SAYA haqul yakin setelah membaca tulisan yang berjudul; Prof Irwan Prayitno dan Pelatih Asing Atlet PON Sumbar Robert John Balard." Ketua Umum KONI Sumbar, DR Syahrial Bakhtiar, akan sangat marah, gusar, jengkel dan menyumpah serapah, serta mengatakan saya dengan tuduhan negatif lainnya. Bahkan, bisa jadi Ketum KONI Sumbar Syahrial Bakhtiar akan melakukan aksinya, sebagaimana yang pernah dilakukannya terhadap saya dan Tabloid Bijak, setelah kontingen Sumbar jadi juru kunci di PON Jawa Timur, 2000 lalu. Tapi ya rapopo dan saya nrimo weee lah.

Jujur, memang antara Drs Syahrial Aziz dengan DR Syahrial Bakhtiar  yang pakar olahraga dan juga Rektor III UNP  punya cacatan kelam, menarik dan cacatan sejarah bagi prestasi dan prilaku insan olahraga Sumatera Barat. Tapi yang jelas, antara  saya dan DR Syahrial Bakhtiar sama-sama berkeinginan, agar  atlet Sumbar sukses di PON Jawa Barat, September 2016 mendatang  dengan perolehan medali sebanyak-banyaknya (target 16 medali emas)dan tidak sebagai juru kunci PON Jawa Timur 2000 lalu. Yang berbeda hanya cara antara Syahrial Aziz dan DR Syahrial Bakhtiar, doang. 

Kemudian, tulisan ini memang sengaja saya beri judul seperti ini. Kenapa? Karena Ketum KONI Sumbar, DR Syahrial Bakhtiar dengan niat baik  sengaja mendatangkan pelatih asing asal Australia Jhon Balack untuk membimbing atlet Sumbar yang akan memperkuat Kontingen Sumbar di PON Jawa Barat, September 2016 mendatang. Targetnya tentu prestasi terbaik, menimal mencapai target 16 medali emas.

Lantas timbul pertanyaan, apa pula hubungannya dengan Prof DR Irwan Prayitno Psi Msc yang sekarag lagi diamanahkan menjadi Gubernur Sumatera Barat dan pelatih asing John Balard. Jawabannya, sederhana saja. 

Setahu saya, Prof IP, merupakan salah seorang anak Ranah Minang, yang sudah dikenal sebagai pakar psikologi jebolan Universitas Indonesia dan secara otomatis punya kemampuan mensugesti, membina, membimbing mental atlet yang dipersiapkan ke PON Jawa Barat. 

Sementara setahu saya, Jhon Balack seorang pelatih asing yang punya reputasi yang katanya pernah menjadi atlet atletik peraih medali perak di Olimpiade. Jika dibandingkan, jelas Jhon Balack  tak punya kemampuan melebihi Prof IP dalam pembinaan mental atlet, termasuk mensugesti atlet. 

Sedangkan dari prestasi atlet lainnya, Jhon Balack pelatih asing yang diputus kontak oleh negara tetangga Malaysia. Alasannya, karena John Balard  dinilai gagal membina atlet dan mencapai target Malaysia di SEA Game. 

Dari kedua sosok ini, ada yang anehnya ---dan hanya sebagai perbandingan saja---, Prof IP sebagai gubernur Sumbar hanya memperoleh gaji Rp 8 juta sebulan dan sementara John Blard Rp 80 juta belum termasuk uang transfortasi dari luar negeri ke Padang dan plus penginapan dan akomudasi lainnya. Khusus masalah gaji ini, wajar saja jika anggota dewan yang terhormat Hidayat politisi Partai Gerindra dalam komentarnya saat KONI dan DPRD Sumbar hearing, merasa tersinggung. 

Selain mendatangkan John Balard, ternyata Ketum KONI Sumbar, DR Syahrial Bakhtiar juga mendatangkan dua orang pelatih berasal dari Jepang yaitu Tatsuno Ma­sakazu dan Sengoku Tsuneo serta dari Sri Langka Ranil Harshana. Masalah bayarannya, saya tak tahu.

BAGI saya, kebijakan Ketum KONI Sumbar mendatangkan pelatih asing, ya syah-syah dan wajar saja, jika kajian dan analisanya ilmiah dan melalui saran, serta masukan yang dihimpun, baik dari sesama pengurus KONI Sumbar, serta beberapa pakar olahraga yang ada di Sumatera Barat. Apalagi Sumatera Barat, termasuk provinsi yang punya Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP yang punya beberapa pakar olahraga. 

Lantas timbul pertanyaan, apakah kebijakan Ketum Sumbar, DR Syahrial Bakhtiar mendatangkan pelatih asing dengan bayaran mahal tersebut sudah melalui kajian dan analisa ilmiah dengan melibatkan pengurus KONI Sumbar dan Pakar, serta eksekutif dan legislatif?. Jawabannya, saya juga belum tahu.

