DULU, saya pernah memberikan saran dan sekaligus mengingat mantan mendagri Gamawan Fauzi waktu menjadi Gubernur Sumatera Barat, agar juga menjadi Gubernur Urang Minang di Nusantara. Alasan saya waktu itu, terinfirasi dengan adanya eksodusnya Orang Minang dari Ambo begitu meletusnya konflik pada 1999 lalu dan berdampaknya banyak juga  rumah rumah Urang Minang ludes dibakar massa, meskipun akhir dibangun kembali di perkampungan Aster.

Saran saya itu, selain orang Minang dikenal memiliki jiwa dagang, juga punya semangat merantau. Jadi dua hal ini sudah sangat sulit dipisahkan dari diri orang Minang, karena jiwa merantau telah melekat pada diri masyarakat keturunan Minangkabau. 

Kemudian, yang menjadi alasan kenapa orang Minang mampu bertahan di perantauan merupakan sesuatu yang patut didalami dan dipahami, oleh seorang Gubernur Sumatera Barat. Kenapa? Karena dukungan perantau Minang diberbagai nusantara ini, baik moral, sosial sangatlah  tinggi, terutama program PULANG BASAMO.

Jadi tak heran, jika banyak sarana di berbagai nagari di Sumatera Barat, yang sumber dana pembangunannya berasal dari masyarakat Minang di Perantauan, seperti pembangunan sarana ibadah masjid, sekolah agama dan sarana sosial lainya. 

Yang menariknya, secara fakta, banyak perantau Minang diperantauan, tidak saja berdagang di toko-toko, rumah toko atau di mal-mal. Bahkan, ada juga  yang berdagang di trotoar-trotoar di jantung kota, termasuk berjualan lontong, kopi dan teh manis. Bahkan, hampr di seluruh nusantara ini, kebanyakan orang Minang membuka Rumah Makan PADANG. Ada yang dengan gerobak, kios-kios di petak pertokoan, maupun di sebuah perkampungan elit.

Yang hebatnya lagi, sejak dulu sampai sekarang, kolaborasi untuk membangun kampuang, antara perantau dengan anak nagari sudah terjalin dengan harmonisnya dan juga sudah terbukti. 

JADI tak ada alasan lagi bagi seorang Gubernur Sumbar, untuk mengabaikan atau cuek dengan nasib para perantau Minang yang bertebar di berbagai wilayah di nusatara tercinta ini.

DIakaui, selama ini sudah terjalin hubungan pejabat gubernur dengan para perantau. Buktinya setiap perantau Minang mengundang sang gubernur, sang walikota dan sang bupati, selalu menghadiri berbagai acara perantau Minang di nusantara tersebut. Tapi sayangnya hubungan itu baru sebatas acara serimonial budaya, dengan berbagai thema, seperti SEMALAM DI RANAH MINANG.". 

Sementara secara fakta, semangat merantau orang Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan diperkirakan tertinggi di Indonesia. Dari hasil studi yang pernah dilakukan oleh Mochtar Naim, pada tahun 1961 terdapat sekitar 32 persen orang Minang yang berdomisili di luar Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1971 jumlah itu meningkat menjadi 44 persen.

Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis Minang yang tinggal di Sumatera Barat berjumlah 4,2 juta jiwa, dengan perkiraan hampir separuh orang Minang berada di perantauan. Mobilitas migrasi orang Minangkabau dengan proporsi besar terjadi dalam rentang antara tahun 1958 sampai tahun 1978, dimana lebih 80 persen perantau yang tinggal di kawasan rantau telah meninggalkan kampung halamannya setelah masa kolonial Belanda.

Namun tidak terdapat angka pasti mengenai jumlah orang Minang di perantauan. Angka-angka yang ditampilkan dalam perhitungan, biasanya hanya memasukkan para perantau kelahiran Sumatera Barat. Namun belum mencakup keturunan-keturunan Minang yang telah beberapa generasi menetap di perantauan.

Para perantau Minang, hampir keseluruhannya berada di kota-kota besar Indonesia dan Malaysia. Di beberapa perkotaan, jumlah mereka cukup signifikan dan bahkan menjadi pihak mayoritas. Di Pekanbaru, perantau Minang berjumlah 37,96% dari seluruh penduduk kota, dan menjadi etnis terbesar di kota tersebut. Jumlah ini telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 1971 yang mencapai 65 persen.

KINI, rasanya sudah tak ada salahnya juga kalau Prof Dr Irwan Prayitno Psi Msc, lebih peduli memperhatikan perantau Minang di nusantara. Caranya, sangat sederhana, yakni dengan memperbesar kewenagan Perwakilan Sumbar di Jakarta. Maksudnya, Kepala Perwakilan Sumbar di Jakarta, satu level dengan SKPD dan tugas dan tanggungjawabnya mengayomi seluruh orang Minang diperantauan di nusantara, dengan cara memberikan pinjaman modal usaha dan kerja sebagaimana bantauan untuk masyarakat yang di Sumatera Barat.

Rasanya, sosok Prof Dr H Irwan Prayitno yang punya pengalaman tiga periode sebagai anggota DPR RI dan Gubernur Sumbar yang akan masuk periode kedua, lebih banyak berkifrah dikancah politik nasional dengan cara membangun komunikasi yang harmonis dengan politisi Minang yang bertebar di nusantara. 

Tujuan dan sasaranya, rasanya tak pula berkelebihan jika Prof Irwan Prayitno disiapkan menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia, mendamping Prabowo Subianto. Alasannya, hubungan harmonis antara Prabowo dan Irwan Prayitno (Gerindra-PKS) sudah terjalin  harmonis sejak pilpres 2014 lalu. Bahkan Irwan Prayitno yang dipercaya Prabowo Subianto, berhasil  meraih kemenangan 76 persen dan Sumatera Barat menjadi provinsi yang menjagokan Prabowo-Hatta.   Begitu juga sebaliknya, Prabowo sudah ikut mendukung kemenangan IP-NA di pilgub Sumbar. Semoga. (penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com)

google+

linkedin