Gubernur (Sumatera Barat) Irwan Prayitno mematahkan anggapan kuno bahwa bersastra, khususnya berpantun-pantun hanya dilakukan sastrawan seperti Chairil Anwar, Mak Katik, Wisran Hadi, Emha Ainun Nadjib, Rusli Marzuki Saria dan seterusnya itu.

Ekspresi pantun Irwan Prayitno tidak kaku, bebas lincah tapi patuh kaidah, dari bahasa Indonesia melompat ke bahasa Minang bolak-balik tanpa halangan.

Dia sangat dan terpaksa produktif karena sebagai Gubernur yang selalu tampil di depan publik dan memberikan sambutan-sambutan, digunakannya pantun sebagai medium komunikasinya. Dan ternyata mendapat respons yang menggembirakan.

_Ndak ado galeh ambiaklah cawan_
_Latakkan di mangkuak goreng bakwan_
_Hadir Budayawan sarato Wartawan_
_Tandonyo Gubernur banyak kawan._

Dalam 196 acara (Batagak Gala, reuni SMP, sidang paripurna DPRD, pesantren Ramadhan, pernikahan kemenakan, Hari Air Dunia dan seterusnya dan seterusnya), pantun dibacakan di awal pertemuan sebanyak 2006 bait dan membuat situasi jadi gembira.
                   
_Enak didengar pembacaan syair_
_Pantun dibaca mahasiswa Unair_
_Anak dididik menggambar air_
_Biar tahu pentingnya air._


Sebagai sastrawan yang banyak mengeluh tentang betapa tertinggalnya pendidikan sastra di sekolah sehingga manifestasi sastra di masyarakat rendah, dengan kenyataan bahwa ada Gubernur yang ekspresif dengan pantun, saya merasa luarbiasa gembira dengan kekecualian ini.

_Jika anak berjiwa seni_
_Bakatnya datang tidak menjelma_
_Pendidikan dimulai Sejak Dini_
_Orangtua dan guru harus seirama._

Saya berharap buku *“Spontan Pantun”* ini dibacakan di depan siswa-siswa di kelas oleh guru bahasa dan sastra SMP dan SMA Sumatera Barat, kemudian juga dibaca oleh siswa-siswa itu. Begitu pula di perguruan tinggi, sehingga pastilah akan ditiru secara kreatif oleh mereka sebagai bentuk komunikasi yang mengasyikkan.

Saya mengucapkan terima kasih dan selamat kepada Adinda Gubernur Irwan Prayitno atas terbitnya buku “Spontan Pantun” yang unik ini, sebagai tambahan terhadap 36 buku pendidikan yang sudah ditulisnya. 

Semoga jerih payah ini bermanfaat bagai peningkatan literasi generasi muda kita dan menjadi bentuk ibadah yang diridhaiNya. Amin.


*Taufiq Ismail*

Jakarta, 27 Januari 2017.

google+

linkedin