UNTUNG saya sarjana Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang BP 78 dan bukan sarjana Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Kenapa untung? Karena sebagai sarjana IAIN Imam Bonjol Padang, tentu saya tak tahu secara ilmiah kenapa bibit cabe keriting, bibit tomat hidup segan mati tak mau, begitu juga dengan bibit bawang, sirsak, terung, ketika saya diajak teman untuk bertandang ke Balai Benih Induk (BBI) Lubuk Minturun Kota Padang, 9 Maret 2016, sekitar pukul 15.35 WIB.

Kalau saya sebagai sarjana pertanian Fakultas Pertaian Universitas Andalas Padang, atau fakultas pertanian ternama di republik ini, tentu saya akan menangis terisak-isak melihat fakta areal pertanian di Balai Benih Induk (BBI) Lubuk Minturun yang dibiayai APBD Sumbar, ternyata kondisinya lebih jelek dari areal pertanian yang dikelola masyarakat petani.

Jujur saya tak tahu percis kapan BBI Lubuk Minturun ini dibangun. Tapi jika dilihat plang mereknya yang sudah lusuh dan berkarat, pasti sudah bertahun-tahun. Kemudian di plang papan merek itu tertulis Pemerintah Daerah TK I Sumatera Barat Dinas Pertanan Tanaman Pangan Balai Benih Induk Tanaman Hortikultura Lubuk Minturun.

Berdasarkan data, BBI Lubuk Minturun berada dalam lokasi tanah seluar 3,35 hektare untuk lahan usaha. Kemudian 2 hektare untuk tanaman buah-buahan, 025 hektare untuk tanaman hias dan 0,10 untuk tanaman obat.  

Kemudian, di BBI Lubukminturun dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana pendukung. Adapun sarana yang dimiliki seperti 2 unit kantor, 3 unit screen house, shadeng net, rumah kaca, 3 unit scadiloot, 2 unit gudang sarana, 2 unit gudang alsin, 1 unit labor kultur jaringan, 1 unit ruang pertemuan, 1 unit clinic tanaman hias, 1 unit rumah kepala, mess serta dilengkapi dengan berbagai sarana produksi seperti traktor,cangkul, parang, pisau okulasi, gunting, gerobak, hand sprayer dan mesin potong rumput.


Katanya, BBI Lubukminturun selain penyuplai benih unggul juga penyuplai rasa yang menjadi sumber inspirasi bagi pengunjungnya. Kenapa? Karena katanya, BBI Lubuk Minturun di dalam  tata alam yang indah dalam aliran air gunung yang jernih mengalir di antara bantaran sungai mini seukuran sedepa orang dewasa. Bunyi air mengalir bagaikan musik bak mendendangkan benih yang mengakar di hati di atas lahan yang kelak menyebar di atas lahan kesejahteraan petani. 

Tapi faktanya, saya tak menemukan sebagimana yang dikoarkan tentang BBI Lubuk Minturun tersebut. Bahkan, seorang perwira polisi yang diajak ke BBI Lubuk Minturun, mempersiapkan diri pensiun, malah dengan tegas menyebutkan; Saya walupun bukan petani, saya menilai BBI Lubuk Minturun itu memalukan."

Idealnya, pendirian kebun benih hortikultura tentunya harus memenuhi persyaratan standar teknis sebagai kebun benih yang baik dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai agar dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Kenapa? Karena selain mempunyai tugas pokok sebagai Balai Benih Hortikultura sebagai penunjang PAD perlu dikembangkan dan mengoptimalkan potensi yang ada di lokasi tersebut sebagai kebun percontohan, tempat pelatihan petani dan petugas serta sebagai Tempat Wisataagro yang  menyediakan tempat untuk rest area, wisata kebun, kuliner yang aduhai.

Persoalan lainnya, keberadaan BBI Lubuk Minturun harus menjadi percontohan peningkatkan produksi dan penyediaan benih atau bibit hortikultura. Tujuan yang diharapkan untuk mempercepat pengembangan produk buah unggulan melalui penyediaan bibit hortikultura yang berkualitas, serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas dalam penangkaran benih hortikultura serta pengelolaan kebun hortikultura.

Setelah bertandang ke BBI Lubuk Minturun, timbul sejumlah pertanyaan bagi saya, diantaranya tekah berapa dana APBD SUmbar yang dihabiskan untuk membangun BBI Lubuk Minturun tersebut dan apa keuntungan bagi peningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD), serta bibit unggul apa yang telah dihasilkan dari keberadaan BBI Lubuk Minturun tersebut.

Rasanya, anggota dewan yang terhormat di DPRD Sumbar, sudah sangat perlu turun ke lokasi BBI Lubuk Minturun untuk menyaksikan secara langsung kondisinya. Kemudian pertanyakan penggunaan anggarannya. Yang perlu dipertanyakan lagi untuk anggaran 2016 ini, DInas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar dianggarkan Rp 26.294.480.788.00. Semoga. (Penulis waratwan tabloid bijak dan padangpos.com)

google+

linkedin