KETUA Umum Pengurus Pusat ILUNI, Prof. Dr. H. Hasan Zaini, M.A. di awal sambutannya memperkenalkan kehadiran Ketua Umum PD ILUNI Propinsi Kepulauan Riau Drs. H. Darlispon, M.M. yang sengaja terbang dari Batam sehari sebelum acara.

Jati diri Darlispon di samping Ketua Umum PD ILUNI Kepri, juga Sekretaris Komisi C DPRD Provinsi Kepulauan Riau, alumni Fakultas Dakwah yang putra Minang dari Dharmasraya.

Di Batam, saat pengukuhan PD ILUNI Kepri, gebrakan pengurus tak tanggung-tanggung. Rangkaian kegiatannya, kami bersama Rektor (waktu itu Prof. Dr. H. Maidir Harun), dalam upaya sosialisasi IAIN Padang, sempat on air (mengudara) pada dua Radio Siaran Swasta di Kota Batam, 6000 santri TPA se Kota Batam, yang Ketuanya adalah H. Darlispon Ketua PD ILUNI, mengadakan Pawai Muharram menyambut Tahun Baru Hijriyah 1426 yang diakhiri dengan Tabligh Akbar oleh Ketua Umum PP ILUNI Hasan Zaini, hadir Rektor dan Walikota Batam Drs. H. Nyat Kadir, juga mendapat kehormatan menjadi Khatib Jum’at di masjid termegah di komplek Batam Centre. Hal ini kami maksudkan, ujar Hasan, betapa maju dan berperannya alumni IAIN Imam Bonjol Padang, dapat menunjukkan keberadaannya, dapat bekerjasama dengan berbagai lini dan lapisan di mana ia berada.

H. Hasan Zaini menerangkan bahwa kepengurusan dari PP ILUNI, sesuai catatan, sudah berjalan 3 periode. Pertama 1988-1993 perjalanannya belum menentu, periode kedua 1993-2003 (10 tahun) dipimpin Drs. H. Djaja Sukma (dosen Fak. Ushuluddin dan mantan Purek III IAIN Imam Bonjol Padang) masih belum memperlihatkan kegiatannya. Periode ketiga ini 2003-2008 yang dipercayakan kepada kami sebagai Ketua Umum, dengan 11 program kerja, karena berbagai kendala, baru sebagian kecil yang tercapai. Yang jelas, kita bertekad menjelang Mubes ILUNI tahun 2008 di Padang, diharapkan akan terbentuk pengurus definitif di setiap Propinsi, kab/kota di seluruh Indonesia.

Pengurus ILUNI ini, kata Hasan Zaini, yang mantan Wakil Bupati Sawahlunto/Sijunjung itu dengan penuh kebapakan, tidak diberi gaji atau honor, harus “lillahi ta’ala” dengan penuh pengabdian dan rasa cinta terhadap almamater. Diharapkan yang mendapat amanah hari ini, betul-betul memegang teguh sesuai dengan komitmen pendirinya. Menjadi Pengurus ILUNI lebih berat dari pengurus parpol, apalagi pengurus masjid/mushalla. Kenapa…? Logikanya, ILUNI ini, anggotanya minimal alumni D.2, sementara parpol anggotanya ada yang tak tamat SD, sementara biaya nol koma nol.

Untuk itu perlu diluruskan, ujar Hasan, bahwa dalam Statuta Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Jadi kalau ada anggaran untuk mahasiswa, tentu ada pula untuk Alumni. Apa maksudnya, perlu ada dukungan moril dan materil oleh rektorat untuk alumni, sangat perlu. Tapi sebaliknya, sebagai Alumni kita jangan mengharapkan itu, bila perlu kita yang alumni ini dapat menyumbang untuk kemajuan almamaternya.

Hasan Zaini yang Guru Besar dalam Ilmu Tafsir pada STAIN Prof. H. Mahmud Yunus Batusangkar itu, menghimbau pengurus dan anggota alumni se Jabodetabek, bahwa ada 4 hal yang perlu digarap: Pertama: Hubungan dengan Almamater. Jumlah alumni sampai Wisuda Angkatan I Tahun Akademik 2007/2008 Sabtu 24 Nopember 2007 yang lalu, berjumlah 19.413 orang. Hampir 20.000 orang alumni se Indonesia, bahkan dunia. Ada di Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam, di Kedutaan-kedutaan seperti di Timur Tengah. Maka untuk kepengurusan kita pakai istilah modern, sesuai AD/ART ILUNI, PP (Pengurus Pusat) untuk di Padang, Pengurus Daerah (PD) untuk Propinsi, Pengurus Cabang (PC) untuk Kab/Kota, dan Pengurus Komisariat (PK) untuk Instansi/Kantor bila sudah ada minimal 10 orang yang berkumpul di sana.

