Keterangan Foto: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof.Dr. KH Said Aqil Siraj sedang memberikan tausyiah dihadapan hadirin Harlah NU ke-89 Kota Padang, Kamis (29/1/2015). 

BIJAK ONLINE (Padang)--Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof.Dr. KH Said Aqil Siraj mengajak umat Islam di Indonesia untuk membangun Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang santun dan selalu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NU sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa yang diinginkan adalah negara kebangsaan  bukan  negara Islam.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj mengungkapkan hal itu pada acara Harlah NU ke-89 Kota Padang, Kamis (29/1/2015) di Palanta Walikota Padang. Sebelumnya, turut memberikan  sambutan Ketua Tanfizdiyah PCNU Padang Yultel Ardi, Tuanku Malin Sulaiman, Rais Syuriah PCNU Padang Sumardi Basyir, MA, Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Syahrul Wirda dan Wakil Walikota Padang Emzalmi.

Dikatakan Kiai Said, tahun 1936 Muktamar NU di Banjarmasin sudah menyebutkan bahwa bentuk negara yang akan diwujudkan jika terbebas dari bangsa penjajah (Belanda), adalah negara kebangsaan. Keputusan para ulama yang tergabung di Nahdlatul Ulama tersebut semakin terbukti kebenarannya saat ini. 

“Indonesia yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan, seribuan suku bangsa dan puluhan suku bangsa yang besarnya, sudah pasti tidak bisa mendirikan negara berdasarkan agama. Termasuk berdasarkan negara Islam. Jika negara Islam itu terwujud, tentu berbagai konflik tidak terhindarkan” kata Said.

Sebagai perbandingan, kata Said, negara Afghanistan yang 100 persen Islam penduduknya, ternyata tak pernah berhenti dari konflik dan peperangan. Somalia yang juga berpenduduk 100 persen Islam, juga mengalami nasib yang sama. Konflik bersenjata mengakibatkan ribuan orang dibunuh. “Kenapa itu terjadi? Karena mereka tidak mempunyai komitmen bertanah air. Mereka tak mampu menyatukan komitmen membela tanah airnya sendiri,” kata Said.

Begitu pula di Irak, tambah Said, yang di masa pemerintahan Saddam Husein sekitar 30.000 orang mati dibunuh. Lalu pemerintahan Saddam Husein ditumbangkan AS. Ternyata tindakan pembunuhan pun malah makin banyak, mencapai angka 700.000 orang. Kini negara-negara di Timur Tengah terus ribut dan tidak mampu menahan diri dari tindakan konflik. Semuanya itu terjadi karena mereka tidak memiliki semangat menyelamatnya tanah airnya.

“Beruntung Indonesia yang merupakan negara kebangsaan. Walaupun ada konflik antar kelompok, seperti di Madura antara Syiah  dengan Sunni, di Banten masalah Ahmadiyah, tapi tidak melebar ke mana-mana. Sehingga masalahnya bisa diselesaikan dan tidak menimbulkan korban jiwa yang banyak. 

Kita bersyukur, kata Kiai Said, Islam yang berkembang di Indonesia bukan Islam yang radikal. Islam yang  melalukan tindakan kekerasan untuk mencapai ambisinya. Ormas-ormas Islam besar yang ada di Indonesia, hingga kini tetap menjaga keutuhan NKRI.  

Acara Harlah dihadiri ratusan jamaah Nahdiyin, PCNU se-Sumatera Barat dan Muslimat NU Kota Padang. (ajo)


google+

linkedin