BIJAK ONLINE (SOLOK)-Anggota DPRD Kabupaten Solok, Harry Pawestrie berharap, selalu pembangunan fisik, Pemerintah Kabupaten Solok juga harus memikirkan pembangunan mental generasi muda atau indeks pembangunan manusia.
“Saya melihat, nilai-nilai agama dan pendidikan moral sudah jauh berkurang. Hal ini selain pengaruh media sosial atau siaran televisi yang kurang mendidik, juga sudah mulai memudarnya anak-anak yang belajar agama di surau-surau di nagari. Kalau kita lihat dulu, setiap sore masjid atau surau selalu ramai oleh anak-anak untuk belajar mengaji,” tutur Harry Pawestrie, Senin (22/12).

Menurutnya, peran para orang tua dan para guru, dengan didorong oleh pemerintah daerah, sangatlah penting. “Artinya apa, pemerintah daerah harus lebih banyak membuat program khusus keagamaan, yang dananya bisa dianggarkan di APBD, dan bisa disalurkan melalui Kesra,” tambah Harry. 

Bahkan kalau selama ini onor para guru mengaji hanya diberi sekitar Rp 750 per tahun yakni disaat mau menyambut lebaran, maka harus dipikirkan juga agar gaji guru mengaji sebagai pembentuk mental anak-anak, kalau bisa diberikan satu kali dalam sebulan. “Untuk masalah ini, Pemkab kita perlu belajar ke Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, di mana Pemkabnya  mengalokasikan Kesra, mencapai Rp.12 miliar guna mendukung program indeks pembangunan manusia," katanya.

Dana tersebut digunakan untuk penyaluran dana kesra itu sebagian besar untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik agama Islam, seperti untuk program insentif bagi guru Madrasah Diniyah Awaliyah, guru ngaji, pimpinan pondok pesantren dan bantuan Majelis Tak'lim dal lainnya. "Hal ini sangat menarik bagi kita dan perlu dicontoh,” tutur  Harry
Kalau ilmu agama, kata Harry, akan utamakan. "In Shaa Allah, kita akan terhindar dari sikap saling menyalahkan,” ujar Harry Pawestrie, politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (wandy)

google+

linkedin