BIJAK ONLINE (OPINI)-Hidup harus dilaksanakan dengan cerdas. Ia adalah perjuangan tiada henti. Bila membiarkan waktu berlalu tanpa perbuatan bermanfaat, maka waktu menjelma menjadi monster yang menakutkan. Kegelisahan, ketakutan, kecemasan, kegamangan yang bersemayam dalam diri, salah satu penyebabnya adalah karena ketakmampuan kita memanfaatkan dan mendudukkan waktu dengan benar dan adil.

Terkadang kita kejam sendiri pada waktu yakni dengan mendustainya. Kalau kita melenturkan waktu maka siapkanlah diri bahwa pada suatu saat waktu akan membenturkan dan menghempaskita pada beton kebodohan yang keras sehingga anggapan dan harapan  hancur berderai-derai"

Hidup itu adalah anggapan. Hati mevisualkan anggapandengan abstrak. Pikiran membentuknya menjadi gumpalan impian. Impian yangtersuguhkan dalam hati dan pikiran, dalam kesungguhan ia menjadi doa yangberakal dan berakar. Pada doa yang sampai, ia ubah impian jadi kenyataan sesuaianggapan. Saat itulah, doa mengubah takdir!

Hidup harus dilaksanakan dengancerdas. Ia adalah perjuangan tiada henti. Bila membiarkan waktu berlalu tanpaperbuatan bermanfaat, maka waktu menjelma menjadi monster yang menakutkan.Kegelisahan, ketakutan, kecemasan, kegamangan yang bersemayam dalam diri, salahsatu penyebabnya adalah karena ketakmampuan kita memanfaatkan dan mendudukkanwaktu dengan benar dan adil.  Terkadangkita kejam sendiri pada waktu yakni dengan mendustainya. Kalau kita melenturkanwaktu maka siapkanlah diri bahwa pada suatu saat waktu akan membenturkan danmenghempaskita pada beton kebodohan yang keras sehingga anggapan danharapan  hancur berderai-derai.

Baik bagi manusia maupun hewan, hidupitu adalah kerja yang hanya dihentikan oleh kematian. Tanpa kerja, hidup mati.Kata buya Hamka, bila hidup itu adalah kerja, kera juga berkerja. Yangmembedakan kerja manusia dengan kerja kera adalah akal. Manusia bekerja denganakal, kera bekerja dengan insting atau naluri kehewanannya.

Manusia adalah makhluk sosial, ia zoonpoliticon, hewan yang berpikir. Tapi manusia bukan binatang. Manusia adalahmanusia.Manusia yang berpikir, berakal, dan berhati; akal adalah produk pikirandan hati. Pikiran, akal dan hati menciptakan kebiasaan-kebiasaan . Darikebiasaan (custom) menjadi tradisi. Dari tradisi, sebagian disepakati menjadibudaya. Budaya adalah komitmen atau kontrak sosial yang disepakati bersama.Maka lahirlah aturan-aturan.

Hidup itu aturan dan teratur. Ia miripaturan waktu. Pertanyaan kita, apakah hidup yang mengatur waktu atau waktu yangmengatur hidup?Kalau hidup yang mengatur waktu, kita menjadi seorang yangberdisiplin. Namun, bila waktu yang mengatur hidup maka kita menjadi orang yangberpasrah diri pada waktu. Coba kita simak makna yang terkandung dalam surat “Demi Masa” al ashr.Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalamkerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dannasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supayamenetapi kesabaran.

Tuhan Allah bersumpah demi waktu, bahwa manusia hidupdalam kerugian. Kerugian yang fatal bila waktu dibiarkan berlalu tanpaperbuatan bermanfaat.

Bukankah Tuhan Allah telah mengingatkaninsan, pada surat Ar-Ra’d ayat 11; artinya “Sesungguhnya Allah tidak akanmengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang adapada diri mereka”.

Perubahan hidup, rona hidup, colok hidup, bukan karenawaktu . Tapi,  adalah karena upayamanusia itu sendiri. Waktu adalah proses, perubahan adalah keinginan.

Keinginan untuk berubah ke arah yanglebih baik itu adalah sesuai dengan hadist yang diriwayatkan imam al Bukhaariyyakni “Barangsiapa yang keadaan amalannya hari ini lebih jelek dari harikemarin, maka ia terlaknat. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin,maka ia termasuk orang yang merugi, dan barangsiapa yang hari ini lebih baikdari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung.”

Dan, hidup itu adalah ibadah bagiorang-orang yang menjalankan kehidupan dengan memanfaatkan waktu untukperbuatan kebaikan dan ketaatan serta ketaqwaan kepada Tuhan Allah. Sebaliknya,hidup itu menjadi neraka yang dianggap surga dunia bagi orang-orang yangmembiarkan waktu dengan perbuatan percuma.

Hidup tak mengenal pensiun. Pensiunadalah kata resmi yang mengukur jam kerja dengan usia. Kontrak kerja padasebuah institusi dibatasi dengan usia; ia berakhir.  Tapi, kontrak kerja untuk hidup tidak pernahberakhir sampai mati.

Maka beruntunglah orang-orang yangumurnya dipanjangkan dan hidup sepanjang usia dengan perbuatan-perbuatan yangberkah.

Alam akhirat menghargai manusia dengansegala amal perbuatannya. Alam dunia menghargai manusia dengan segalaprestasinya. Dan itu tak ada sangkut pautnya dengan usia.

Maka bila kita hendak melakukan danberbuat suatu kebaikan bila disangkutpautkan dengan usia, maka itu adalahsebuah sikap bodoh dari kedangkalan nurani. 

