JUJUR, saya bukan budayawan, seniman yang terlalu paham dan mengerti banget dengan dunia budaya dan kesenian. Saya hanya seorang santri yang pernah menimba ilmu di Pesantren Thawalib Padang Panjang. 

Sebagai seorang wartawan yang berlatar belakang pesantren, saya kaget dan terkejut, serta geleng-geleng kepala menyaksikan tari kotemporer karya Ery Mefri di you tobe. Kenapa saya kaget? Karena saya seakan melihat Shocking Strip Tease Dance yang ditayangkan televisi france dan Italy, yang lebih menonjol tarian bernuansa sensual alias sek, karena kedua negara tersebut menganut sek bebas.

Saya jadi tambah kaget begitu mengetahui sosok jerami, Ery Mefri yang lahir di Saning Bakar, Kabupaten Solok, 23 Juni 1958 lalu dan dikenal sebagai seorang Koreografer tari. Yang hebatnya lagi, ternyata Ery Mefri sebagai pemimpin di kelompok Tari Nan Jombang Dance Company. 

Dari data yang lacak di inyiak geogle, ternyata Ery Mefri sudah dikenal sebagai kareografer tari yang punya kemampuan dan keahlian mengolah unsur-unsur tari tradisional Minangkabau.Bahkan, berkat ketekunannya dalam mengkreasikan tari Minang kontemporer, Ery Mefri sudah beberapa kali tampil di festival tari dunia, antara lain di Singapura, Essen, Mülheim an der Ruhr, Tokyo, Berlin, dan London.

Sebelum ngetop dibelantika seni tari konteporer, Ery Mefri mengawali kariernya bersama Grup Gumarang Sakti pimpinan Gusmiati Suid. Yang menariknya, sebagai koreografer yang suka melakukan pencarian ekspresi baru dalam setiap karyanya dan salah satu ciri khas yang muncul dalam setiap pementasan karyanya adalah tidak menggunakan iringan musik atau instrumen khusus. Para penari sendirilah yang menciptakan musik melalui nyanyian, tepukan tangan, pukulan ke anggota tubuh, atau tabuhan pada kain celana galembong.

Berkat ketekunannya dalam mengkreasikan tari Minang kontemporer, Ery Mefri sudah beberapa kali tampil di festival tari dunia, antara lain di Singapura, Essen, Mülheim an der Ruhr, Tokyo, Berlin, dan London.

Tapi sangat disayangkan, kreasi tari kontemporer yang diperagakan Ery Mefri bernuasa porno dan mengobral aurat wanita yang tak sesuai dengan filosofi Minangkabau, Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah dan adat mangato, sarak memakai. Kenapa? Karena Ery Mefri sengaja mempertontonkan wanita pakai bra dengan pusat terbuka total, serta memperlihat likuk-likuk tubuh wanita yang meransang dan menantang. Yang ironisnya lagi, penari Ery Mefri, seenaknya berpelukan dan menyuguhkan adengan porno.

Dari unsur seni tari okelah, Ery Mefri memperkaya tari kotemporrnya dengan garakan-gerakan yang memukau penonton. Tapi dari sisi moral, Ery Mefri telah dengan sengaja memadu karyanya dengan embel-embel sex atau sensual dengan tujuan komersial menjojokan tubuh wanita yang notabnene putri Minang.

Yang saya tak habis pikir lagi, Ery Mefri memanfaatkan pula nama besarnya dengan mengajak penguasa di Ranah Minang Sumatera Barat, untuk ikut menyaksikan tarian umbar aurat tersebut dan untung saja Ery Mefri tak mengajak Ketua LKAAM dan MUI untuk menyaksikan tarian sesual ini.  

Yang membuat saya bingung dan menarik nafas, ternyata tari kotemporer umbar aurat, karya Ery Mefri ini disebut-sebut, dibiayai dengan dana APBD Sumatera Barat, karena katanya programnya didukung Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat.

Maka melalui tulisan ini, rasanya wajar, jika saya yang berlatar belakang seorang santri mengingatkan dan sekaligus menghimbau, Ery Mefri untuk tidak menyuguhkan atau mempertontonkan tari kotemporer sesual, yang secara moral telah "merusak" cara wanita Minang berpakaian dalam menari. Kenapa? Karena Minangkabau adalah ranah yang kaya dengan berbagai macam tarian yang berasal dari berbagai daerah yang ada di dalamnya. Tari-tarian tersebut berakar dari budaya suku bangsa minangkabau itu sendiri. Setiap tarian memiliki ciri khas tersendiri, tetapi tidak terlepas dari latarberlakang budaya minangkabau. Semua tarian tersebut menggambarkan budaya minangkabau yang khas pula. (Penulis wartawan tabloid bijak)

google+

linkedin