PRATIK demokrasi menghasilkan maksim yang disebut coba-coba (trial and error). Artinya, pemerintahan demokratis selalu mengalami berbagai percobaan karena berbagai alasan. 

Rumitnya pengaturan mekanisme saling kontrol (check and balance mechanism), kompleksnya proses pembuatan keputusan karena pertarungan kepentingan yang demikian beragam, nikmatnya godaan kekuasaan serta pilihan politik yang tidak mengenal benar atau salah. Opsi kebijakan politik selalu sarat dengan kompromi kepentingan.

Tugas pemimpin atau kepala pemerintahan dinegara demokrasi sangat berat. Terlebih dalam konteks kekinian di Indonesia. Siapapun pemimpinnya akan mewarisi berbagai permasalahan yang kronis, akut, dan sistematik. Mulai dari struktur kekuasaan yang rancu, korupsi disekujur struktur kekuasaan, defisit modal usaha, kemunafikan penguasa, politik transaksional, kredibilitas semua lembaga politik yang rendah, politik uang, serta kerancuan publik membedakan kedurjaan yang bersenyawa dengan perilaku santun.

Menyadari kenyataan yang membuat miris tersebut, masyarakat berusaha mencermati tokoh-tokoh publik dengan berbagai kriteria, seperti integritas, kompetensi, akseptabilitas dan lain sebagainya.

Meskipun dalil demokrasi selalu diwarnai karakter trial and error, namun siapa saja yang akan menjadi pemimpin dan mengisi posisi umum harus mempunyai karakter, peka terhadap harapan dan penderitaan rakyat.

Rakyat harus mampu mencegah petualang politik yang menghalalkan segala cara guna memburu kekuasaan yang telah merusak tatanan karena hanya ingin memenuhi naluri primitif. 

Banyak tokoh yang hanya mengandalkan politik citra sebagai daya pesona yang pada dasarnya mengelabui rakyat dan daya pikat yang diproduksi oleh sikap narsis yang menghasilkan popularitas semu.

Rakyat juga harus membuka diri terhadap kandidat-kandidat yang berwatak ksatria mempunyai visi dan cita-cita luhur berdasarkan ideologi yang berazakan Pancasila dan UUD 1945. (Penulis adalah Aktifis)

google+

linkedin