Kedua: Harapan-harapan: supaya pengurus yg dikukuhkan tadi, agar bekerja dengan nawaitu lillahi ta’ala, dapat bekerja sama dengan baik. Tidak ada salah menyalahi atau cikarau mencikaraui (istilah: Pariaman). Ikhlas karena Allah, tapi perlu transparan. Anggaran Dasar, hanya 10 Bab, 22 pasal. Anggaran Rumahtangga 8 Bab dan 29 pasal. Di sana ada tertulis ada iyuran Wajib dan iyuran Sukarela. Sampai kini kita belum pungut iyuran Wajib apalagi Sukarela. Oleh karenanya yang jadi pengurus ini, syaratnya orang yang mampu dan mau. (Ketua Umum saja, mantan Pembantu Rektor III UIN Syahid Jakarta). Bila orang yang mau saja, tapi tidak mampu (istilah urang kampuang: bajaik saku-saku), tidak mau berwakaf, tidak mau berinfak, tidak mau berderma, sesuatu itu tidak akan menjadi. Begitu juga ada kemauan, tapi tidak mampu, juga tidak akan jadi. Oleh karena itu, pengurus Jabodetabek ini, kriteria mau dan mampu itu harus dipenuhi oleh kebersamaan kita.

Ketiga: Hubungan dengan Rektorat, sesuai Anggaran Dasar ILUNI, hubungan konsultatif, koordinatif, tidak ada atasan bawahan. Rektor bisa bekerjasama dengan Alumni secara baik, Alumni berikan saran kepada Rektor untuk kemajuan almamater; Tidak diterima saran Alumni oleh Rektor, alumni tidak perlu sakit hati. Contoh: Baru-baru ini terdengar isue, apa memang benar ada mahasiswa IAIN yang menganut paham Al-Qiyadah Al-Islamiyah, alumni perlu punya perhatian, meresponinya. Salah satu bukti kecintaan kita sebagai alumni kepada IAIN itu, banyak orang masuk IAIN, megah kampus IAIN, maju IAIN kita bangga, tapi sebaliknya sedikit mahasiswa masuk IAIN, kampus kotor, mundur IAIN, kita merasa duka. Bila IAIN disepelekan, kita akan tersinggung, tegas Hasan dengan nada dan gayanya yang khas.

Keempat: Antara alumni dengan alumni. Pengurus ILUNI ini harus dapat membantu teman-teman yang belum bekerja, bukan menampung dan dijamin, tidak. Tapi menyalurkan ke mana yang memungkinkan. Memang tidak boleh KKN, tapi tidak haram NKK, nolong kawan-kawan. Pokoknya, kita tafsirkan firman Allah: “Wa ta’awanu alal birri wa takwa, wala ta’awanu alal itsmi wal ‘udwan” (bertolong-tolongan dalam berbuat kebaikan, dan jangan bertolong-tolongan dalam berbuat dosa) itu, kepada hal-hal yang positif. Sebelum masuk IAIN, latar belakang kita masing-masing berbeda, setelah tamat IAIN kita sama “alumni IAIN”. Di dalam ILUNI ini tidak ada “bendera” lain, selain bendera Alumni.

Usai pengukuhan PD ILUNI se Jabodetabek oleh Ketua Umum PP ILUNI H. Hasan Zaini, di bawah kepemimpinan H. Armai Arief dengan Sekretaris Umum Drs. Farid N. Arief, alumni Fak. Adab yang mengabdi di Departemen Agama RI, dilanjutkan dengan Seminar Nasional sampai shalat Zuhur, bertindak sebagai moderator Dr. H. Mafri Amir, M.Ag. (staf ahli Wakil Presiden dan dosen Fak. Ushuluddin UIN Syahid Jakarta), dengan Keynote Speaker Rektor IAIN Imam Bonjol Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A. didampingi dua pembicara masing-masing Dr. H. Jamhari, M.A. (Purek Bidang Akademik UIN Jakarta) menggantikan Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.A. (Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syahid Jakarta) yang berhalangan hadir, karena saat itu masih berada di Swedia, dan Prof. Dr. H. Nasrun Haroen, M.A. (Alumni, yang juga Direktur Pengelolaan Zakat Departemen Agama) menggantikan Prof. Abdurrahman Mas’ud, Ph. D. (Direktur Dikti Islam Depag RI) yang juga masih berada di luar negeri.


google+

linkedin