SAYA kaget mendengar jawaban Uwan Sukri Saad ketika ditanya masalah pengembangan Kawasan Wisata Mandeh, di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, sebagai salah satu program unggulan Gubernur Sumbar,  Irwan Prayitno. Kenapa saya kaget? Karena dengan enteng, Uwan Sukri Saad menegaskan;"Tujuan pengembangan wisata berorentasi kepada bisnis dan bisnis ya bisnis, tetapi jangan sampai memperkosa keasrian Kawasan Mandeh dengan pembangunan  hotel berbintang dan bangunan lainnya."

Kemudian, Sukri Saad mempertanyakan, mana yang lebih beruntung, objek wisata Mandeh misalnya dikunjungi 1000 orang, nilai bisnis yang masuk ke PAD, kita contohkan $ 10.000 dolas AS. Berikutnya, Mandeh dikunjungi 10 orang, nilai bisnis  yang masuk juga $ 10.000 dolas AS. Selanjutnya, yang berkunjung 1 orang, tapi  nilai bisnis yang masuk ke PAD juga $ 10.000 dolar AS.

Kini, sebelum terlanjur melakukan pengembangan terhadap kawasan Mandeh dengan berorentasi bisnis kapitalis, ada baiknya program dan perencanaan itu dikaji ulang, dan termasuk master plannya ditata ulang. Kenapa? Karena kalau dibiarkan orang asing dan aseng  "memperkosa" Kawasan Mandeh tersebut, jelas dan so pasti di Kawasan Mandeh itu nantinya akan tumbuh subur dan berkembang praktek maksiat yang bertentangan dengan Adat Basandi Syarak dan Syarat Basandi Kitabullah. 

Ingat, mantan Gubernur Sumbar Hasan Basri Durin saat berkuasa dengan tegas dan jelas menetukan sikapnya tentang dunia parawisata. "Saya rela objek wisata kita sepi atau tak dikunjungi, asal tetap bebas dari maksiat." Maksudnya, dunia pariwisata Sumbar harus client taurisme.

Diakui, objek wisata Kawasan Mandeh (Mandeh Resort) sudah dikenal baik tingkat nasional maupun Internasional dengan adanya investasi asing (Itali), mengembangkan resort wisata yang dikenal dengan Cubadak Paradiso. Kenapa ada investasi asing? Karena Kawasan Mandeh telah menjadi destinasi utama kebijakan sector pariwisata kebaharian yang dimasukkan kedalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) bersama biak dan Bunaken. Kawasan Wisata Mandeh sangat menjanjikan untuk dijadikan tujuan investasi. Makanya kini, sudah ada pengusaha asing dan aseng yang akan berinvestasi di Kawasan Mandeh.

Jadi, pengambil kebijakan dan keputusana di Sumatera Barat, harus memanfaatkan potensi yang ada untuk mengembangkan objke Wisata mandeh dan jangan biarkan "Diperkosa orang asing dan Aseng." 

Khusus untuk Kawasan Mandeh, sangat ideal dikembangkan Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, serta  perwujudan budaya Minangkabau atau kebudayaan tradisional Kabupaten Pesisir Selatan.

Pertimbangannya, karena Mandeh merupakan kawasan wisata yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan yang berbatas langsung dengan Kota Padang. Kawasan ini hanya berjarak 56 KM dari Padang dengan Luas ± 18.000 Ha dan waktu tempuh sekitar 56 menit. Kawasan Wisata Mandeh melingkupi 7 Kampung di 3 nagari yang dihuni oleh 9.931 jiwa penduduk dengan mata pencaharian bertani, berternak dan nelayan. 

Sedangkan untuk gerbang masuk Kawasan Mandeh dapat dicapai melalui laut dan jalan darat. Bila naik kapal/ boat bisa dari Pelabuhan Bungus, Gaung, Teluk Bayur atau dari Pelabuhan Muara Padang serta Teluk Tarusan. 

Sedangkan bila melalui jalan darat, terdapat tiga alternative dari tiga ruas jalan yang berbeda. Alternatif pertama dari Pasar Tarusan melalui Simpang Carocok, dan alternative kedua dari Bungus terus ke Sungai Pinang dan Sungai Nyalo. Ruas jalan terbaru ialah melewati Carocok terus menyusuri bibir pantai dan perbukitan yang landai sepanjang 12,5 KM. (Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com).

google+

linkedin