SAYA termasuk yang ikut menghadiri sidang gugatan paslon Muslim Kasim dan Fauzi Bahar terhadap gubernur dan wakil gubernur terpilih Prof Dr H Irwan Prayitno Psi Msi yang berpasangan dengan Nasrul Abit, di Mahkamah Kaonstitusi, 22 Januari 2016, di Jakarta. 

Sebelum sidang di mulai, secara kebetulan saya bertemu dengan perantau-perantau Minang yang sudah menjadi warga ibukota Jakarta. Salah satunya, Nusyiwan Chaniago SH salah seorang lawyer yang lebih memilih jadi pengacara di rantau orang dari pada dikampung sendiri. 

Sebagai seorang praktisi hukum, Nusirwan secara tegas menyebutkan, kalau gugatan MK-FB bakal ditolak, karena materi gugatannya lemah dan melenceng dari persoalan yang diselesaikan di Mahkamah Konstitusi. Kata Nusyirwan, penilaian saya tentang sidang mancit-mancit dibenarkanya. Faktanya memang gugatan paslon MK-FB ditolak dan paslon IP-NA lolos dari ranjau yang sengaja dilakukan rival politikinya di pilgub Sumbar. Bahkan kini, paslon IP-NA tinggal menunggu jadwal pelatikan, karena telah ditetapkan KPU Sumbar sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih, Sabtu23 Januari 2016 lalu.

Menurut Nusyirwan Chaniago waktu pertemuan itu, lebih baik membicarakan keberhasilan Walikota Padang, Mahyeldi Ansyarullah dari pada membahas gugatan MK-FB di Mahkamah Konstitusi. Bahkan waktu itu, Nusyirwan Chaniago anak nagari Kabupaten Pesisir Selatan menyatakan rasa bangga dan senangnya dengan berbagai gebrakan yang dilakukan Walikota Padang Mahyeldi. Bahkan, secara spontan Nusyirwan Chaniago salah seorang kader dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini, minta tolong sampaikan salamnya kepada Walikota Padang Mahyeldi.

Dalam penilaian Nusyirwan, Walikota Padang Mahyeldi patut ditiru atau dijadikan suri teladan bagi kepala daerah yang lainnya di Sumatera Barat. Kenapa? Karena Walikota Padang sudah berhasil membersihkan dan menata objek wisata pinggir laut Kota Padang dari bangunan-bangunan liar, serta membuat taman-taman mini dan monomen IORA yang sudah dijadikan objek berfoto setiap pengunjung yang datang ke Taplau, istilah masyarakat Kota Padang.  Begitu juga dengan keberhasilan Walikota Padang, Mahyeldi yang secara bertahap telah berhasil juga menata pedagang kakilima dari kesembrawutan, terutama diseputaran Air Mancur di depan Masjid Taqwa Muhammadiyah.

Tanpa bermaksud memberikan penilaian negatif kepada walikota sebelumnya, yakni Fauzi Bahar, apa yang dilakukan Walikota Padang Mahyeldi, tak mampu dikerjakan oleh Fauzi Bahar saat berkuasa. Bahkan, untuk menata kawasan di Taplau, Fauzi bahar sempat ribut dengan masyarakat disekitar lokasi, sehingga mendatangkan Satpol PP untuk berdilog dengan masyarakat. Hasilnya pun nihil. 

Dari komentar Nusyriwan Chaniago, ada yang perlu dipahami dan direnungkan tentang ungkapan Fauzi Bahar disaat akan menghakiri jabatannya sebagai Walikota Padang. "Jika Padang dipimpin kader PKS, hancur........bahasa tak senonoh (sensor)." Ternyata dugaan dan tuduhan Fauzi Bahar ini, sampai saat ini belum terbukti. Sementara kekesalan dan kejengkelannya, karena di demo masyarakat, telah tersebar secara luas di yuotobe. (Penulis wartawan tabloidbijak dan padangpos.com)

google+

linkedin