Langkah, rezeki, pertemuan dan maut, hanya Allah yang Maha Kuasa yang tahu. Begitu juga dengan perjalanan kehidupan, Alkudri anak Nagari Pauh Limo,  yang sudah sejak sepuluh tahun yang lalu menyiapkan diri dan bercita-cita untuk menjadi Walikota Padang. Tapi, suratan takdir belum menentukan ratak tanganyo untuk menjadi orang nomor satu di Kota Padang periode 2014-2019, karena pertimbangan politis, serta menghormati senior dan raso sakampuang.

Ada beberapa catatan tentang rekam jejak seorang Aludri dalam menapak setiap langkahnya menuju BA 1 A Kota Padang. Secara diam-diam, ternyata  Alkudri telah bermain dilapisan bawah dengan menjalin komunikasi dengan tokoh masyarakat, anak nagari, serta semua elemen masyarakat untuk mendukung program dan langkahnya.

Sebagai anak Padang pinggiran, Alkudri telah merasakan kesulitan hidup dimasa kecilnya, saat masih duduk di bangku sekolah dasar di Nagari Pauhlimo. Kenapa? Karena sepulang dari sekolah, Alkudri memanfaatkan waktunya dengan menjadi pekerja pengumpul batu dan pasir di Batang Kuranji. Kemudian, uang yang terkumpul, selain untuk biaya sekolahnya, juga membantu orang tuanya, sebagai sebuah pengabdian seorang anak kepada orang tuanya.

Yang hebatnya, aktifitasnya sebagai kuli pengumpul batu dan pasir di Batang Kuranji, tidak membuat  nilai sekolahnya anjlok. Bahkan, Alkudri, selalu juara di kelasnya. Setelah lulus SMPN 14 Padang, Alkudri melanjutkan pendidikan ke STM Negeri 1 Padang jurusan Gambar. Di sekolahnya itu, setiap tahun, Alkudri  selalu meraih juara umum dan mendapat beasiswa Supersemar.

Bemodalkan semangat dan selalu berdoa kepada Allah Yang maha Kuasa, Alkudri memulai kariernya di dunia bisnis menjadi penguasa real estet, yang akhirnya mengantarkan dirinya menjadi Ketua DPD REI Sumatera Barat. Jadi, sosok Alkudri, sudah sangat populer di dunia pengusaha terutama didunia properti. Kini, Alkudri menjadi satu-satunya anak Nagari Pauh Limo yang bergabung dengan pengusaha properti nasional di DPP REI Pusat.

Ada hal yang menarik dari cara Alkudri berkarya yang disejalankannya dengan pengabdian untuk kepentingan orang banyak, terutama untuk kampung halamannya, Nagari Pauhlimo. Faktanya, setiap konsep dan gagasan yang akan dijalankan dan dikembangkan, selalu beroretasi kepada kepentinganan orang banyak. Kenapa? Karena kalau secara pribadi, Alkudri sudah menikmati hasil jerih payahnya, sebagai seorang penguasaha real estet dan upaya dan usahanya itu juga dinikmati kelaurga, terutama kedua orang tuanya.

Berkat keahliannya mengambar, Alkudri yang masih duduk di kelas dua, sudah dilirik perusahaan properti PT Polapapan Nusantara untuk menjadi juru gambar ataf drafmen. Jadi, Alkudri sekolah sambil bekerja. Diantara hasil gambar, Alkudri, perumahan  Villa Polamas I Andalas, Villa Polamas II Parupuk Tabing, Perumahan Pondok Jati Mekar, Perumahan Pondok Pasir Mekar dan Bumi Serdang Damai (BSD) di Pasir Kandang tahap I dan II. Perusahaan seperti PT Sarang Karya, PT Suri Sumbar Lentera dan PT Cendana Ganda Sekawan.

Ada hal yang perlu jadi kajian dan renungan, terutama bagi masyarakat Kecamatan Pauh tentang tekad semagat Alkudri menuju BA 1 A Padang. Alasannya, karena Alkudri, merasa terusik dengan tak satu pun anak nagari Kecamatan Pauh yang dipercaya jadi camat dan hanya jadi lurah. Itu pun lurah yang sudah berusia senja, menunggu masa pensiun. Sudah tu, sejak Kota Padang diperluas Padang pinggiran berpisah secara administrasi dari Kabupaten Padang Pariaman, belum ada satu pun anak nagaru Kecamtan Pauh Jadi walikota dan wakil walikota, termasuk jadi sekda.

Kalau Anak Nagari Koto Tangah, Fauzi Bahar yang menjadi Walikota dua periode dan Anak Kuranji, selain sekda juga kini menjadi wakil walikota. bahkan, anak Kuranji, dipercaya jadi Gubernur Sumatera barat, yakni Prof DR H Irwan Prayitno PSi MSc. Jadi, wajar saja jika ada anak Kecamatan Pauh, Alkudri berjibaku menjadi bakal calon Walikota Padang.

Bertitik tolak dengan pengalaman balon Walikota Padang, 2014-2019, Alkudri berupaya mencari tiket utuk bisa mendaftar di KPU melalui jalur independen. Alasanya, karena periode lalu, partai selalu berubah pikiran. Padahal, berbagai rokemendasi sudah dikantongi dengan perjanjian di atas materei. Hasilnya, ya mengewakan  juga.

Kemudian, kegagalan Alkudri maju di periode 2014-2019, juga karena menghormati dan menghargai anak Nagari Kuranji dan Koto Tangah. Kini, sudah saatnya anak Nagari Kecamatan Pauh maju dan mengajak anak nagari Padang pinggiran lainya berkompetisi secara fair dan sehat, serta demokratis  demi Kota Padang. Soalnya, peluang yang ada bagi anak Padang pingiran menjadi kepala daerah ya hanya di Kota Padang. Semoga. (penulis waratwan tabloid bijak)

google+

linkedin