BIJAK ONLINE-"Beauty is pain" atau "Beauty is expensive" kerap mengiringi
perkembangan teknologi estetika di dunia, khususnya di Indonesia. Tanpa
bermaksud bersikap diskriminatif, masyarakat Asia dianggap sebagai
konsumen terbesar industri operasi bedah plastik, terutama area hidung
karena bentuk hidung yang cenderung tidak proporsional.
Tak heran,
ragam pilihan operasi bedah plastik menjamur di Indonesia. Ada yang
menempuh jalur rhinoplasty, adapula yang memilih suntikan dermal filler
sebagai terobosan baru prosedur operasi kecantikan.
Apakah semua
operasi atau perawatan tersebut aman? Jawabannya, tentu aman jika
dilakukan sesuai ketentuan prosedur medis yang berlaku. Namun,
komplikasi bisa juga terjadi terutama saat proses penyuntikkan dermal
filler hidung dalam tingkatan ringan maupun serius.
"Umumnya
komplikasi ketika dermal filler menyebabkan lebam atau kebiruan karena
dokter menusuk pembuluh darah karena menyuntikkan filler menggunakan
jarum tangan," jelas Dr. Fitra Dien Shefrianti dari Impressions
Aesthetic Clinic.
Komplikasi lainnya bisa juga menyebabkan
Nekrosis, yakni suatu kerusakan jaringan yang terjadi karena filler
masuk ke pembuluh darah dan menyumbat pembuluh darah, atau karena filler
yang disuntikkan terlalu banyak di ujung hidung sehingga filler menekan
pembuluh darah di ujung hidung (end artery) sehingga suplai darah tidak
sampai ke jaringan dan menimbulkan kerusakan jaringan.
Hal ini
merupakan komplikasi filler terburuk yang mungkin namun juga jarang
terjadi, dan terjadi bila dokter menggunakan jarum tajam. Untuk
menghindari komplikasi ini, klinik atau dokter kecantikan berkualitas
pasti menggunakan jarum tumpul yang lentur (cannula).
Kelebihan
Cannula sendiri jika membentur pembuluh darah akan membelok dengan
sendirinya sehingga tidak mencederai pembuluh darah dan tidak merusak
jaringan apa pun di wajah, proses pemancungan hidung pun menjadi lebih
aman dibanding teknik menggunakan jarum tajam yang dilakukan di
klinik-klinik lain pada umumnya. (Ridho NugrohO/Tabloidnova.com)