BIJAK ONLINE (Padang)-Wartawan kawakan Rhian D'Kincai yang berlatar belakang seniman dan budayawan, menggagas Malinkundang Festifal bersama Bara Online Media (BOM) yang bermarkas di Jalan Siak Tapi Bandabakali, Kawasan GOR Agus Salim, Kota Padang.

Rhian D'Kincai datang  berpakaian rapi dilengkapi topi seperti Tino Sidin, serta assoris kalung dan cicin batu akik, disambut Yal Aziz dan Jhon Edward Rhony dari Bara Online Media (BOM). Hadir juga dalam pertemuan tersebut, Alfauzi, Syafril alias Ucok Silungkang dan Indra.

Sebagai wartawan, Rhian D'Kincai tak hanya bicara budaya nusantara dan Minangkabau, tetapi juga berbicara politik, baik politik dunia dengan membahas Amerika dan Yahudi, juga membicarakan tragedi pencopotan Menteri ESDM, Archandra Tahar dan mempergunjingkan permainan-permainan orang disekitar istana negara. "Kalau manuruik ambo, siapo saja anak bangsa ko yang sikola di Amerika, utak eee lah dicuci negara adidaya tu mah. Contoh Amin Rais, Qurais Sihab dan Nurcolis Madjid, baaa se kecek kito Amerika tu buruak, dimata mereka-mereka tu, tetap baik, begitu juga dengan Archandra Tahar," tegasnya dengan menjelaskan berbagai fakta dan persitiwa di tanah air.

Khusus masalah Archandra Tahar, kata Rhian D'Kincai, jangan terlalu dipuja dan puji juo lai. Banyak anak bangsa yang hebat-hebat dari Archandra Tahar tu mah. "Kalau maetong diateh karateh, seperti yang dilakukan Archandra tentang Blok Marsela, ambo pandai lo mah," ujar pencipta lagu Ranah Pasisie ini sembari tertawa.

Sedangkan masalah sastra dan budaya, memang Rhian D'Kincai boleh dikatakan menguasainya dan faktnya, pria pengagum batu akik ini secara enteng dan gamplang bertutur masalah sastra dan adat istiadat Minangkabau. "Ambo ko sarjana bahasa dan sastra dengan yudisum comlaude dan kalau mau bicara budaya dan sastra, sampai pagi sae ambo amuah mah," kata pemilik media Tabloid Editor dan Editor Online ini.

Kini, kalau Bara Online Media mau berperan dalam dunia sastra dan budaya, sebaiknya menggelar Malinkundang Festival dengan tradisi lisan. Kenapa? Karena budaya tradisi lisan telah bisa dikatakan punah. Padahal, tradisi lisan tersebut dapat menjadi kekuatan kultural yang sangat bermanfaat dalam pembentukan identitas peradapan. "Kalau menuruik ambo, tradisi budaya lisan tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu deposit kekayaan urang Minang yang unggul dan bisa juga dijadikan ekonomi kreatif," kata Rhian D'Kincai.

Sebagai gambaran, tradisi lisan disampaikan dengan menggunakan  bahasa dan diabadikan dalam naskah. Jadi tradisi lisan bisa juga dipahami, berupa kegiatan budaya orang Minang yang diwariskan secara turun temurun, seperti Rabab Pasisie, Indang dan Salawat Dulang atau Dendang Pauh. "Kini budaya lisan tersebut, nyaris punah," kata salah seorang penggagas Festival Budaya dan Pariwisata Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat ini. .

Untuk tahap pertama, Festival Malinkundang, diikuti oleh seniman dan budayawan se-Sumatera, mulai dari Aceh sampai Bandarlampung. Tahap berikutnya, Jawa-Sumatera dan kemudian se nusantara. "Ambo raso BOM dengan kedekatan dengan orang nomor satu di Sumbar, bisa menggelar festival ini," puji Rhian D'Kincai.

Secara terpisah, Jhon Edward Rhony atas nama BOM menyambut baik ide dan gagasan yang dilontarkan dalam diskusi kecil-kecilan. "Ndak ado masalah, suai sae nyeh," kata Redaktur Harian Metro Andalas ini. 

Sedangkan masalah waktu, kata JER, akan dibicarakan lebih lanjut. Yang jelas ide dan gagasan Rhian D'Kincai telah dipahami. "Kami usahokan dalam waktu dakek ko," kata anak Kuranji ini. (PRB)

google+

linkedin