BIJAK ONLINE (Padang)-HIDUP adalah perjuangan yang tanpa henti-henti. Kemudian, setiap kegagalan dalam perjuangan hidup, janganlah ditangisi, tetapi harus melakukan intropeksi diri. Soalnya, tidak ada kesuksesan dalam kehidupan yang diraih tanpa perjuangan, doa,  peluh atau keringat, serta air mata.

“Semakin kita merasakan perjuangan hidup, semakin dekat pula penemuan kita akan makna kehidupan yang sesungguhnya,” kata H Boy Lestari Datuk Palindih, ketika berbincang-bincang dengan Tabloid Bijak, pekan lalu.
 
Kemudian, kata dirut PT Buana Lestari ini, Allah dalam  Al-Quran surat Ar-Rad ayat 11 dengan tegas telah menjelaskan;”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri,” kata H Boy Lestari mengutip ayat tersebut.
 
Selanjutnya, kata Ketua Tarbiyah Sumatera Barat ini, seorang Muslim yang memiliki cara pandang optimistis akan meletakkan perjuangan hidup sebagai bagian dari dinamika hidup yang bergulir, serta akan melihat bahwa setiap hari hidup akan semakin berisi dan berarti.
 
Sikap pantang menyerah mencerminkan karakter kegigihan yang membuat seseorang dapat mencapai segala tujuan yang dicita-citakan. Kesuksesan dapat digambarkan sebagai suatu proses menghadapi setiap permasalahan, bertahan untuk mencapai tujuan, berusaha tanpa mau menyerah, dan akhirnya mencapai tujuan yang diinginkan. “Kita tak ada disuruh manja oleh Allah, tetapi disuruh berusaha seusai salat subuh,” tambah pendiri pondok pesantren ini.
 
Sebagai seorang muslim, harus punya semangat untuk berusaha, semangat untuk berolahraga dan semangat untuk beribadah. “Masalah dunia dan akhirat harus diseimbangkan,” kata H Boy Lestari lagi.
 
Selanjutnya dalam kehidupan ini, langkah, rezeki, pertemuan, maut, memang tak ada satu pun manusia yang tahu. Begitu juga dengan hidayah atau petunjuk yang datang dari Allah. Bahkan, cara Allah dalam memberikan hidayah kepada manusia yang dikehendakinya, adakalanya unik dan di luar prediksi atau akal sehat.
 
Kadangkala, siapun akan kaget dan terkejut begitu melihat anak bangsa  yang terlihat baik atau alim di mata masyarakat, tahu-tahunya menjadi koruptor dan terjerat kasus korupsisi dan teroris yang menebar maut ditengah umat. Kemudian, tidak sedikit pula prilaku anak bangsa yang masalalunya dinilai  negatif dan bergelimang dosa, serta menjadi “sampah masyarakat’, karena berprilaku haram jadah, akhirnya sujud di sajadah karena dapat hidayat dari Allah, sehingga menjadi tokoh organisasi Tarbiyah Islamiyah.
 
Sosok H Boy Lestari Datuak Palindih, bias dikatan termasuk salah satu sampah masyarakat atau  “manusia haram jadah”, yang mendapat hidayah dari Allah. Soalnya kini, sosok dan penampilan pengusaha advertising ini, bertolak 180 derjat dari pola kehidupannya masa lalunya.
 
Kalau ditelusuri dari masa lalu Buya H Bor Lestari Datuk Palindih, termasuk anak bangsa yang punya tingkah polah yang negative, alias berjuang dalam kehidupan dengan cara preman dan berlanglang buana dari Padang, Jakarta, dan Medan.
 
Sebelum sujud di sajadah atau bertekuk lutut dihadapan Allah, prilaku H Boy Lestari, boleh dikatakan  hampir sama dengan Khalifah Umar in Khatab, atau Anto Medan yang bertaubat dan memukuskan diri mengabdiakan kehidupan dengan menyantuni anak yatim, serta mendirikan pondok pesantren.
 
Meskipun sampai sekarang masih berkomunikasi dengan Jhoni Indo, sebagai teman masa lalu, namun H Boy Lestari telah melupakan cara mencari uang dengan kekerasan. “Dulu, kami jadi juru tagih utang pengusaha yang juga menerima order dari pengusaha,” kenangnya.
 
Tapi perlu diingat, bahwa  preman dan penjahat berbeda, Maksudnya, kalau preman adalah orang yang tak punya pekerjaaan tetap alias luntang lantung dan memanfaatkan kelompoknya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi kalau penjahat, cendrung bergerak sendiri untuk memuaskan kebutuhan biologisnya dengan jalan merampok dan bahkan membunuh, setiap orang yang menghalangi perbuatan kejinya.
 
“Kalau menurut ambo, antara preman dan penjahat harus dibedakan. Maksudnya, Preman belum tentu penjahat,  tapi penjahat sudah pasti dia itu preman,” kata Buya H Boy Lestari lagi.
 
Kemudian, menjamur dan tubuhnya preman bagaikan cendawan tubuh di tengah masyarakat, lebih karena faktor pemimpin umat yang tak ada yang jadi panutan, serta akibat kurang pedulinya penguasa dan pejabat terhadap masyarakatnya. Bahkan, ada juga diantara pejabat dan pengusaha yang sengaja memanfaatkan  preman dan penjahat untuk mengmankan bisnisnya. ‘Fakta ini, sudah tidak menjadi rahasia umum lagi,” ujar pengusaha biro perjalanan haji dan umrah ini.
 
H Boy Lestari menegaskan lagi, kalau  preman itu datang dari berbagai daerah di nusantara ini yang semula bertujuan untuk mengadu untung di perantauan. “Tapi, akhirnya para preman dan pejahat itu memanfaatkan kesempatan dan peluang berbuat jahat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,” tambahnya.
 
Kini, kata Boy Lestari lagi, jadi preman dan penjahat dulu jauh berbeda dengan preman dan penjahat dahulu. “Kalau kini, para preman dan pejahat itu telah diperparah dengan peredaran narkoba secara bebas dan kurang mendapat perhatian serius oleh pemerintah,” ujarnya, sembari menambahkan, peran polisi dalam memberantas preman yang merangkap sebagai penjahat ini sangatlah vital.
 
Langkah berikutnya, kata H Boy Lestari, agar para penguasa dan tokoh masyarakat, harus saling bahu membahu untuk memberantas preman dan pejahat, serta berperang dengan segala bentuk kemaksiatan. Semoga. (yal Aziz)

google+

linkedin