MENGEJUTKAN. Itulah kesan pertama saya begitu mengetahui Sekretaris Umum KONI Sumbar Hendra Dupa mundur dari jabatannya. Lantas timbul pertanyaan saya, ada apa dan kenapa Hendra Dupa mundur? 

Yang jelas kabar mengejutkan itu cukup menggoncang dunia olahraga Sumatera Barat, karena sosok Hendra Dupa di kepengurusan KONI Sumbar, sudah tak asing lagi, Bahkan, Hendra Dupa punya pengalaman segudang di dunia sekretaris,karena pernah menjabat sebagai wakil sekretrasi 2010 lalu. 

Kemudian, alasan kesibukan yang dilontarkan Hendra Dupa sebagai alasan pengundurannya, terkesan mengada-ngada, karena Hendra Dupa hanya, punya kegiatan tambahan di Yayasan Adabiah Padang dan politisi dari PAN. 

Kesimpulannya, sikap mundurnya Hendra Dupa, selain sangat  disayangkan oleh beberapa pengurus cabang olahraga di Sumatera Barat, juga patut dicuriagai. Tak mungkinlah burung tempoa bersarang rendah. Tentu ada hal yang sangat serius bagi Hendra Dupa.

Seperti sebagaimana dikatakan Wakil Sekum Pengurus Provinsi (Pengprov) Perbasi Sumbar, Dede Amri. Katanya, pihaknya sangat menyayangkan keputusan mundur yang diambil Hendra Dupa sebagai sekretaris umum KONI Sumbar. Alasannya, karena Hendra Dupa merupakan sosok yang vital dalam membangun KONI Sumbar termasuk dalam upaya peningkatan olahraga prestasi di Sumbar, dikancah olahraga nasional.

Nada yang sama juga disampaikan Ketua Squas, Agusmardi. Katanya, pengunduran diri seorang sekretaris umum dalam sebuah organisasi mengindikasikan adanya sebuah persoalan serius dalam tubuh organisasi KONI Sumbar tersebut.  

Kemudian, kata Agusmardi, ketiadaan jabatan sekretaris umum dalam sebuah organisasi seperti KONI Sumbar bisa mengganggu roda organisasi. Alasannya, karena sosok Hendra dinilai sebagai figur yang tepat dan sangat paham dalam pengelolaan sebuah organisasi. Bahkan, Hendra Dupa saat  KONI Sumbar dipimpin Syahrial Bahtiar, menjabat sebaga wakil sekretaris.

Bagi insan olahraga dan beberapa petinggi cabang olahraga di Sumbar, ada yang menilai sikap mundurnya Hendra Dupa, katanya disinyalir karena tidak  sepaham dan sejalan dengan beberapa pengurus KONI Sumbar yang tak punya pengalaman olahraga. Bahkan, sosok yang duduk di pengurusan KONI Sumbar sekarang, bisa dikatakan juga, lebih banyak berdasarkan pertimbangan timses IP-NA  dan kemudian posisi jabatan di KONI Sumbar itu sebagai upaya balas budi dan bukan berdasarkan keahlian dan kemampuan yang bersangkutan.

Bahasa kerasnya, pengurus KONI Sumbar itu sekarang, bisa dikatakan diisi oleh orang-orang yang mencari hidup di dunia olahraga dan bukan menghidupkan olahraga. Faktanya, bisa dikatakan dari puluhan personil pengurus KONI Sumbar tersebut, mungkin hanya Budi Syukur yang punya kemampuan materil dan pengalaman membinaan olahraga dan yang lainnya bisa dikatakan kroco-kroco atau secunguk-cecunguk yang mencari hidup di olahraga.

Kini, mumpung dunia olahraga Sumatera Barat belum kiamat, tak ada salahnya juga semua Pengprov cabang olahraga melakukan evaluasi dan kajian ilmiah dan bila perlu rombak kepengurusan KONI Sumbar tersebut. Bahkan bisa juga mengadakan Musprovlub. 

Caranya, bisa saja dengan mengirimkan surat somasi kepada kepengurusan KONI sekarang, yang juga bisa dikatakan lebih mementingkan pribadi dan kelompok. Bahkan, keberadaan beberapa  pengurus sekarang, juga  bisa juga dikatakan, bukan menghidupkan KONI Sumbar, tapi mencari hidup di KONI Sumbar. 

Yang tak kalah pentingnya, agar prilaku pengurusan KONI Sumbar dikritisi. Kenapa? Karena kerjanya pengurus tersebut, selain mengadu domba, mereka juga mempergunjingkan orang perorang, dan seakan-akan mereka  itu malaikat dan sok bersih. Dan yang lebih parahnya lagi,  perbuatannya, dan niatnya tak lebih hanya untuk menggerogoti dana APBD Sumbar, yang katanya untuk dirinya dan kelompoknya dan bukan untuk atlet. 

Mumpung belum terlambat, tak ada salahnya juga kepengurusan sekarang didesak untuk membuat laporan keuangan dan dibuka ke publik, dengan tujuan agar publik tahu untuk keperluan apa uang APBD itu dipergunakan. Rasanya wajar saja kalau masyarakat mempertanyakan masalah dana tersebut.

Soalnya, hanya  dari laporan keuangan secara terbuka tersebut lah, akan ketahuan, kalau uang itu lebih banyak untuk pengurus daripada untuk atlet. Dugaan ini, karena banyak pengurus KONI Sumbar itu yang disebut-sebut mencari hidup di KONI dan bukan menghidupan KONI dan olahraga. Camkanlah. (penulis wartawan tabloidbijak.com/metro andalas)  

google+

linkedin