RASANYA, banyak pemikiran Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah yang patut disimak dan dipahami ketika diminta memberikan kata sambutan pada acara Deklerasi Alumni KAMMI Sumbar, yang dilaksanakan di Hotel Bumi Minang, Jalan Bundo Kanduang beberapa waktu lalu.

Diantara pemikiran Fahri Hamzah tersebut, tentang catatan sejarah panjang Bangsa Indonesia, yang katanya cendrung mengalami fase dan rute perubahan sosial pilitik yang mendasar dalam kurun waktu 20 tahun sekali.

Yang menariknya lagi, pada acara yang di hadiri Ketua KPU Pusat,  Husni Kamil Malik tersebut, Fahri Hamzah menyampaikan pemikirannya secara gamblang kepada Alumni KAMMI serta adik-adik mahasiswa yang hadir,  tentang peran mahasiswa dalam setiap fase perubahan sosial politik yang mendasar, dan selalu berulang terjadi pada diri Bangsa Indonesia.

Waktu itu, Fahri Hamzah  memulai sambutannya dengan bercerita tentang awal kebangkitan Nasional  pada tahun 1908. Katanya, ini adalah fase awal atau generasi pertama di mana generasi muda Indonesia mulai melakukan konsolidasi dengan mendirikan cikal bakal Gerakan Indonesia dalam melawan Imprealisme kolonialisme.

Sosok Bung Tomo dan kawan kawannya, kata Fahri Hamzah, merupakan cikal dari generasi pembaharuan yang akan meniupkan roh kesadaran kedalam jiwa bangsa Indonesia. Waktu itu Bung Tomo memberikan pemahaman kepada rekan-rekannya, bahwa sesungguhnya bangsa ini sedang dijajah, dan penjajah sedang memperbodoh anak bangsa ini. Kemudian, Bung Tomo mengajak anak bangsa lain untuk menyama visi dan misi, serta berkonsolidasi dan bangkit melawan penajajah kolonialisme.

Berdasarkan pemikiran Fahri Hamzah, Bung Tomo berhasil melahirkan  generasi awal yang melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu. Dalam Sumpah pemuda itulah sebetulnya terjadi hal yang luar biasa, dimana sebuah fase bangsa Indonesia di dominasi oleh suku bangsa Jawa akan tetapi memilih Bahasa Melayu menjadi Bahasa mereka. Bahasa melayu tersebut yang akhirnya menjadi bahasa persatuan dan di sebut Bahasa indonesia. Sebuah resolusi yang baik karena tidak ada gerakan yang efektif kalau tidak memiliki Bahasa yang sama. Maka di ikrarkanlah sebuah sumpah "Bertanah air satu,Tanah air Indonesia, Berbangsa satu, Bangsa Indonesia, Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia" Pada akhirnya di kenal dengan sebutan "Sumpah Pemuda"

Lebih lanjut Fahri Hamzah menyampaikan, pada fase ini ada hal yang menarik dari kurun waktu 1928 sampai 1945 (fase 20 atau 17 tahun berikutnya). Bahkan  Fahri Hamzah mencoba mengutip tulisan R.Elson dalam buku nya"The idea of Indonesia" Tentang Peran Generasi Muda Minangkabau dalam pembentukan pondasi ideologi Bangsa Indonesia.

Kata Fahri Hamzah, walaupun peran asing cukup besar mewarnai proses pengidentitasan bangsa Indonesia, namun peran pribumi juga cukup signifikan dalam proses membentuk identitas bangsa.  Setidaknya ini lahir dari dua golongan pribumi yang memiliki visi dan perasaan yang sama sebagai orang Indonesia di tempat yang berbeda.R.Elson menulis Bahwa Indonesia di lahirkan oleh dua pemikiran yaitu poros Barat dan Poros Timur.

Yang dimaksud Fahri Hamzah tetantang Poros Barat adalah solidaritas di kalangan mahasiswa yang mengambil gelar keserjanaannya di Belanda dan Negara-Negara Barat lainya. Mereka belajar tentang negara moderen atau negara sekuler, dari poros inilah lahirnya ide negara sekuler. Dalam bukunya R.Elsen menjelaskan didalam poros ini ada Tokoh-Tokoh Minangkabau seperti Bung Hatta, Bung Syahrir yang begabung dengan tokoh tokoh lainnya dari seluruh penjuru tanah air ini. Walau pada akhirnya Bung Hatta mendirikan sebuah Partai Demokrasi Islam Indonesia, namun Bang Hatta  tetap di kelompokan sebagai tokoh pendiri negara sekuler. Dan di sini paham nasionalisme muncul.

Sedangkan Poros Timur, kata Fahri, merupakan solidaritas di kalangan mahasiswa yang  berangkat ke daerah Timur Tengah dan mengambil gelar keserjanaan  di daerah tersebut. Pada umumnya mereka berasal dari Minangkabau. Alumni pesantren dan perguruan Thawalib Padang Panjang yang mereka bergabung dengan mahasiswa dari daerah lain yang juga berlatarbelakang  pendidikan di pesantren.

