BIJAK ONLINE (Padang Pariaman)--Mahasiswa sebagai  generasi intelektual yang tengah menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk memiliki kemampuan melakukan perubahan dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Mahasiswa haruslah mempersiapkan dirinya dengan ilmu dan keterampilan sehingga bisa berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat. 

Hal itu diungkapkan pemerhati masalah sosial Armaidi Tanjung pada  Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) ke-VIII, PK Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STIE Sumbar, Sabtu (21/5/2016) di Surau Tangah Padang, Pauhkamba.  Mapaba yang dibuka Ketua Umum PC PMII Kota Pariaman, Masrizal, Jumat (21/5/2016).

Armaidi Tanjung yang juga penulis buku ini, menyampaikan materi mahasiswa dan tanggungjawab sosial.  Akhir-akhir ini semakin banyak masalah sosial muncul di tengah masyarakat yang meresahkan. Sebutlah narkoba, kekerasan seksual, pencurian dikalangan anak-anak dan remaja, pergaulan bebas, penyesatan pemahaman keagamaan, lunturnya nilai-nilai sopan santun  dan sebagainya.

“Semuanya harus dilakukan perubahan dengan melakukan  kegiatan yang positif. Banyak kegiatan yang dilakukan anak-anak dan generasi muda saat ini mendorongnya melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma, nilai dan peraturan yang ada di masyarakat. Perkembangan teknologi informasi yang tidak dibarengi dengan benteng agama, nilai dan ilmu pengetahuan, menyebabkan terjadinya berbagai pelanggaran norma dan hukum,” kata Armaidi Tanjung. 

Contoh yang sangat mudah dan digandrung anak-anak muda sekarang, kata Armaidi Tanjung, adalah media sosial seperti facebook yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan kesedihan dan kegalauann dirinya. Bahkan dengan bangga mempublis dirinya sedang bermesraan dengan lawan jenisnya (pacar) yang belum resmi menikah. “Artinya, sekarang orang bangga menyampaikan kepada publik perilaku yang tidak senonoh dan jelas keliru,” kata Armaidi yang juga jurnalis ini.

Dulu, kata Armaidi, kalau orang menghadapi masalah hidup, kegalauan dan kesedihan, dia bertanya atau curhat kepada ulama, tuanku, guru, orangtuo  kampung atau pemuka masyarakat yang dianggap mampu mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Dari mereka keluar nasehat-nasehat dan kemungkinan solusi dari masalah yang dihadapi.

“Tapi kini, orang punya masalah dalam hidupnya, menulisnya di facebook. Semua orang yang bertautan/bertemannya mengetahui masalah yang dihadapinya. Padahal masalah yang dihadapinya termasuk pribadi yang tidak boleh diketahui orang lain secara terbuka,” tambah Armaidi.

Menanggapi pertanyaan dari salah seorang peserta, Armaidi Tanjung mengungkapkan, meningkatnya angka kekerasan seksual belakangan ini salah satu dipicu mudahnya menyaksikan tayangan film, adengan, gambar seksual. 
Terutama di kalangan anak-anak remaja yang belum masanya menyaksikan adengan “mesra” suami isteri di atas ranjang. “Dulu mereka tidak pernah lihat sebelum sampai ke jenjang perkawinan. Tapi kini, anak ingusan saja sudah bisa menyaksikannya,” tambah Armaidi Tanjung. (amir)

google+

linkedin