BIJAK ONLINE(Opini)-DIAWAL tahun 1990, saya berpasangan dengan saudara Yasmon Putera, alias Mon Guguak, pernah main domino (gaple) dengan Drs Budi Gunawan. Waktu itu pangkatnya masih Kapten Polisi. Kini dia berpangkat Komisaris Jenderal, Kepala Lemdiklat Polri dan calon Kapolri. Dalam main domino itu, Budi Gunawan berpasangan dengan Mayor Pol Soenarko (terakhir berpangkat Irjen Pol, bekas Kapolda Jawa Barat). Soenarko kala itu Kasat Lantas Poltabes Palembang, sementara Budi Gunawan wakilnya.

Kami main domino di Pos Jaga Poltabes, Jalan Letkol Iskandar Palembang. Mainnya sudah larut malam, usai kepolisian melakukan pengamanan perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro Palembang. Dalam pertandingan domino itu, kami sempatkan mengalahkan pasangan Budi Gunawan dan Soenarko. Dan pasangan itu sempat pula mengalahkan kami. Soenarko, termasuk lihai main domino. Ternyata dia sudah kerap main domino saat bertugas di Padang.

Soal main domino memang menjadi salah satu permainan rakyat yang ada di Sumatera Barat, termasuk di kampungku Galogandang, Tanah Datar. Hampir setiap warung kopi adu disediakan kartu domino. Kartu domino yang biasa saya mainkan adalah jenis batu, bukan kertas.

Ternyata permainan domino ini, banyak juga terdapat di kota-kota lainnya. Saya pernah main domino di Pekanbaru, Bengkulu, Palembang, Bandarlampung dan tentu saja Jakarta. Komunitasnya kebanyakan memang orang Minang. Namun tidak sedikit juga orang luar.

Saya pernah main domino dengan Teuku Ashikin Husein ketika dia jadi Kapolda Sulawesi Tenggara, di kediamannya di Kendari. Kalau itu dia berpangkat brigjen dan terakhir pensiun dengan pangkat irjen. Mbahnya intelijen Polri itu sangat pintar main domino. Kala itu dia berpasangan dengan Afrizal Asya’ri. Komisaris Besar Polisi saat itu adalah menjadi Dir Reskrim Polda Sultra.

Afrizal adalah seorang pemain domino kawakan. Orang Padang, tapi berjiwa Solo, artinya dalam permainan dia selalu mengorbankan batunya agar kawannya masuk.  Kawan seangkatan Jenderal Polisi Sutarman, yang sampai sekarang masih berpangkat Kombes, walau sudah tujuh tahun lulus Lemhannas, saya sebut ikut menciptakan lobang domino, karena keahliannya dalam permainan ini.    

Kartu domino terdiri dari 28 kartu. Masing-masing angka 0 sampai 6. 0-0, 0-1 dan seterusnya. Biasanya bermain berpasangan. Cara memainkan mudah, dengan cara mengadu atau memasangkan ujung kartu dengan ujung kartu lainnya, yang angkanya sama. Pemenang adalah yang kartunya habis duluan, yang kalah adalah yang kartunya masih tersisa. Nah, kalau berpasangan, kartu yang yang dihitung sebagai skor adalah kartu lawan. Sementara kartu pasangan kita tidak.

Nah, walau terlihat sederhana permainannya. Namun dalam permainan itu ada filosofi yang terkandung. Misalnya, kalau kita mau menang, kita harus bekerja sama dengan pasangan. Kita tidak boleh egois. Ibarat main bola, kita yang dibelakang (kartu banyak) harus mengoper bola kepada kawan yang sudah di depan (yang kartunya sedikit). Bahkan, agar kawan kita bias masuk kartunya, kita harus rela, bahkan membunuh “balak” kita sendiri. Balak adalah kartu yang dua sisinya sama contoh 6-6, atau 0-0. Biasanya balak susah masuknya, karena peluangnya hanya satu, buka dua sisi.
Namun dalam permainan ada juga yang mau menang sendiri. Bahkan ada yang licik juga. Biasanya dalam judi, licik, mengeroyok satu orang oleh tiga pemain. Banyak ragam, memang.

Yang jelas siapa yang menguasai seni bermain dia berkemungkinan memang. Kenapa mungkin, bukan pasti, karena dalam permainan ini sama dengan kehidupan. Ada orang pintar main domino tahu teori dan segalanya, dikalahkan oleh orang yang punya nasib baik. 

Bahkan, ahli strategi sekalipun bisa dikalahkan oleh orang yang punya jurus mabuk. Orang yang tidak punya urat takut sekalipun. Misalnya, dia asal dorong saja kartunya, tanpa memipirkan akibatnya. Mau kalah mau menang, yang penting bunuh dulu “balak” orang. Matikan dulu peluang musuh.

Nah, yang jago main sekalipun, bisa dikalahkan oleh pemain kelima atau keenam. Yaitu orang yang menonton. Dia akan memberikan kode-kode, kartu musuh kepada kawannya. Kartu apa yang akan dibunuh dan kartu apa yang harus dipancing.

Dalam main domino juga banyak terkandung disiplin ilmu. Seseorang menulis, dan saya kutipkan di sini, bahwa main domino terkandung ilmu ilmu teknik, ekonomi,dan ilmu hukum. Ilmu teknik dalam hal merancang teknik/strategi khusus untuk bisa memenangkan pertandingan, ilmu ekonomi dalam hal pemilihan kartu yang baik agar bisa mendapatkan poin yang baik, ilmu hukum dalam hal mematuhi segala peraturan dalam permainan ini termasuk menjalankan hukuman bagi yang menderita kekalahan.

DAN pada saat catatan ini saya buat, 23 Januari 2015, kita tengah menyaksikan permainan domino. Semuanya, mulai dari Presiden sampai rakyat jelata, kini bermain dengan lawan tanding dan pasangan masing-masing. Yang paling seru kita saksikan adalah permainan domino, antara KPK dengan Polri.(ismetri rajab)

google+

linkedin