Pertemuan dua golongan pribumi ini memberikan warna yang cukup signifikan dalam proses membentuk kesamaan identitas bangsa. Proses inilah yang lama kelamaan menimbulkan kesamaan identitas sebagai orang Indonesia. Kemudian melahirkan negara pemikiran Islam, itu pulalah yang menyebabkan negara ini berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan Pancasila yang merupakan konsep dasar syariat Islam. Pemikiran tersebut meluaskan ajaran syariat Islam ditengah masyarakat yang lebih luas.

Selanjutnya di singgung tentang pemotongan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, kata Fahri Hamzah, pada intinya pemotongan kata tersebut tidak mengurangi kenyataan bahwa Pancasila yang tercantum dalam UUD 1945 adalah konsep dasar Syariat dalam islam. Dan masih di pakai sebagai dasar negara oleh Bangsa Indonesia sampai saat ini. Oleh karena itulah sejarah mencatat bahwa sumbangan pemikiran dari generasi muda Minangkabau menjadi pondasi lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka saat ini harus kita sadarkan diri kita bahwa pergerakan Indonesia lahir dari kota ini (Sumatera Barat). Pernyataan ini mendapat tepuk tangan yang meriah dari undangan yang hadir.

Kemudian  Fahri Hamzah  bercerita tentang Fase 1945. Katanya, proklamasi di kumandangkan oleh Soekarno dan M.Hatta. Soekarno memang tidak pernah sekolah di luar negeri tetapi sangat di kenal sebagai pembaca yang menabjubkan dalam membaca pemikiran dan karya-karya dari barat. Sedikit di singgung tentang ajaran Bung Karno tentang Tauhid"Insannul kamil"

Selanjutnya Fahri Hamzah bercerita tentang Fase 20 tahun berikutnya. Tahun 1965.Fase ini di warnai dengan adanya pemberontakan Partai Komunis Indonesia.Ada makna yang tersirat dalam perjalanan Bangsa Indonesia.Walau ada merahnya karena campur tangan internasional.Pada Fase ini pergerakan pemuda  berhasil meruntuhkan kekuasaan Orde lama dan berganti dengan di mulainya kekuasaan orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.Fase ini tercatat dalam sejarah merupakan fase yang panjang hampir 32 tahun Orde baru berkuasa.Pada fase  70an di kenal dengan Gerakan Radikal,Sedangkan tahun delapan puluhan di kenal generasi gagal atau Pergerakan mahasiswa yang dinilai gagal dalam menentang Orde Baru,bahkan penikmat rezim orde baru

Kemudian masuk fase tahun 1998,dimana fase Reformasi mulai di kenal di kalangan mahasiswa.Pada fase ini ketika Mahasiswa bersatu,KAMMI dan eksponen lain di deklerasikan dan menyatukan langkah.Mulailah Rezim Orde Baru goyah dan pada akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri. Maka sejarah mencatat bahwa kesatuan aksi Mahasiswa ini telah berhasil melawan atau menjadi antitesis terhadap otoriterisme.Maka di mulailah fase Reformasi dan berjalan sampai saat ini.

Pertanyaan sekanjutnya yang perlu kita jawab bersama,kalau kita percaya kepada siklus perubahan setiap fase duapuluh tahunan.Siapkah kita menghadapi atau meraih tongkat estapet kepemimpinan yang insyaAllah akan di mulai dari tahun 2017 dan puncaknya pada tahun 2018/2019.Karena pada tahun-tahun tersebut Republik Indonesia akan menyonsong kepemimpinan baru.Sudah selayaknya Generasi ini melakukan konsolidasi dan membangun pondasi,agar mampu meraih kepemimpinan dari mereka generasi gagal mengelolah peradapan ini.Atau kita yang gagal bahkan hancur dalam meraih kesempatan.

Pada analisis terakhir FH menyampaikan tentang perubahan yg mendasar dan di prediksi terjadi pada beberapa tahun yg akan datang.Analisis pertama tentang adanya benturan  Kekuatan Barat,kapitalis Demokrasi dengan dua kekuatan yaitu kekuatan komunis(Cina daratan) dan kekuatan Islam di Timur tengah.Benturan yang meliputi Ekonomi,Ideologi dan kekuasaan. Semua benturan itu sudah bisa kita rasakan.Sadar atau tidak kita bahwa "perang"itu sudah di mulai.

Kemudian analisis kedua Bahwa kita bangsa indonesia akan mampu tampil  menjadi peradapan Alternatif yang berdiri sendiri.Tidak terpengaruh oleh benturan-benturan yang terjadi.Dan tidak tertutup kemungkinan Republik Indonesia ini mampu menjadi Pemimpin peradapan dunia.Karena sejarah perna mencatat Bangsa ini dibangun oleh dua pemikiran,poros Barat dan Poros Timur.

Semua harapan tersebut     tertompang pada semangat generasi muda dalam mempersiapkan diri mereka yang selanjutnya secara bersama sama  membangun bangsa ini agar selamat dari benturan-benturan yang mungkin terjadi.Demikianlah Fahri Hamzah menutup sambutannya di acara Deklerasi Alumni KAMMI di Hotel Bumi Minang 20 Mei 2016. (Penulis pemerhati masalah sosial)

google+

linkedin