SAYA termasuk anak orang Minang yang senang mendengar kabar adanya Gebu Minang atau Gerakan Ekonomi dan Budaya Minangkabau. Kenapa? Karena katanya Gebu Minang merupakan suatu organisasi masyarakat Minangkabau yang bertujuan menghimpun dan membina potensi masyarakat Minang yang berada di perantauan di bidang ekonomi dan kebudayaan.

Kemudian keberadaan Gebu Minang awalnya, berdasarkan saran dari mantan Presiden Soeharto waktu berkuasa. Gagasan Pak Harto itu muncul saat temu ramah dengan para petani di Sumatera Barat. 

Waktu itu, spontan saja, ide dan gagasan Pak Harto tersebut langsung saja  diprakarsai dengan mendirikan Lembaga Gebu Minang,  24 Desember 1989. Nama pendirinya tak tanggung-tanggung, sederetan tokoh Minang, seperti Azwar Anas, Awaluddin Djamin, Bustanil Arifin, Emil Salim, Harun Zain, Hasan Basri Durin, Hasyim Ning, Sjafaroeddin Sabar, dan beberapa orang tokoh lainnya, yang ikut melahirkan Gebu Minang.

Jika ditilik dari maksud dan tujuannya, Gebu Minang merupakan akronim dari Gerakan Seribu Rupiah Minang yang bertujuan mengumpulkan seribu rupiah dari setiap warga Minang yang ada di perantauan untuk pembangunan di kampung halaman. Belakangan akronim tersebut berubah menjadi Gerakan Ekonomi dan Budaya Minang. Kenapa berubah? Antalah, karena saya nggak tahu atau tak  paham benar duduk masalahnya.  

Sebagai salah satu ormas atau organisasi peguyuban, Lembaga Gebu Minang yang berpusat di Jakarta telah mempunyai beberapa kantor perwakilan di banyak wilayah, di antaranya perwakilan Jawa Timur, Lampung, dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia dan mancanegara.  Sejak pendiriannya, Gebu Minang telah beberapa kali melakukan pergantian kepemimpinan, berikut beberapa orang yang pernah memimpin Gebu Minang sebagai ketua umum: 1.Emil Salim, 2.Azwar Anas, 3.Fasli Jalal, 4.Asril Tanjung, 5.Ermansyah Jamin. 

Terpilihnya Ermansyah Jamin, melaluli Musyawarah Besar (Mubes) V Gebu Minang, 10 Juli 2011 lalu di Kota Padang Panjang. Kemudian, Ermansyah Jamin ditetapkan sebagai  Ketua Umum Gebu Minang periode 2011-2016 menggantikan Asril H Tandjung. Dari data ini, masa kepengurusan Gebu Minang, hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Yang hebat dan meneriknya, Ermansyah Jamin yang nota bene mantan Direktur Utama PT PLN, terpilih secara aklamasi, mengalahkan dua pesaingnya, Syahruddin Ismail Ketua Gebu Minang SUmatera Selatan dan M Rafik yang mewakili,  Persatuan Pemuda Pemudi Indonesia.

Tanpa bermaksud memojokan atau memberikan perlambangan negatif terhadap keberadaan Gubu Minang, yang jelas secara fakta Gebu Minang belum menjadi milik urang Minang dan baru menjadi milik segelintir pengurus dan beberapa orang yang berada dilingkaran Gebu Minang. Kenapa? Karena dalam perjalannya, pengurus atau Ketua Gebu Minang tak mampu mengambil peran dalam memberdayaan ekonomi perantau dan memperjuangkan nasib anak rantau terutama nasib anak Minang yang berprofesi sebagai pedagang osongan atau pedegang kakilima, yang nasibnya kian parah, karena tak kuasa melawan satpol PP dalam melakukan penertiban.

Dari kondisi kekinian, banak pertanyaan yang harus dialamtkan kepada kepenguurusan Gubu Minang di bawah nahkoda Ermansyah Jamin. Diantaranya, berapa aset yang dimiliki Gebu Minang, baik berupa uang tunai, maupun harta lainnya. Kemudian, kenapa Gebung Minang, seakan hilang dari perjuangan. 

Rasanya kini, sebagai anak urang Minang, tak ada salahnya juga saya memberikan usul atau saran kepada Gubernur Sumatera  Barat, Prof DR H Irwan Prayitno untuk berunding alias bermusyawarah dengan maksud dan tujuan "membangunkan kembali" jika pengurus Gebu Minang tertidur atau memberikan "darah segar" jika Gebu Minang kekurangan darah. 

Selain Gebu Minang, dulu  awal-awal saya pulang ke kampung, saya juga pernah mendengar ormas pengusaha Minang yang katanya Himpunan Pengusaha Minang se Dunia, yang pernah mengundang Yusuf Kala alias JK untuk menghadiri acaranya di Hotel Pangeran Beach Padang. Tapi sampai sekarang, saya pun tak pernah lagi mendengar kiprahnya.  Semoga.(Penulis wartawan tabloid bijak dan padangpos.com)  

google+

linkedin