BIJAK ONLINE (Padang)-Sebagai sarana transportasi  tradisional masa lalu, keberadaan bendi masih dipertahankan dan dilestarikan oleh Pemerintahan Kota Bukittinggi untuk mendukung program parawisata.
 
“Kalau saya tak salah, jumlah bendi yang masih bertahan di Kota Bukittinggi ada sekitar 200 buah dan semuanya bergabung dalam Persatuan Kusir Bendi (PKB),” kata David salah seorang kusir bendi ketika dihubungi Tabloid Bijak didepan Hotel Roxy di Kota Bukittinggi, Minggu 16 November 2014.
 
Menurut David, bertahannya bendi di Kota Bukittinggi, karena mendapat dukungan dari pemerintah yang melarang ojek beroperasi Dari  pagi hingga sore. Maksudnya, ojek baru boleh beroperasi dari sore hingga malam. “Sudah itu, kami dari Persatuan Kusir Bendi diberi kebebasan beroperasi di daerah objek wisata,” kata kusir yang mengaku telah menjadi kusir bendi sejak umur 15 tahun.
 
Dengan adanya larangan ojek tersebut, sangat membantu para kusir bendi untuk membawa para turis yang berkunjung ke Kota Bukittinggi. “Kami para kusir bendi sangat berterima kasih dengan kebijakan walikota,” tambahnya.
 
Nada yang sama juga disampaikan, Ibrahim. Menurutnya, pendapatannya dari membawa turis ke objek wisata lumayan dan mencukupi untuk biaya makan kuda. “Kuda memerlukan biaya sekitar RP 40 ribu setiap hari, untuk membeli sagu enau dan dedak padi, serta rumput,” katanya.
 
Menurut Ibrahim, dirinya telah menjadi kusir bendi sekitar 30 tahun dan berhasil membiayai biaya anaknya menamatkan pendidikan perguruan tinggi. “Anak saya empat orang dan yang nomor 1 dan tingga sudah berumah tangga dan tinggal satu orang yang masih duduk di bangku SMA,” katanya.
Seetiap bule yang ingin berkunjung ke Jam Gadang dari Kampung Cibo hanya dikenakan ongkos RP 50 ribu dan kadangkala dapat lima  kali dan kadangkala tiga kali. “Lumayanlah untuk bertahan hidup dan menghidupkan keluarga,” katanya.
 
Menurutnya, para bule lebih senang naik bendi atau berbendi-bendi keliling Kota Bukittinggi sesuai rute yang dizinkan Pemko Bukittingi. “Setiap bule itu mau naik bendi, selalu mereka berfoto dulu dan kadangkala saya juga diajaknya ikut berfoto,” tambah Ibrahim.
 
Sebagai salah seorang angota PKB, kata Ibrahim, dirinya berharap agar Pemko Bukittinggi terus mempertahankan kebradaan bendi. “Bandi sudah merupakan tansportasi trandisional bagi bule dan pelnacong lainnya,” ujarnya. (yal aziz)


google+

linkedin