BAGI masyarakat Kota Padang, sosok Cawagub Sumbar, Fauzi Bahar sudah tak asing lagi. Kenapa? Karena mantan resimen mahasiswa dari IKIP (kini UNP) yang masuk wamil angkatan laut  dan kemudian menjadi Walikota Padang dua periode.

Berbicara masalah sosok Fauzi Bahar, cukup banyak hal-hal yang menarik dan mengejutkan ketika Fauzi Bahar menjadi Walikota Padang, baik diperiode pertama maupun periode kedua.

Kalau di periode pertama, Fauzi Bahar menjadi walikota setelah terjadi berbagai kemelut di DPRD Padang. Bahkan, calon Walikota Padang terpilih di DPRD Kota Padang, Jasrial, gagal duduk disingasana kekuasaan, karena wakil calon kota terpilih, Chairul Indra terserat kasus pemalsuan ijazah dan akhirnya masuk kandang situmbin. Jasrial pun gagal jadi Walikota Padang.

Kemudian, di periode kedua, mungkin Fauzi Bahar lah satu-satunya walikota di dunia ini, yag di demo diakhir jabatanya. Fakta ini bisa dilihat atau disimak di you tobe dan sekaligus bisa juga mengetahui reaksi Fauzi Bahar tentang aksi demo tersebut, karena saat akan turun panggung, Fauzi Bahar  berbicara kurang beretika. (Kalau ingin tahu apa kata-kata Fauzi Bahar, klik you tobe).

Dari berbagai gaya dan lagak sosok seorang Fauzi Bahar saat menjadi walikota, cukup menarik juga untuk dikenang dan dipergunjingkan, terutama dari  gayanya, bagaikan tentara yang gagah tamatan AKABRI dan kalau berbicara tegas, serta keras. 

Kalau dikalangan pimpinan SKPD dan PNS dijajaran Kantor Walikota Padang, jika dipangil menghadap, sang walikota, maka para pimpinan SKPD tersebut, gerak jantungnya boleh dikatakan sudah tak normal lagi. Kenapa? Karena dirinya tahu akan dibentak-bentak atau dimarahi oleh sang walikota dengan perkataan kurang beretika. 

Untuk itu,  wajar saja, jika begitu habis masa jabatan Fauzi Bahar jadi walikota, ada yang mengatakan membakar kumayan atau mempergunjingkan sosok sang walikotanya dengan berbagai nada cemeeh. Begitu juga dikalangan para pedagang kakilima di Pasar Raya Padang, yang bersyukur Fauzi Bahar tak jadi Walikota Padang lagi. Bahkan ada guyonan, para pedagang kaki lima di Pasar Raya melaksanakan pesta kambing guling.

Bagi saya, sebagai salah seorang wartawan, hanya melihat kinerja Fauzi Bahar yang kurang bersikap tegas dan profesional dalam menata pedagang kaki lima, terutama setelah pasca gempa 2009. Bahkan, saya melihat kondisi Pasar Raya boleh dikatakan balemak peak, karena penataannya sembrawut.

Kemudian, keinginan Fauzi Bahar untuk menertibkan pedagang kaki lima di Pasar Raya gagal dan bahkan ada pendemo yang nekad dan berani melempar sang  Walikota Padang Fauzi Bahar dengan cabe atau lado, tomat dan telur busuk. Peroalan demo itu menjadi konsumsi hebat bagi media massa di Sumbar dan nusantara. 

Selanjutnya,  masalah terminal Andalas Padang yang berubah menjadi super marker Andalas Plaza, serta terminal angkot Goan Hoat, yang berubah pula menjadi supermarket atau plaza yang masuk ke ranah hukum, tapi sampai sekarang tak jelas rimbanya.

Dampak dari perubahan alih fungsi tersebut, maka Bundaran Air Mancur berubah menjadi terminal angkot dan ada juga yang mencemeeh, dengan memberi nama terminal dadakan di Bundaran Air Mancur itu dengan nama  Fauzi Bahar.

Kemudian masalah penataan bangunan liar di sepanjang pinggir laut jalan Samudera dan Purus sampai ke Muara Lasak. Saat Fauzi Bahar jadi Walikota Padang, khusus yang pinggir laut Purus, sempat terjadi bentrokan Satpol Padang dengan masyarakat dan akhirnya kebijakannya menertibkan bangunan liar itu gagal. 

Kini, setelah Fauzi Bahar tak menjadi Walikota Padang lagi, penataan Pasar Raya sudah lumayan tertib dan cukup bersih, sehingga Jalan Pasar Raya dari Bundaran Air Mancur di pagi hari sudah bisa dilalui kendaraan, tanpa ada pedagang kaki lima yang sembrawut. Kenapa itu terjadi? Karena Mahyeldi pengganti Fauzi, ternyata punya kiat dan stretegi.

Begitu juga dengan bangunan liar di pingir laut Purus, yang sudah bersih dan tertata indah dan ada pula monumen IORA, yang jadi objek tempat berfoto bagi masyarakat yang berkunjung ke daerah tersebut. 

Yang hebatnya lagi, Muaro Lasak, kini lah tacelak dan rancak. Kalau semasa Fauzi Bahar banyak bangunan liar berupa tenda-tenda ceper ajang maksiat, kini telah berubah menjadi taman dan fakta ini boleh dikatakan keberhasilan Mahyeldi sebagai Walikota Padang.

Ada yang perlu dibanggakan oleh masyarakat Kota Padang, bahwa belum sampai dua tahun kepemimpinan Mahyeldi, Kota Padang sudah mendapatkan Sertifikat Adipura. Semoga tahun depan mendapatkan Piala Adipura. Bravo untuk pak Walikota Padang, Mahyeldi. (Penulis wartawan tabloid Bijak dan padangpos.com)

google+

linkedin