BIJAK ONLINE (SOLOK)- Rencana pemerintah memberikan paket bantuan kompor gas kepada warga, dalam Program Konversi Minyak Tanah ke Gas, ternyata menimbulkan berbagai dilema di tengah masyarakat, seperti yang terjadi di beberapa nagari di Kabupaten Solok.

Di Nagari Lolo, Kecamatan Pantai Cermin misalnya, selain bantuan kompor gas banyak yang rusak dan dirijek, ternyata masih banyak warga kurang mampu yang tidak mendapat bantuan kompor gas. Bahkan warga Lolo sempat mengeluhakan bantuan pendistribusian gas elpiji seberat 3 kg lengkap dengan kompor dan selang gas (satu paket) sebagai pengalihan penggunaan bahan bakar minyak, kepada anggota DPRD yang ada di nagari setempat, Azwirman, SAg.

 “Masyarakat datang mengadukan, disamping kompor tidak layak pakai, kondisi kompor gas banyak yang rusak dan sebahagian dari masyarakat yang kurang mampu, tidak mendapatkan kompor gas tersebut,” tutur Azwirman di Lolo, Minggu (28/12). Selain dinilai banyak salah sasaran dalam pendistribusian paket bantuan tersebut, masyarakat harus menembus kompor gas dengan bervariasi, mulai dari Rp 5000 hingga Rp 10.000.

Paket bantuan itu dinilai salah sasaran, karena ada warga yang sudah memiliki kompor gas, tetapi masih menerima paket bantuan, bahkan ada dari keluarga PNS. “Kenapa yang diberi bantuan adalah keluarga kurang mampu saja, yang selama ini masih menggunakan kayu bakar dan kompor minyak tanah,” ujar Azwirman.

Sementara, walinagari Lolo, Nofriadi, mengakui hal tersebut bahwa kompor bantuan Kompor dan tabung Liquid Petrolium Gas (LPG) untuk nagari Lolo banyak yang rusak. Bahkan dari 1235 warga Lolo yang mendapat bantuan, baru sekitar 800 orang yang baru menerima bantuan dan hampir separohnya kompor gas dinilai rusak karena dirijek.

Peristiwa yang sama juga terjadi di Kayu Aro, nagari Batang Barus, kecamatan Gunung Talang, bahwa bantuan kompor gas dinilai masyarakat kurang tepat sasaran termasuk untuk menebus kompor gas itu sendiri masyarakat penerima bantuan harus mengeluarkan uang Rp 2000 hingga Rp 5000. Sedangkan menurut Walinagari Batang Barus, uang tersebut dipungut untuk membayar upah penuruanan barang berupa kompor gas yang tidak ada diberikan distributor. “Pemungutan ini bukan di nagari Batang Barus saja, tetapi di nagari lain juga sama, karena nagari tidak punya kas untuk membayar upah tukang turun barang,” jelas Syamsul Azwar, yang juga Ketua Forum Walinagari Kabupaten Solok itu.

Untuk mendapatkan kompor gas, sebelumnya warga terlebih dulu sudah memberikan persyaratan sebagaimana yang diminta petugas untuk mendapatkan gas elpiji itu, ternyata tidak semua warga yang sudah didata yang mendapatkan kompor tersebut dari petugas yang mendistribusikan. Persyaratan yang diminta petugas antara lain foto copy KK, foto copy KTP dua lembar dan pas foto 3 x 4 sebanyak dua lembar.

“Saya tak tahu kenapa tidak mendapatkan gas elpiji, padahal saya telah lengkapi persyaratan sebagaimana yang diminta petugas pendata,” ujar salah seorang warga Kayu Aro. Selain di Kayu Aro, kompor gas yang rusak juga terdapat di nagari Koto Gadang guguk dan menurut walinagari Koto Gadang Guguk, Adri, kompor gas yang rusak akan diganti oleh pihak distributor (wandy)


google+

linkedin