Kini, kalau kita berbicara prestasi olahraga, setahu saya yang hanya seorang jurnalis, jelas banyak faktornya. Yang jelas, bagi seorang atlet, kemampuan fisik awalnya terlihat menentukan. Namun, tidak begitu kata psikolog; fisik hanya menempati urutan kedua, karena mental adalah segalanya.

Kemudian, seorang Psikologis olahraga, Dr. John Bartholomew dan Dr. Esbelle Jowers dari Universitas Texas sepakat, kalau atlet kelas dunia memadukan kekuatan fisik dan mental sebagai rahasia prestasi yang mereka raih.

Sedangkan pertandingan merupakan momen bagi atlet untuk memaksimalkan apa yang mereka lakukan saat latihan. Mental berpengaruh besar di sini. Kemudian, Bartholomew mencontohkan saat hendak memukul bola golf, Tiger Woods tidak banyak berpikir akan memukul ke mana, dengan kekuatan seperti apa. Karena mental yang sudah terbentuk, lengannya sudah secara otomatis mengukur jarak bola dengan lubang.

Sebagai seorang psikolog, kata DR John Bartholomey, dirinya  hanya mencoba membantu atlet secara konsisten dan sempurna seperti yang mereka lakukan dalam latihan. Yang jelas seorang atlet harus bisa mengelola emosi dan menjaga agar tidak kehilangan fokus. Satu hal yang harus dihilangkan adalah ketakutan akan kekalahan.

Sementara menurut pakar kinesiologi, Gaetan Boutin, yang katanya, terdapat lima teknik yang biasa dilakukan atlet profesional untuk membangun kekuatan mental dan penampilan juara:
Yang pertama; Menerima Kegagalan
Sebelum benar-benar sukses, umumnya seorang atlet merasakan kegagalan. Tanpa kegagalan, atlet  tak akan pernah mendorong dirinya terlalu keras. Kegagalan adalah cara membangun diri terhebat yang pernah ada. Saat kalah, atlet akan mencoba mencari tahu mengapa ia bisa gagal, dan bagaimana mencegah agar kegagalan itu muncul kembali.

Yang kedua; Latihan Mental
Bagi atlet, latihan mental adalah memvisualisasikan latihan yang sudah dijalani ke dalam otak, sehingga saat tiba waktunya pertandingan, sang pemain sudah tahu harus melakukan apa. Sebenarnya tidak ada yang namanya benar-benar bakat, yang ada hanyalah kita yang terus berlatih dan mencoba.

Yang ketiga; Membayangkan Kesuksesan
Teknik seperti ini biasa dilakukan atlet golf Tiger Woods dan Chuck Liddel. Bagi seorang pegolf, mereka tidak pernah diburu waktu, seperti halnya sepakbola yang harus serba cepat bertindak. Sebelum memukul bola, mereka membayangkan bola akan melambung, terpental ke rumput, dan masuk ke lubang. Ini akan membawa energi positif untuk mendapatkan hasil maksimal.

Yang keempat; Menetapkan Tujuan
Dalam olahraga pertarungan, ada istilah “semakin banyak Anda berdarah saat latihan, semakin sedikit darah yang dikeluarkan saat pertarungan yang sebenarnya”. Anda harus tetap fokus saat berlatih dengan cara menetapkan tujuan. Buat target dan kapan harus diselesaikan. Target-target itu dapat menjadi pengingat dan pemberi motivasi untuk mendapatkan kemajuan.

Yang kelima; Dukungan tim
Kekuatan mental bisa didapat dari luar diri. Seseorang yang tepat di dekat Anda adalah cara terbaik mendapatkan sukses. Memiliki orang-orang yang mampu mendukung Anda seperti keluarga, kerabat, teman, sahabat, kekasih (kalau punya), adalah salah satu cara bagaimana tujuan Anda dalam hidup bisa tercapai.

Jadi bisa disimpulkan, kalau mental juang, merupakan faktor utama keberhasilan atlet dalam meraih prestasi emas. 
Berikut ini saya kutipkan beberapa komentar atlet Indonesia yang punya reputasi tingkat dunia. 
Susi Susanti; "Disiplin dan konsentrasi adalah kunci dari sukses."
Bambang Pamungkas; "Motivator terbaik dalam hidup ini adalah diri sendiri."
Chris John;"Jika belum-belum yang dipikirkan adalah uang, maka ketika uang itu belum muncul, seseorang tidak akan bisa bekerja keras."

JADI kata kunci menurut saya, kesuksesan seorang atlet terletak pada dirinya, baik fisik maupun mental. Sedang pelatih hanya sebagai pembimbing. Apakah mungkin seorang Jhon Balack mampu membian sekitar 407 atlet PON Sumbar? (Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com).

google+

linkedin