BIJAK ONLINE (Padang)-Sebagai Dewan Kehormatan Serikat Tani Islam Indonesia, Prof DR H Irwan Prayitno Psi Msi menegaskan, bantuan darinya sangat tergantung dengan program STII dan apa yang diperbuat STII untuk kesejahteraan petani.

"Saya sangat bangga dan bahagia bisa diajak bergabung dengan STII ini dan saya akan memberikan bantuan sesuai yang diperbuat STII untuk petani," kata Prof Irwan Prayitno ketika memberikan pencerahan kepada pengurus STII Sumbar yang melakukan kegiatan perkenalan sesama pengurus, di ruangan Kakanwil Kemenag Sumbar, Sabtu, 6 Februari 2016.

Menurut Irwan Prayinto, sangat banyak sekali PR (pekerjaan rumah,red) yang harus diperbuat untuk kesejahteraan petani di Sumatera Barat ini, yang 60 persen profesinya sebagai petani. "Kalau kita kaji dan analisa, ternyata bantuan petani terhadap pemerintah, belum sebanding dengan yang diberikan pemerintah kepada petani," kata kader PKS ini.

Kemudian, kata Irwan Prayinto, selama dirinya memimpin Sumbar, sudah banyak program yang ditujukan kepada petani, seperti satu sapi satu petani, serta  Program Pensejahteraan Petani (GPP) yang telah dimulai tahun 2011 lalu. " GPP merupakan kebijakan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam bentuk gerakan terpadu SKPD terkait serta pemangku kepentingan lainnya (Litbang Pertanian dan Perguruan Tinggi) dengan tujuan mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan pendapatan rumahtangga petani (RTP) berpenghasilan rendah (kurang Rp 2,0 juta/bulan)," kata Gubernur Sumbar terpilih ini.

Rendahnya pendapatan petani, kata Prof Irwan Prayitno lagi, terutama disebabkan sempitnya luas lahan yang dikuasai petani kurang lebih 0,5 ha (sawah dan lahan pekarangan), dan tenaga kerja keluarga 1-2 orang dengan jam kerja efektif 3,0-3,5 jam per hari) dan lemahnya modal usaha. "Adapun Strategi yang ditempuh untuk perbaikan pendapatan adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian yang dimiliki petani melalui perbaikan teknik produksi didukung oleh inovasi teknologi, peningkatan skala usaha yang sudah ada, penumbuhan usaha baru sesuai potensi kondisi agroekosistem setempat dan keinginan petani, dukungan sarana dan prasarana produksi," kata mantan aktifis HMI ini.

Sedangkan pendekatan pengembangan usaha yang dilakukan melalui kelompok tani (Poktan) dimana anggotanya dominan masuk kategori RTP berpenghasilan rendah/miskin. "Untuk pembinaan petani sasaran, dibentuk Tim Pembina Provinsi (SKPD terkait) dan Tim Teknis Kabupaten/Kota (SKPD terkait) serta penyuluh pendamping sebagai ujung tombak pendampingan rutin pada setiap nagari/kelurahan dimana Poktan GPP berada," tambah alumni Universitas Indonesia ini.

Kini, lanjut Prof Irwan, dengan diajaknya bergabung di STII Sumbar, diharapkan STII bisa berkerjasama dengan pemerintah dalam upaya mensejahterakan petani. (PRB)

google+

linkedin