BIJAK ONLINE (Padang)-Sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Barat, Hidayat dengan tegas menyatakan dirinya merasa tersinggung kenapa KONI Sumbar memakai pelatih asing.

"Saya memang tidak banyak yang paham olahraga dan saya menyimak ada masalah dengan dana," kata Hidayat ketika memberikan komentarnya dalam acara dengar pendapat antara Komisi V dengan KONI Sumbar, Jumat, 4 Maret 2016.

Menurut Hidayat, dana yang dianggarkan untuk KONI Sumbar senilai Rp 30 miliar dan target KONI 16 emas. "Kemudian apa bonus untuk atletnya masih diambilkan dari APBD SUmbar," kata politisi yang berlatang belakang wartawan ini.

Kemudian, kata Hidayat, dirinya sengaja mempersoalkan honor pelatih asing, yang katanya Rp 80 juta belum termasuk transfortasi, akomudasi dan lain sebagainya. "Apa honor Rp 80 juta untuk pelatih asing itu, tidak pemborosan namanya tu," ujarnya balik bertanya.

Selanjutnya, Hidayat mempertanyaan juga masalah hengkangnya atlet renang Yosita Hapsari ke daerah lain. "Apakah tak ada kopensasi dana transfer Yosita dari daerah yang menerimanya ke KONI Sumbar," kata politisi dari partai Gerindra ini.

Secara terpisah ditempat yang sama, Ketua KONI Sumbar, DR Syahrial Bakhtiar menjelaskan, kalau masalah pelatih asing, memang keberadaan pelatih asing itu sangat membantu KONI dalam mempersiapkan atlet. "Kemampuan Jhon Balack jauh dari pelatih kita yang ada. Kelebihan Jhon Balack, dia bekerja 12 jam perhari dan sudah tu membuatkan pula laporan setiap hari tentang kondisi atlet kita, baik secara fisik, maupun secara teknik," katanya, sembari menambahkan, dari laporan Jhon Balack, hanya satu orang atlet PON Sumbar yang memenuhi standarta Vo2max. 

Kalau masalah bayaran, kata Syahrial Bakhtiar, nilai Rp 80 juta tersebut, masih kecil jika dibandingkan dengan apa yang diperolehnya di Malaysia. "Kita di UNP memang banyak juga pakar atau ahli, tetapi dari beberapa kali saya tawarkan, tak satu pun yang sanggup atau bersedia, karena kesibukan di akademis di kampus," tambah pelatih tenis lapangan ini. 

Sedangkan masalah Yosita, kata Syahrial Bahktiar, memang KONI Sumbar serba sulit waktu itu. Soalnya, Yosita meminta dana sekitar Rp 30 juta sebulan untuk biaya pendidikan dan transfortasinya dari Amerika. "Karena KONI waktu itu mengambil kesepakatan untuk melatih pelapis kedua dari Yosita," tambahnya. (PRB)

google+

linkedin