raya Idul Adha 11438 H, Utiah Kewin akan ikut berqurban, mendengarkan itu, ternyata Utiah Kewin punyai hati mulia dan berniat untuk ikut berqurban. Pada tahun lalu Utiah Kewin, sudah melakukan aqikah dirinya dan memberikan THR untuk anak yatim disekitar rumahnya sesuai dengan kondisinya.
“Saya punya prinsip dan pendirian tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah, jadi lebih baik berusaha dari pada menegadahkan tangan kepada orang lain,” tutur Utiah Kewin dengan nada terbata-bata.
Utiah Kewin, merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara, beralamat Dusun 3 Desa Balai Kuraitaji Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman, mulai dari jam 7 sampai jam 12 siang dia mangkal di Tugu Depan Los Lambuang Balai Kuraitaji, sebagai juru parkir. Walau pun tidak mengecap pendidikan tapi Utiah Kewin, soal kepeang dia sangat kenal sekali nilainya.
Penurut penuturan Yuliasma dan Nilam Sari, sayang Utiah Kewin, tidak ada yang mengajari belajar agama seperti mengaji dan shalat. “Kita berharap hendaknya ada yang mau membantu mengajarnya belajar agama Islam, seperti mengaji dan shalat,” ujar Yuliasma dan Nilam Sari. (amir)