BIJAK Online-Para nelayan yang berdomisili di Muaro Lasak Purus, Kematan Padang Barat,  kini lagi berkeluh kesah, karena hasil tangkapan ikan sudah tak memadai  lagi. Pemicunya, selain cuaca kurang menguntungkan, juga karena tingginya modal untuk melaut.

“Kini, nasib kami sebagai nelayan,  dapek se kepeng untuk yang kadimakan se lah bersyukur mah,” kata Ajo Masril nelayan yang berdomisili di Muaro Lasak Purus, ketika berbincang-bincang dengan Tabloid Bijak, Sabtu 11 Oktober  2014.

Menurut Ajo Masril, kini para nelayan di Muaro Lasak lebih banyak bermenung di pinggir laut, sambil duduk sesama nelayan dengan berbagai kegiatan, seperti main domino dan main kartu remi. Kemudian, ada ada juga diantara nelayan yang berbicara masalah politik dan ekonomi.  “Biasolah, ota kami nelayan ko,” katanya.

Kemudian, kata Ajo Masril,  bagi nelayan yang memayang, ada dapat ikan, tetapi harga ikan anjlok, karena  satu baskom  dihargai Rp 175.000. Padahal modal melaut itu cukup besar, bisa-bisa sampai Rp 350.000. “Jadi akibat cuaca dan harga ikan anjlok, banyak nelayan yang enggan melaut,” ujarnya.

Sementara hasil tangkapan ikan,  kata Ajo Masril, kadangkala dapat  ikan sala, bada, taneman, sisik dan mansi alias cumi-cumi. “Kami melalut dari pukul 06.00 WIB pagi dan sampai pukul 19.WIB malam, dan dapat ikannya paling banyak limo baskom dan setelah uang dibagi, hanya dapat pambali bareh sakilo, karena satu biduak sembilan orang,” katanya.

Bertitik tolak dengan kondisi sekarang, jadi nelayan memang sudah tak bisa menghidupkan keluarga lagi. Soalnya, semua harga kebutuhan pokok naik.”Kami kalau lah tibo maso mambayia uang sekola anak, yo sabana panik,” kata Ajo Masril yang terpaksa juga buka usaha kecil-kecilan di Kawasan GOR H Agus Salim. 

Ajo Masril berharap, agar pemerintah Kota Padang, terutama Kepala Dinas Perikanan Kota Padang untuk peduli atau memperhatikan nasib para nelayan, khususnya nelayan di Muaro Lasak. (Ndu) 

google+

linkedin