TAK Hanya wartawan, kalangan politisi atau masyarakat yang senang berbicara politik, so pasti akan tertarik membahas iklan berbentuk Baliho Wakil Gubernur Sumatera Barat, Muslim Kasim yang tampil bersama dua bupati, Tanah Datar Shadiq Pasidiqoe dan Bupati Kabupaten Solok yang terpampang eklusif di Kabupaten Dharmasraya, yang menjadi tuan rumah pelaksanaan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XIII, yang dibuka Menpora R, Imam Nahrowi, Selasa 16 Desember 2014 lalu.

Kenapa tertarik? Karena penampilan tiga kader Partai Golkar itu kurang lazim. Biasanya, Wakil Gubernur akan ditampilkan dalam iklan berbentuk baliho berduan, kalau ada kegiatan menteri atau kedatangan presiden, gubernur dan Wakil gubernur akan tampil bareng, plus menteri, plus presiden. Begitu juga dengan iklan bupati atau walikota, yang menambah penampilan gubernur dan wakil gubernur.

Sedangkan iklan berbentuk baliho gubernur dan wakil gubernur, baru akan tampil sendirian, kalau thema iklannya bersifat non-pemerintah, seperti Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim akan tampil sendirian jika ada kegiatan pramuka, karena Muslim Kasim pembina pramuka Sumbar. Begitu juga dengan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, sebagai kades PKS.

Tapi sejak tiga  tahun terakhir, iklan gubernur dan wakil gubernur telah banyak yang tampil sendirian alias tak berdua lagi, sehingga menimbulkan imaje “pacah kongsi”. Bahan, dari sekian banyak iklan berbentuk baliho, lebih banyak iklan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, terutama di depan kantor SKPD, Kota Padang. Beberapa fakta itu bisa dilihat di Jalan Raden Saleh dan Khatib Sulaiman dan Jalan Ir Juanda.

Khusus baliho Wagub Sumbar Muslim Kasim dengan Bupati Tanah Datar, Shadiq Pasadiqoe dan Bupati Solok, Syamsu Rahim, kian mempertegas, kalau gubernur dan wakil gubernur sudah “pacah kongsi” dan kedua pejabat ini sama-sama mengiklan diri mempergunakan baliho untuk menarik perhatian masyarakat Sumatera Barat, menjelang Pilgub, 2015 mendatang.

Bila kita kaji secara politis, bisa dikatakan masyarakat pada umumnya sangat senang atau suka menjadikan politik sebagai bahan diskusi yang cukup menarik dan dialogis. Begitu juga dengan membahas iklan Wwagub Sumbar bersama dua bupati yang terpampang di Kabupaten Dharmasraya tersebut.

Kalau kita kaji dan analisa secara politis, jelas tujuan iklan politik, tentu sang politisi ingin memotivasi pemilih untuk memilih dirinya pada Pilgub 2015 mendatang. Untuk itu wajar, jika untuk mencapai tujuan tersebut iklan politik sang kanddat akan tampil impresif dengan mengedepankan informasi tentang kehebatan dan keunggulannya.

Secara politisi pula, bisa dinilai kalau penampilan baliho Wakil Gubernur Sumbar dengan dua bupati, Tanah Datar Shadiq Pasadiqoe dan Bupati Solok, Syamsu Rahim punya maksud politik juga. Maksudnya, bisa-bisa ketiga kader Partai Golkar ini sudah menyusun dan menggalang kekuatan bertiga untuk mengalahkan kandidat gubernur lainnya, termasuk sang gubernur yang masih berkuasa sekarang.

Berdasarkan terawangan, ala dukun politik-----karena tak ada data dan fakta ilmiah----bisa jadi tiga jabatan penting, gubernur, wakil gubenur dan sekretaris daerah sudah mereka kapling bertiga. Maksudnya, jabatan gubernur untuk Muslim Kasim, jabatan wakil gubernur untuk Syamsu Rahim dan jabatan sekda untuk Shadiq Pasadiqoe.    

Terawangan ala dukun politik ini, bisa saja jadi kenyataan, karena ketiga figur Sumatera Barat ini telah memanfaatkan internet sebagai  media alternatif   untuk iklan politik. Sebagai contoh, Muslim Kasim telah punya webset atau portal berita muslimkasim.com.

Suka atau tidak suka, media internet telah ada yang menyebutkan menduduki posisi ke dua setelah televisi disusul di posisi ke- 3 dan ke-4 adalah radio dan surat kabar. Bahkan menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 63 juta dan meningkat 30 % mencapai 82 juta pengguna  pada tahun 2013 dan diasumsikan bertambah terus menjadi 107 juta pada tahun 2014 dan 139  juta pada 2015.

Beberapa kalangan mengajukan alternatif beriklan menggunakan media sosial karena bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan simpati dari kalangan muda. Calon pemilih Pemilu 2014 rata-rata memang akan didominasi oleh kalangan pemuda yang sebagian besar telah akrab dengan media sosial seperti Facebook atau Twitter. Pengguna Facebook di Indonesia mencapai lebih dari 50 juta yang didominasi pengguna usia 18-34 tahun. (penulis wartawan tabloid bijak)

google+

linkedin