KINI, peluang Raja Muda Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan yang berpasangan dengan Amrizal Datuk Rajo Medan, untuk menjadi Bupati dan Wakil Bupati Dharmasraya dan membangun daerahnya, sudah bisa dikatakan menungu penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dharmasraya. Kenapa? Karena berdasarkan Quick Count dan Real Count, Sutan Riska-Amrizal  memperoleh dukungan suara dari rakyatnya, 39.479 (63,59 %) dan Adi Gunawan-Jhonson Putra 22,253 (36,05 %).   

Sebelumnya, saya juga sudah menduga kalau Sutan Riska Tuanku Kerajaan ini bakal menang dan berhak menjadi Bupati Dharmasraya, karena derasnya arus dukungan dari masyarakat, terutama warga masyarakat Kecamatan Pulau Punjung dan Kecamatan Sungai Rumbai, yang merupakan pusat kerajaan leluhurnya. 

Khusus di daerah transmigrasi, muncul pula kalimat dan komentar. "Rajo telah menghubahkan tanahnya kepada kami beribu-ribu hektar, tentu harus kami balas dengan dukungan."  Perkataan atau kalimat seperti itu, boleh dikatakan sudah menjadi komitmen dari warga masyarakat dari daerah transmigrasi tersebut. 

Terlepas dari derasnya arus dukungan kepada Sang Raja Muda Dharmasraya, Sutan Riska, sosok dan kefiguran mantan Bupati Dharmasraya, Adi Gunawan memang banyak menimbulkan berbagai pertanyaan dan masalah. Diantaranya pertanyaan dan fakta,  Adi Gunawan dipergunjingkan membangun kerajaan dinasti bisnisnya UMEGA. 

Kemudian, Adi Gunawan, dipergunjingkan juga memanfaatkan kekuasaannya dengan membangun beberapa SPBU dan memonovoli semua kosumsi yang anggarannya dari APBD Dharmasraya. Tuduhan tersebut, membuat sosok Adi Gunawan tidak populer dimata masyarakat yang membuka usaha rumah makan di sepanjang jalan lintas Sumatera.

Sangat disayangkan memang, apa yang dilakukan Adi Gunawan, bertolak belakang seratus derajad dari apa yang dilakukan oleh mantan Bupati Dharmasraya, Masrlon Martua, yang setiap ada acara Pemerintah Daerah Dharmasraya, selalu memesan nasi, ada yang 25 bungkus sampai 50 bungkus dari pengusaha kecil rumah makan di daeah petro dolar tersebut.

Kemudian, Adi Gunawan dipergunjingkan juga memanfaatkan kekuasaanya, untuk berbagai proyek dengan rekanan kontraktor yang seirama dengan "permainan gendangnya, serta tarinya."

Selain itu, sosok Adi Gunawan, ada juga yang mengibarakan bagaikan  "kancil", yang memang secara pastur tubuh, Adi Gunawan  bertubuh kecil dan pendek.  Makanya muncul pula anekdot yang berkicau, untuk mengalahkan Adi Gunawan, aruslah memakai strategi keong di sepanjang ailiran sungai. 

Kini, impian dan harapan masyarakat Dharmasraya sudah hampir menjadi kenyataan. Perkiraan, Pilkada Badunsanak bakal rusuh dan berdarah, tak jadi kenyataan. Bahkan, terbetik kabar, kalau Adi Gunawan telah menyatakan sikap telah menerima kekalahan secara jentelmen.

Hanya saja, kekalahan Adi Gunawan ini, ada yang menduga dan memperkirakan bakal terjadi mutasi besar-besar, setelah Sutan Riska Tuanku Kerajaan naik tahta. Kenapa muncul dugaan itu? Karena selama masa kampanye, boleh dikatakan semua petinggi SKPD di jajaran Pemerintahan Kabupaten Dharmasraya lebih berpihak kepada Adi Gunawan. Bahkan, keberpihakan itu sangat ketara dipermukaan. 

Jadi, jika memang bakal terjadi mutasi besar-besaran, sudah merupakan hal yang logis. Kenapa? Karena itulah konsekwensinya dari PNS dan pejabat SKPD yang terjebak dengan politik praktis dengan prilaku angkek talua. (penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com) 

google+

linkedin