SAYA kaget dan berdecak kagum juga mendengar cerita Plt Ketum KONI Sumbar, Syaiful SH Mhum dalam memotivasi atlet yang kini lagi mempersiapkan diri menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX, di Jawa Barat, September 2016 mendatang. Kenapa saya kaget dan berdecak kagum? Karena cerita Singo jo Ruso tersebut, bisa dipahami secara ilmu pengetahuan dan psisilogis.
Secaca fakta, kata Syaiful SH Mhum, yang namanya Singo tak akan pernah mampu memenangkan adu lari dengan Ruso. Kenapa? Karena speed Singo hanya 500 KM dan sementara Ruso 800 KM. Tetapi kenapa Singo bisa memangsa Ruso? Jawabannya, sedernaha saja.
Yang pertama, karena si Ruso telah menilai dirinya sudah menjadi makan sedap bagi Singo. Kondisi itu telah membuat si Ruso telah punya rasa takut dan tekanan, begitu melihat Singo.
Sedangkan yang kedua, karena si Ruso setiap dikejar si Singo selalu melihat kebelakang, begitu terlibat adu speed alias kecepatan. Secara logika, kita bisa memaklumi, kalau si Ruso yang beradu speed dengan Singo, hanya bertujuan untuk mengetahui jarak.
Khusus cerita Singo dan Ruso ini bisa kita umpamakan kepada atlet, atletik, renang dan panjat tebing. Maksudnya, si atlet disaat akan bertanding, harus bebas dari berbagai bentuk tekanan, baik tekanan itu datangnya dari orang dilingkungannya, maupun dari pelatih, pengurus cabor ataupun pengurus KONI.
Jadi, kata Plt KONI Sumbar, disaat si atlet akan bertanding di PON Jabar, maka si atlet harus bebas dari tekanan psikologis. Jadi tugas pelatih, pengurus cabor dan pengurus KONI harus berupaya membebaskan atlet dari berbagai bentuk tekanan.
Kemudian untuk point kedua, lanjut Syaiful, si Ruso yang sering melihat Singo kebelakang, kalau kita umpamakan si atlet yang dalam beradu speed jangan pulalah sampai sering melihat lawan yang berada di belakangnya. Maksudnya, begitu star harus melihat kedepan dengan tekad dan target juara. Sebab, kalau si atlet sering melihat lawan, konsentrasinya akan terganggu, yang secara otomatis mengurang speed. (Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com)