"Aktualisasi ini adalah bagaimana keberadaan kita itu diakui, dan ikut serta, bagaimana peran kita itu didalam pembangunan dalam nagari itu turut serta dalam pembangunan," kata Wagub Sumbar, Nasrul Abit dalam sambutanya.
Menurut Nasrul Abit, peranan mahasiswa dalam pembangunan pedesaan, sejalan dengan Tri DHarma Perguruan Tinggi. "Yang pertama, pendidikan yang salah satunya menyangkut teori-teori yang ada di fakultas. Yang kedua, penelitian yang didapat dari teori-teori dan dapat dibuktikan. Yang ketiga adalah pengabdian masyarakat," katanya.
Selanjutnya, kata Nasrul Abit, peran mahasiswa, pemuda pelajar dari masa ke masa, yaitu terinfirasi dari Budi Utomo, yakni Sumpah Pemuda, pergerakan kemerdekaan, orde baru, reformasi.
Kemudian Nasrul Abit juga menjelaskan, pembangunan perdesaan yaitu pembangunan berbasis perdesaan dengan mengedepan kearifan lokal kawasan perdesaan yang mencakup struktur demokrafi masyarakat, sosial budaya, geografis, pertanian, ekonomi desa-kota, kelembagaan desa dan kawasan pemungkiman. "Nagari di Sumatera Barat sebelum berpedoman kepada UU 5 Tahun 1979, 543 nagari, UU 5 tahun 1979 (perda No. 13/1983, 3.138 nagari dan 40 kelurahan, kemendagri 120-793/1988, 3.544 nagari dan kelurahan, UU No. 22/1999 (perda No. 2/2000), 754 nagari dan 126 desa, pemekaran 2015, 880 nagari dan desa, pemekaran 2017, 928 nagari dan desa.
Selanjutnya, dana desa Sumatera Barat dari tahun 2015-2018 totalnya adalah sebesar Rp 2.452.264.295.000,. Dan permasalahan pembangunan desa yaitu kemiskinan, pengangguran, dilematika pendidikan, dan kesehatan.
Selain itu, Nasrul Abit juga menyampaikan masalah mahasiswa saat ini menurut provinsi yang pertama narkoba, saya mengharapkan ananda jangan masuk, jangan mau dirayu apapun bentuknya.
"Masalah LGBT, saya mau LGBT berangkat dari Sumatera Barat karena kita mempunyai falsafah yaitu adat basandi syarak, syarak basandi khitabullah, dan agama apapun tidak membolehkan," tegas Nasrul Abit.
"Sekarang 75 persen yang terkana HIV di RS. M. djamil itu semua LGBT, dan sekarang kita sedang melakukan penelitian, dan akhir maret akan keluar hasilnya, setelah keluar nantinya kami akan undang forkopimda, ninik mamak, semua tokoh masyarakat, walinagari, bupati dan semua akan kami undang dan akan kami beri jangka seberapa banyak LGBT di Sumatera Barat ini, ternyata LGBT yang banyak itu adalah suku minang," tambah Nasrul Abit.
Menurut Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat, Nasrul Abit, jika generasi muda ingin sukses, maka mereka mesti menjauhi nakorba dan prilaku menyimpang, seperti Lesbian, Gay, Biseksual dab Transgender (LGBT).
"Jangan gara-gara putus cinta, lantas frustasi, kemudian menjadikan nakorba dan LGBT sebagai pelarian. Itu salah dan tidak benar," ujarnya ketika membuka Seminar Nasional di Kampus Univesitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Minggu, 11 Maret 2018.
Hadir dalam kesempatan itu Ketua DPRD Kabupaten Pessel, Pembina IMPPS Drs. Yulizar Yunus dan beberapa narasumber lainnya.
"Ananda, hidup ini adalah perjuangan yang tak kenal kata menyerah. Segala sesuatu yang dicita-citakan, mesti kita berkorban, bekerja, berusaha sekuat hati agar mendapatkan segala mimpi dan harapan yang diinginkan," ujarnya.
Kegagalan itu, kata Nasrul Abit, merupakan hal yang biasa. Tapi jangan membuat diri jadi patah arang dan melarikan diri pada hal-hal yang merusak diri sendiri.
"Kita harus bangkit menjadi yang terbaik. Tidak ada alasan untuk surut jika gagal, dan terus mencoba kembali hingga berhasil karena saat ini persaingan global telah menanti diri dalam persaingan dengan negara-negara sahabat," ungkapnya.
Ia berharap banyak kepada generasi muda. Apatah lagi, saat ini jumlah generasi muda sudah semakin besar dan merupakan kekuatan bangsa memajukan negeri tercinta.
"Saat ini, 75 persen penyakit Aids dan HIV berasal dari perbuatan sek menyimpang LGBT dan narkoba. Dan dari data sementara yang didapat berbagai pihak, LGBT terbesar Indonesia itu berasal dari Sumatera Barat," cakapnya.
Saat ini, katanya, pihaknya bersama tim sedang melakukan pendataan yang lebih detail dan diperkirakan pada akhir maret ini selesai. Setelah itu, baru dipetakan titik persoalan dan tindakan apa yang akan disepakati dalam menumpas LGBT di Sumatera Barat.
"Kehidupan LGBT adalah kehidupan yang semua agama melarang dan tidak baik disegi kesehatan. Dan dalam budaya Minang dengan filosofi "Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK)" jelas-jelas tidak ada dalam budaya dan adat kita," tegasnya.
Wagub menyampaikan keprihatinan dengan kondisi Sumbar saat ini, di mana anak perempuan sekamar bisa lesbian, anak laki-laki sekamar bisa gay dan jika anak perempuan dan laki-laki sekamar belum nikah, maka lebih gawat lagi.
"Ibarat buah simalakama, karena begitu dahsyatnya ancaman LGBT di Sumbar, dan baru kita ketahui pula ketua perhimpunan LGBT Indonesia orang Minang. Data LGBT yang beroperasi di Padang ada 100 orang dan 150 orang laki-laki itu telah beristri," ujarnya.
"Sedih dan pilu hati kita mengetahui ini. Betapa tatanan budaya Minang nan elok ini dicoreng dengan prilaku generasi Minang dengan melakukan perbuatan yang amat dibenci Allah SWT," urainya.
Melihat kondisi tersebut, ujar wagub, pihaknya akan menggelar rapat bersama Forkopimda, MUI, LKAAM, Bundo Kanduang, tokoh pemuda serta stekholder lainnya. (Fardianto)