TABLOIDBIJAK.COM (Padang Pariaman)— Labai Burhan salah seorang pejuang Kemerdekaan RI 1945 di Kabupaten Padang Pariaman, mengatakan, mengaku prhatin, atas kurangnya perhatian masyarakat terhadap pemasangan bendera merah putih.
Baik di halaman rumah, perkantoran dan gedung lainnya dalam peringatan HUT Kemerdekaan ke-72 tahun 2017. Kami berjuang mengusir bangsa penjajah Belanda dengan tetesan darah berwarna merah. Ribuan pejuang bercucuran darah hingga tewas akibat serangan tentara Belanda.
Demikian diungkapkan Labai Burhan, Jumat (18/8/2017), di kediamannya kepada Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Padang Pariaman Zeki Aliwardana yang mengunjunginya dalam suasana peringatan HUT RI ke-72.
Burhan yang ditemani isterinya, Rabaani, kini tinggal di Korong Badinah, Nagari Lareh Nan Panjang Barat, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman.
Menurut Burhan, betapa sedihnya menyaksikan generasi sekarang yang seakan tidak menghargai apa yang sudah dilakukan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Mereka harus berhadapan dengan bedil, senjata mortir dan tank tentara Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali.
”Nyawa mereka dipertaruhkan. Tapi hari ini dengan memasang bendera merah putih sebagai simbol bangsa Indonesia di hari peringatan kemerdekaan tersebut, terlihat banyak yang tidak memasang. Hendaknya ini perlu menjadi perhatian para pemimpin di masyarakat,” kata Burhan.
Burhan juga menceritakan perjuangannya pada perang kemerdekaan. ”Suatu hari Komandan Pleton Abdulllah PO di Pakandangan menyuruhkannya menjeput peluru ke Sicincin. Dengan seorang teman, berangkat ke Sicincin. Dalam perjalanan bertemu dengan 12 orang pasukan Belanda.
Kami sangat kuatir jika tentara Belanda menghunuskan senapan, pasti tewas. Agar tidak menarik perhatian tentara, tetap berjalan tanpa menunjukkan akan melakukan perlawanan. Nasib baik, tentara Belanda tidak melakukan penempakan,” kata Burhan yang kini sudah berumur 100 tahun. Karena alasan naik haji tahun 2007, tahun kelahirannya terpaksa dimajukan menjadi 15 April 1929 di KTP.
Menurut Burhan, meski turut berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan RI, dirinya tidak pernah menerima pensiun sebagai veteran. Dulu memang ada yang mau mengurusnya. Namun hingga kini tidak ada hasilnya. Sedangkan teman-teman dan anggota sesama pejuang di pleton 142 sudah lama wafat.
”Komandan Pleton Datuak Borong dan Wakilnya Buyung Gili, keduanya dari nagari Lubuk Pandan. Bahkan ada pula yang mau mengurus status veterannya, tapi dimintai sejumlah emas sebagai imbalannya. Akhirnya hingga kini tak jelas,” kata Burhan yang memiliki 4 isteri dan 18 orang anak. Meski memiliki empat isteri, tapi tidak pernah isterinya di madu.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Padang Pariaman Zeki Aliwardana mengakui, rendahnya perhatian masyarakat terhadap pemasangan bendera merah putih menunjukan rendahnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme dan perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia. Generasi muda semakin tidak akrab dengan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan.
”Apalagi derasnya arus melalui media sosial, televisi dan media internet yang tidak sebanding dengan penyebaran nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan tersebut. Sinetron atau tayangan di televisi yang banyak digandrung masyarakat, terlihat lebih banyak tidak menumbuhkan nilai-nilai semangat nasionalisme dan kebangsaan tersebut,” kata Zeki yang didampingi Kepala Satuan Koordinasi Cabang (Kasatkorcab) Banser Padang Pariaman Muhammad Zulfadli.
Menurut Zeki, harus ditanamkan sejak dini nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan kepada anak-anak bangsa. Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan tersebut, kata Zeki yang juga mantan Sekretaris Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman ini.(rel/amir)