BIJAK ONLINE (PAYAKUMBUH)---Pondok Pesantren (Ponpes) MTI Pakan Sinayan, kecamatan Payakumbuh Barat, sukses laksanakan ujian pondok berbasis kitab kuning untuk tingkat wustha dan ulya. Ujian pondok ini diikuti 43 santri wustha dengan 3 orang santri inklusi, Sabtu (16/12).
“Ujian di tingkat ulya diikuti 20 santri dengan 4 diantaranya santri inklusi. Ujian ini telah dimulai sejak dengan mapel Nahu dan Feqah pada Senin tanggal 4 Desember dan berakhir Sabtu (16/12), dengan mapel Tauhid dan Ushul Fiqh, “ujar Pimpinan Ponpes MTI Pakan Sinayan Erman Ali kepada wartawan di saat kegiatan berlangsung.
Dikatakan Erman Ali, ujian pondok hari ini sedang berlangsung untuk jam kedua yaitu mapel Ushul Fiqh yang diikuti 43 santri wustha dan 20 santri ulya. Dari kesemuanya itu terdapat 7 orang santri inklusi yaitu Izbul Ridho setingkat kelas XII, Lusi Andrika dan Nur Annisa setingkat kelas XI dan Risqa Ananda setingkat kelas X.
Sedangkan di tingkat wustha Riska Amelia Putri dan Erpan Yoranda setingkat kelas VII dan Mutia Khairani setingkat kelas VIII. Mereka semua tingga di asrama SLB Tuna Netra Kelurahan Pakan Sinayan.
Pelaksanaan ujian untuk siswa inklusi sangat beda dengan lainnya. Pelaksanan ujian pondok untuk siswa tuna netra, mereka hanya mengandalkan pendengaran dan ingatan. Kita bacakan soal secara imla perlahan. Jawaban yang mereka berikan kemudian kita tulis.
“Selain itu, soal ujian yang dipakai adalah jenis Braile. Mereka baca soal dan langsung menyebutkan jawabannya. Jawaban itulah yang kita bantu tuliskan dengan huruf abjad biasa. Karena tidak semua guru yang bisa membaca Braile. Kita hanya punya seorang guru yang paham dan telah ikuti pelatihan Braile di SLBN Centre Payakumbuh, yaitunya Jasrial Efendi,” ulas Emran Ali.
Emran Ali juga berpesan, kita mesti banyak bersyukur dan ber’ubudiah, santri inklusi ini mesti menjadi cambuk bagi kita yang lengkap panca inderanya. Mereka gigih untuk menjadi insan yang berguna walau belajar dengan sistem yang berbeda.
“Kita yang memiliki indera lengkap, pastinya tidak semuanya bisa membaca Braile. Mari kita bersyukur dan selalu meningkatkan pengetahuan, jangan sampai kalah dengan santri inklusi, “ujarnya. (ada)