Soal usia adalah ketetapan Tuhan. Soalperbuatan adalah kehendak manusia. Manusia yang berkehendak baik adalah manusiayang tak terbentur, atau dibenturkan atau membenturkan diri dengan usia.

Semestinya kita jangan sampaidibodoh-bodohkan oleh dunia hanya karena usia. Sering kita dengar ungkapan daripara pengidap penyakit usia. Misalnya; “ Saya terlalu muda untuk mengerjakanitu. Saya terlalu kecil untuk mengerjakan itu. Saya terlalu tua untukmengerjakan itu. Saya sudah pensiun, biarlah saya mengasuh anak dan cucu sajaserta beribadah menjelang kematian tiba”.

Soal beribadah dan ‘ke surau’ adalahkewajiban, tak muda tak tua; itu wajib. Wajib beribadah. Soal mengasuh cucumasa pensiun, bagi saya itu adalah kalimat putus asa. Bukan kalimat keniscayaanhidup, tapi adalah kalimat dari seseorang yang telah kehilangan sebahagian semangathidup, kalimat yang ingin melepaskan diri dari tanggung-jawab hidup dan kalimatyang lahir dari kemalasan berpikir dan berbuat.

Hidup itu adalah pikiran. Pikiranmembuat hidup menjadi tambah hidup. Pikiran adalah doa. Karena alasan telahpensiun, telah tua, pada akhirnya kita malas berpikir. Malas berpikir malasberbuat malas bergerak. Lalu, karena proses waktu; pikiran tumpul-tak lagitajam. Garik tak bergerak. Gerak tak berbuat. Satu persatu penyakit hinggap,dari jiwa turun ke raga. Daya pikir lemah; lalu pikun. Kerugian yangpaling  besar adalah mati dalam kepikunansehingga ketika nyawa lepas dari badan, tak terhantar oleh ingatan pada Tuhan.

Itulah hidup. Dan hidup yang palingberkah adalah diberi Tuhan usia yang panjang, pikiran yang jernih dan terangdalam kesehatan dan kekuatan untuk berbuat baik bagi diri sendiri, bagikeluarga, bagi orang banyak dan bagi lingkungan.

Di atas dunia ini banyak orang-orangyang kita anggap berusia tua justru berprestasi dan mengubah dunia dalamkemanfaataan. Semestinya, untuk melakukan perbuatan baik, dan mendorong orangmelakukan perbuatan baik, ayo  kitajauhkan diri kita dari isu “usia”.

Suatu saat nanti, kita akan sama-samatua dan kita akan sama-sama mati. Harapan kita adalah tua kita akan menjadi tuayang cerdas dan muda kita kini akan menjadi muda yang berguna.

Orang hebat adalah orang yang tiadapernah berhenti bekerja sampai ajal tiba. Selagi ajal belum menjemput, itusuatu keniscayaan bahwa rezeki hidup masih dibuka oleh Tuhan Allah.Manfaatkanlah sebaik-baiknya rezeki hidup ini.

Tuhan sayang pada insan yang selaluberbuat baik selama hidup di dunia.Karena kasih sayang Tuhan juga, Tuhanlimpahkan kita kesehatan, Tuhan bersihkan hati kita dari segala noda. Bila kitadiberi usia panjang dan kesehatan serta kekuatan pisik oleh Tuhan, itu sebuahsinyal dariNya, bahwasanya hidup kita masih berguna bagi orang lain danlingkungan.

Hidup berguna tak tergantung usia.Untuk apa muda, kalau kemudaannya tak memberi manfaat bagi hidupnya dankehidupan. Untuk apa muda, kalau masa mudanya lebih banyak lalai dan larutdalam kehura-huraan dunia.

Hidup dan kematian tak kenal usia.Hidup dan kehidupan adalah perbuatan. Hidup dan kehidupan adalah pikiran.Berpikir besarlah untuk hidup dan membesarkan kehidupan supaya apa yang kitalakukan, apa yang kita perbuat selama hidup lebih panjang hidupnya dari usiakita sendiri; dan ia dikenang sepanjang masa dan berlafas tinta emas sejarahdunia. Sehingga, dalam kematian kita kelak, dunia berkirim doa sebagaipenghantar kita pada peristirahatan penghabisan.

Sebelum usia habis, mari kita terusberkarya. Singkirkan sebisa mungkin penyakit pikiran dan penyakit  usia. Jangan usia dipolitisir juga untukberbuat kebaikan bagi orang banyak. Jangan busuk hati untuk menghambat oranglain  yang hendak berniat berbuat baik.Tak muda, tak tua; silakan berbuat baik di atas dunia. Jangan sampai orang baikmenjadi diam lalu kejahatan bersatu mengarpetkan kilau beludru untuk membukajalan seorang pendusta menuju mimbar kemunafikan dengan menjual segala ayatTuhan untuk keserakahan.

Ya Allah, singkirkan pentas dunia daripara keparat berlagak malaikat yang senantiasa membujuk dan menghibur oranglain untuk menggali kuburan massal!

Ayo, berkarya sepanjang usia. Apapunalasannya jangan pernah pensiunkan diri...

Jangan merasa muda, jangan merasa tua.Alam akhirat pun kelak tak mengenal usia. Yang ada adalah ruang; waktu kekal.

Bukankah usia adalah tak lebih darisebuah ukuran kesepakatan antara matahari dan bumi?.(Pinto Janir Budayawan Muda, ditulisnya, 12 Maret 2015 pukul 14:11 WIB).

google+

linkedin