TABLOID BIJAK (Padang)--Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, membuka festival Cap Go Meh 2569 tahun 2018, di bawah jembatan Siti Nurbaya, Jumat, 2 Maret 2018.

"Ini adalah puncak acara dan tentu kami mengucapkan selamat hari ulang tahun Imlek 2569 tahun 2018 semoga kita diberikan berkah oleh tuhan yang maha kuasa," kata Wagub Sumbar, Nasrul Abit.

Menurut Nasrul Abit, budaya ini merupakan kekuatan besar didalam perkembangan bangsa, dalam RPJM Provinsi Sumatera Barat 2016-2021 pemerintah fokus dalam pembangunan, menjadikan masyarakat madani dan sektor perkembangan pariwisata serta daya tarik alam dan budaya, dimana menjadi salah satu yang di prioritaskan.

Kemudian kata Nasrul Abit,  keanekaragaman budaya merupakan salah satu aset pariwisata yang sangat berharga, keberagaman bukan sebagai faktor yang melemahkan tetapi merupakan sebuah kekuatan bangsa atau daerah dari perspektif pariwisata, kebarekaragaman budaya juga bisa dianggap sebagai sebuah sumber daya yang sama dengan sumber daya alam lainya yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi daerahnya.

"Saya menghimbau komitmen kita masyarakat semua pemerintah Kota Padang dan menjadikan kawasan batang arau menjadi kawasan wisata kota tua, dan tetap menjaga bentuk astrektur dan bentukanya," ujar Nasrul Abit.

Pemerintah  Provinsi Sumatera Barat melalui dinas pariwisata akan bersama-sama pemerintah Kota Padang dan masyarakat semua untuk mempertahankan budaya yang ada di Kota Padang ini. "Bukan hanya Cap Go Meh,  tapi juga budaya lainya tetap kita pertahankan dalam rangka perkenbangan pariwisata Sumatera Barat," katanya.

Sementara Ketua Pelaksana Albert mengatakan festival Cap Go Meh 2569 tahun 2018 ada banyak acara yaitu atraksi naga liong, attraksi barongsai, pawai sepasan, arak-arakan kio, pawai kuda api-api, atraksi wushu, pentas singa peking, marching band.

Kemudian kata Albert,  peserta dari seluruh marga yang ada di Kota Padang ditambah Padang Panjang, Payakumbuh, Sibolga, ada sekitar 20 marga, namun yang spesial ada tim kio yang datang dari luar Sumbar, ada dari Banten, Jakarta.

Albert menjelaskan apa itu Kio, kio ini sama artinya kayak tandu, ibarat tandu raja, yang ditandu adalah dewa-dewa yang secara budaya semacam dewa yang dipuja komunitas Tionghoa, kalau disamakan mungkin sama kayak oyak tabuih, ada yang dihormati, dan yang dibawa itu patung-patung dewa yang didudukkan dalam singgasana.

Selanjutnya, ada Sepasan yang ditampilkan oleh 120 anak, bahwa Sepasan ini artinya sangat identik dengan suasana orang Tionghoa melakukan puji syukur, selama satu tahun mereka bekerja, dan dalam Imlek ini ada kegembiraan, dan salah satunya gimana membahagiakan anak-anaknya. (Fardianto)

google+

linkedin